Alhamdulillah, saya lahir dari keluarga yang melarat. Bagi keluarga orang tua saya, airlah satu-satunya yang gratis, lainnya harus dibeli. Hebatnya, walaupun PNS Golongan IIB, dengan 7 anak, dan tanpa usaha apapun, ayah saya mampu mencetak saya menjadi sarjana pertama “wong cilik” di kampung. Saya bangga dan terus bersyukur, terlebih lagi kedua orang tua.
Namun di balik kebanggaan itu, tebersit penyesalan yang mendalam. “Mengapa saya hanya memilih SPG, IKIP, dan akhirnya hanya menjadi seorang guru? Mengapa tidak SMA lalu menjadi insinyur?” Penyesalan itu terus bertambah, terlebih setelah empat kali tidak lolos tes CPNS (1989—1992). Bagi saya itu pukulan amat berat. Karena semua orang tahu bahwa semasa bersekolah saya selalu mendapat beasiswa.
Anehnya, di balik penyesalan itu, orang tuaku tetap bangga. Setidaknya karena saya tetap bersepatu, meskipun hanya sebagai guru honorer di SMP-SMA yang “la yamutu wa la yahya” dengan gaji yang pas-pasan untuk membeli bensin buat vespa super butut. Kebanggan orang tua itu menghambat keinginan saya untuk mengadu nasib di negeri seberang. Akan tetapi, setelah saya melakukan “aksi menangis” selama seminggu, saya pun diperbolehkan merantau.
Dengan honorarium dari harian Surya, majalah Mimbar Pembangunan Agama, dan Radio Suara Jerman Deutsche Welle, pada tanggal 10 November 1992 saya berhasil hengkang ke Kaltim. Betul! Di rantauan itu mata saya makin terbuka, pekerjaan banyak dan bisa saya pilih. Bagai kutu loncat, saya pun pindah-pindah kerja. Empat bulan menjadi Editor Program di sebuah Radio FM, 3 bulan menjadi wartawan, 1 tahun menjadi guru Yayasan Pendidikan Pupuk Kaltim dan dosen Universitas Trunojoyo, dan 2 tahun berikutnya menjadi guru di Yayasan Pendidikan Prima PT KPC.
Tidak cuma sampai di situ. Sejak 1996, saya pun merantau ke Indonesia timur dan bergabung dengan Yayasan Pendidikan Jayawijaya milik PT Freeport di Papua. Akan tetapi, apa mau dikata? Lagi-lagi, perpindahan tempat, selama pekerjaannya tetap guru, ternyata tidak membawa perubahan berarti secara finansial. Guru tetaplah guru. Gajinya tetap segitu-segitu, tidak sebaik nasib karyawan non-guru.
Setelah menyadari kenyataan itu, akhirnya bulan Juli 1998 saya putuskan untuk coba-coba berjualan komputer di rumah. Mula-mula saya membawa beberapa unit komputer untuk memenuhi jatah bagasi pesawat saat cuti. Dengan iklan ala kadarnya, alhamdulillah, jualan saya laris manis. Selang dua tahun berikutnya, saya menyewa toko di tengah Kota Timika. Alhamdulillah pula pelanggan makin banyak dan jualan makin laris.
Melihat usaha saya hasilnya lumayan, seorang sahabat yang baik hati dan tulus (meskipun beliau tinggal di Jakarta) mempercayakan modalnya yang luar biasa besar untuk saya putar. Modal dari sahabat saya itu saya belikan 3 angkot (untuk diversifikasi usaha). Dengan membeli 3 angkot, setidaknya tiap hari ada setoran Rp 300.000,00. Kalau toh ada yang harus masuk bengkel salah satunya, yang dua masih bisa jalan dan tetap ada masukan. Itu artinya tungku masih tetap bisa mengepulkan asap. Nah, bisnis angkot ini saya bilang bisnis bodoh karena risikonya relatif kecil (trayeknya cuma dalam kota dan kecepatan 40 km).
Meskipun sudah menjadi guru dan “pengusaha”, pikiran saya masih tertarik untuk melakukan diversifikasi usaha lagi, terutama supaya tidak shock menghadapi masa pensiun. Oleh karena itu pula, saya mengajak rekan-rekan guru di manapun mengabdi, ayolah cari income di luar gaji.
Pilihlah bisnis yang risikonya relatif kecil atau bisnis bodoh sebagai langkah awal! Jangan menggantungkan diri pada gaji saja! Apalagi menggantungkan hari tua hanya pada uang pensiun! Jangan! Biarpun rezeki sudah diatur oleh yang di atas, kita harus tetap melebarkan usaha.
Munthoha E.S.
Guru Bahasa Indonesia
SD YPJ Tembagapura
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/07/29/127487-bermula-dari-cobacoba-dan-bisnis-bodoh
*************************
Rahasia sukses menurut Socrates
Socrates (469-399 BC) adalah seorang filosof Yunani. Ia dikenal luas memiliki kearifan dan kecerdasan luar biasa. Tak mengherankan jika banyak sekali pemuda pada masa itu ingin menimba ilmu darinya, entah tentang bisnis, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.
Salah seorang pemuda diantaranya dijanjikan bertemu pada pagi hari di pantai. Sebelumnya pemuda tersebut sudah mengutarakan kepada Socrates tentang keinginannya untuk belajar tentang bagaimana meraih kesuksesan. Merekapun bertemu di tempat yang sudah mereka sepakati.
Socrates langsung memerintah pemuda itu masuk ke laut sampai air laut menenggelamkan tubuh mereka sebatas leher. Tanpa memberi komando, tiba-tiba Socrates menenggelamkan kepala pemuda tersebut. Dengan sekuat tenaga pemuda itu berjuang agar kembali ke permukaan.
Setelah melihat pemuda itu hampir pingsan, Socrates baru mengangkatkan kepala pemuda itu. Begitu muncul di permukaan air, pemuda itu langsung menarik nafas kuat-kuat untuk mengisi paru-parunya dengan udara. Socrates lalu bertanya kepada pemuda itu, “Sewaktu di dalam air, apa yang paling kamu butuhkan?”
“Udara,” jawab pemuda itu singkat sambil terengah-engah.
“Itulah rahasia kesuksesan. Jika kamu ingin sukses, harus berjuang seperti kamu membutuhkan udara di dalam air. Kamu pasti sukses!” kata Socrates penuh makna sembari meninggalkan pemuda itu.
Pesan:
Sebetulnya diantara faktor-faktor terpenting untuk meraik kesuksesan adalah kemauan keras untuk berbuat sesuatu. Siapapun orangnya berpeluang menjadi orang sukses. Meskipun latar belakang pendidikan atau masa lalu seseorang tentu saja memberikan sentuhan-sentuhan peluang menjadi lebih besar.
Dengan kemauan yang keras, setiap orang dapat sukses di manapun dan di bidang apapun. Banyak sekali peristiwa besar dunia di sepanjang lintasan sejarah, dan itu hanya mungkin lahir dari kemauan yang besar. “Manusia tidak pernah kekurangan kekuatan, tetapi kurang kemauan,” Victor Hugo. Salah satu contohnya adalah Tirto Utomo yang dulu ditertawakan karena menjual air mineral dalam kemasan.
Berkat kemauan keras dan perjuangannya, kini usahanya menggurita seiring dengan semakin populernya air mineral dalam kemasan. Sukses sangat ditentukan oleh kuatnya kemauan dari dalam diri sendiri untuk belajar dan bekerja keras, dan meningkatkan kualitas diri. Tantangan atau kendala apapun berusaha diatasi dengan memberikan yang terbaik dan menjalani dengan sungguh-sungguh.
“Kekuatan seseorang bukan datang dari kapasitas fisiknya, tetapi dari kemauan yang sungguh-sungguh, ” tegas Mahatma Gandhi.
Kamis, 29 Juli 2010
Islam Adalah Peraturan Hidup Yang Sempurna
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah:208)
1. Islam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, sosial dan lain-lain. Juga menggariskan metode yang benar dan tepat untuk memecahkan kesulitan dalam bidang-bidang tersebut.
2. Islam berusaha mengatur kehidupan manusia. Unsur pokok dalam hal ini adalah mengatur waktu. Islam merupakan satu-satunya ajaran yang paling kuat untuk dapat membahagiakan manusia di dunia dan akhirat.
3. Islam sebelum menjadi syari’at (peraturan Allah) adalah sebagai kepercayaan atau keyakinan (bahwa Allah adalah sembahan yang hak). Karena Rasulullah saw memusatkan upayanya di Mekah terhadap hal tauhid, baru setelah hijrah ke Madinah, mendirikan negara dan menerapkan/mempraktekkan syari’at Islam.
4. Islam menganjurkan untuk mencari ilmu pengetahuan dan kemajuan ilmu yang bermanfaat. Pada abad pertengahan muncul tokoh-tokoh ilmu modern dan ilmu agama dari kalangan Islam seperti Al-Haitami, Al-Bairuni dan lain-lain.
5. Islam menghalkan harta yang diperoleh dengan cara yang halal yaitu yang tidak ada penindasan, penipuan serta mengutamakan harta yang halal itu hendaknya dimiliki oleh orang-orang shaleh, yang mau memberikan hartanya kepada orang kafir dan untuk perjuangan agar terealisir keadilan sosial di kalangan umat Islam.
Rasulullah saw bersabda :
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِْلَمرْءِ الصَّالِحِ
“sebaik-baik harta ialah harta yang halal ntuk orang yang shaleh.” (riwayat Ahmad).
Ada orang yang mengatakan bahwa tidak mungkin harta itu dicari dengan cara yang halal saja. Pendapat ini tidak benar dan tidak mempunyai dasar sama sekali.
6.Islam agama perjuangan dan mencari ketenangan hidup. Karenanya ia mewajibkan seorang muslim untuk mengorbankan harta dan jiwa untuk menegakkannya. Ia menghendaki agar manusia hidup tenang dalam naungan Islam dan lebih mementingkan urusan akhirat daripada dunia.
7. ’enghidupkan fikiran Islam yang bebas dalam batas-batas yang tidak bertentangan dengan norma-norma Islam seperti menghilangkan kebekuan berfikir dan membuang sisipan fikiran yang menodai fikiran Islam yang murni dan menghalangi kemajuan umat Islam seperti masalah-masalah bid’ah, takhayul dan hadits palsu.
Oleh: Abu Ahmad
http://www.al-ikhwan.net/islam-adalah-peraturan-hidup-yang-sempurna-2837/
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah:208)
1. Islam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, sosial dan lain-lain. Juga menggariskan metode yang benar dan tepat untuk memecahkan kesulitan dalam bidang-bidang tersebut.
2. Islam berusaha mengatur kehidupan manusia. Unsur pokok dalam hal ini adalah mengatur waktu. Islam merupakan satu-satunya ajaran yang paling kuat untuk dapat membahagiakan manusia di dunia dan akhirat.
3. Islam sebelum menjadi syari’at (peraturan Allah) adalah sebagai kepercayaan atau keyakinan (bahwa Allah adalah sembahan yang hak). Karena Rasulullah saw memusatkan upayanya di Mekah terhadap hal tauhid, baru setelah hijrah ke Madinah, mendirikan negara dan menerapkan/mempraktekkan syari’at Islam.
4. Islam menganjurkan untuk mencari ilmu pengetahuan dan kemajuan ilmu yang bermanfaat. Pada abad pertengahan muncul tokoh-tokoh ilmu modern dan ilmu agama dari kalangan Islam seperti Al-Haitami, Al-Bairuni dan lain-lain.
5. Islam menghalkan harta yang diperoleh dengan cara yang halal yaitu yang tidak ada penindasan, penipuan serta mengutamakan harta yang halal itu hendaknya dimiliki oleh orang-orang shaleh, yang mau memberikan hartanya kepada orang kafir dan untuk perjuangan agar terealisir keadilan sosial di kalangan umat Islam.
Rasulullah saw bersabda :
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِْلَمرْءِ الصَّالِحِ
“sebaik-baik harta ialah harta yang halal ntuk orang yang shaleh.” (riwayat Ahmad).
Ada orang yang mengatakan bahwa tidak mungkin harta itu dicari dengan cara yang halal saja. Pendapat ini tidak benar dan tidak mempunyai dasar sama sekali.
6.Islam agama perjuangan dan mencari ketenangan hidup. Karenanya ia mewajibkan seorang muslim untuk mengorbankan harta dan jiwa untuk menegakkannya. Ia menghendaki agar manusia hidup tenang dalam naungan Islam dan lebih mementingkan urusan akhirat daripada dunia.
7. ’enghidupkan fikiran Islam yang bebas dalam batas-batas yang tidak bertentangan dengan norma-norma Islam seperti menghilangkan kebekuan berfikir dan membuang sisipan fikiran yang menodai fikiran Islam yang murni dan menghalangi kemajuan umat Islam seperti masalah-masalah bid’ah, takhayul dan hadits palsu.
Oleh: Abu Ahmad
http://www.al-ikhwan.net/islam-adalah-peraturan-hidup-yang-sempurna-2837/
Bahagia Bersama Ramadhan
Setiap manusia pasti ingin bahagia. Sangatlah mustahil jika ada seseorang yang tidak menginginkan hidup bahagia. Jika kita ditanya apa tujuan hidup di dunia ini, pasti jawabannya ingin bahagia. Karena itu sering dalam penutup setiap doa kita membaca:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (Al-Baqarah:201)
Hal tersebut adalah wajar, karena fitrah manusia memang diciptakan dengan memiliki perasaan yaitu perasaan bahagia.
Pertanyaannya adalah; Bagaimanakah bentuk kebahagiaan itu?
- Apakah bahagia karena berlimpahnya harta?
- Apakah yang dimaksud bahagia karena badan sehat?
- Apakah yang dimaksud bahagia karena wajah tampan atau cantik?
- Apakah bahagia itu karena punya jabatan dan kekuasaan?
- Apakah bahagia itu karena punya rumah yang luas, tanah yang lapang, kebun yang indah, mobil yang mewah? Dan lain sebagainya?
Berbagai pertanyaan di atas bisa dijawab dengan berbagai macam sisi yang berbeda; bisa jadi bahagia itu adalah karena punya harta berlimpah; bisa jadi karena berbadan sehat; bisa jadi karena memiliki wajah yang tampan atau cantik; bisa jadi karena punya jabatan; bisa jadi karena punya kewibawaan; bisa juga karena kharisma; bisa jadi karena punya rumah yang luas, tanah yang lapang, kebun yang indah dan mobil yang mewah.
Dalam Islam, yang di maksud bahagia adalah ketika seseorang telah memiliki iman, berhati lapang serta ridha terhadap apa yang ada di tangannya, sekalipun dari sisi materi, menurut sebagian orang hidup di bawah standar dari bahagia, namun bagi yang memiliki sifat seperti hal di atas tetap merasa bahagia.
Di antara wujud dari kebahagiaan itu adalah ibadah dan taat kepada Allah swt; dengan menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Menurut Al-Qur’an jalan satu-satunya untuk menemukan kedamaian, ketenteraman, ketenangan, kebahagiaan dan kepuasan batin adalah ibadah kepada Allah swt. sebagai-mana yang difirmankan Allah swt.:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Ar-Ra’d:28)
Selain kebahagiaan batin, orang yang beriman dan melakukan berbagai amal shalih juga akan merasakan kenikmatan lahiriah. Allah swt. berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beri-man, maka sesungguhnya akan Kami beri¬kan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pa¬hala yang lebih baik dari apa yang te¬lah mereka kerjakan”. (An-Nahl:97)
Melalui tulisan ringan ini, penulis ingin memberikan suguhan tentang bagaimana meraih kebahagiaan dari salah satu ibadah yang Allah swt. wajibkan, yaitu shaum atau puasa Ramadhan.
Indahnya Bulan Ramadhan
Syukur al-hamdulillah, Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan, semoga kita semua dapat berpuasa sesuai dengan perintah Allah SWT, dan menjadikannya sebagai saat-saat dan kesempatan yang berharga untuk memperbanyak ibadah, amal shalih dan aktivitas lainnya demi meraih ridha Allah SWT.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang banyak memiliki keistimewaan, nama yang tidak asing bagi umat Islam. Sayyidus suhur (penghulu bulan-bulan) adalah merupakan julukan yang sangat indah, syahru nuzulil Quran, (bulan diturunkannya Al-Qur’an), syahrut tarbiyah (bulan pendidikan), Syahrul Muwasah (bulan toleransi dan peduli), dan julukan-julukan indah lainnya, adalah nama-nama yang indah yang begitu melekat pada bulan Ramadhan.
Namun dari sekian banyak keistimewaan dan keutamaannya serta keindahannya, sangat sedikit dari umat Islam yang menyadari -atau mungkin mereka sadar tapi belum menyentuh lubuk hati mereka- sehingga saat Ramadhan tiba, tidak ada raut wajah sumringah atau bergembira menyambutnya. Tidak ada antusiasme masyarakat untuk mengikuti amaliyah dan ibadah Ramadhan kecuali sekadar menjalankan kegiatan ritual belaka; sekadar melepas atau menggugurkan kewajiban atau hanya karena adat dan tradisi serta kebiasaan yang sudah biasa dilakukan pada setiap bulan Ramadhan hadir. Sehingga setiap kali selesai bulan Ramadhan kepribadian seseorang tidak meningkat dan berubah, tetap seperti yang lama, yang berubah hanyalah umurnya saja yang semakin hari memang terus bertambah dan tua.
Karena itulah agar puasa tidak sia-sia, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, maka hendaknya setiap orang melakukan persiapan diri dengan beberapa cara berikut ini:
1. Persiapan Ma’nawi (spiritual); dengan cara membersihkan hati dari penyakit yang dapat menggugurkan aqidah dan nilai ibadah, juga agar dapat melahirkan niat yang ikhlas dalam menjalankan segala aktivitas dan ibadah Ramadhan, terutama puasa.
2. Persiapan fikri (pemahaman); melalui pembekalan diri dengan ilmu-ilmu dan pengetahuan agama, terutama yang terkait langsung dengan amaliyah dan ibadah di bulan suci Ramadhan.
3. Persiapan Jasadi (Fisik); dengan menjaga kesehatan badan dan anggota tubuh lainnya, menciptakan lingkungan bersih serta mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan teratur.
4. Persiapan Materi; dengan menyiapkan diri untuk menabung dan menyisihkan sejumlah dana sehingga dapat memperbanyak infak, memberi ifthar kepada orang lain dan membantu orang yang membutuhkan.
Dengan beberapa persiapan tersebut diharapkan seorang muslim mampu melaksanakan berbagai aktivitas atau amaliyah di bulan Ramadhan secara optimal dan berhasil menjadi hamba rabbani baik qobla (pra), atsna’a (pada saat) dan ba’da (pasca) Ramadhan. Rasulullah saw bersabda :
“Andaikan umatku mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus.”(Ibnu Khuzaimah)
Dalam hadits lain Rasulullah memotivasi umatnya, para pelaku kebaikan atau kejahatan yang mengikuti Ramadhan dengan baik.
فِي رَمَضَانَ تُغَلَّقُ فِيهِ أَبْوَابُ النَّارِ وَتُفَتَّحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُصَفَّدُ فِيهِ الشَّيَاطِينُ قَالَ وَيُنَادِي فِيهِ مَلَكٌ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَبْشِرْ يَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
“Bulan Ramadhan; di dalamnya pintu surga dibuka, pintu neraka di tutup dan syaitan-syaitan dibelenggu, di dalamnya pada setiap malamnya ada seruan; wahai para pencari kebaikan marilah kemari, dan wahai para pelaku kejahatan berhentilah”. (Thabrani)
Dalam hadits nabi yang lainnya juga disebutkan
أُعْطِيَتْ أُمَّتِي خَمْسَ خِصَالٍ فِي رَمَضَانَ لَمْ تُعْطَهَا أُمَّةٌ قَبْلَهُمْ خُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمْ الْمَلَائِكَةُ حَتَّى يُفْطِرُوا وَيُزَيِّنُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلَّ يَوْمٍ جَنَّتَهُ ثُمَّ يَقُولُ يُوشِكُ عِبَادِي الصَّالِحُونَ أَنْ يُلْقُوا عَنْهُمْ الْمَئُونَةَ وَالْأَذَى وَيَصِيرُوا إِلَيْكِ وَيُصَفَّدُ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ فَلَا يَخْلُصُوا إِلَى مَا كَانُوا يَخْلُصُونَ إِلَيْهِ فِي غَيْرِهِ وَيُغْفَرُ لَهُمْ فِي آخِرِ لَيْلَةٍ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ قَالَ لَا وَلَكِنَّ الْعَامِلَ إِنَّمَا يُوَفَّى أَجْرَهُ إِذَا قَضَى عَمَلَهُ
“Pada bulan Ramadhan, umatku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada umat sebelum mereka: (1) bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi daripada bau minyak kasturi, (2) para malaikat memohonkan ampunan untuk mereka hingga mereka berbuka puasa, setiap hari Allah menghias surga-Nya lalu berkata (kepada surga), ‘Hamba-hamba-Ku yang berpuasa hampir menanggung beban dan sakit agar dapat sampai kepadamu,’ (3) para setan dibelenggu sehingga mereka tidak leluasa (untuk menggoda manusia) seperti yang biasa mereka lakukan pada bulan yang lain, dan (5) mereka diberi ampunan pada akhir suatu malam.’ Ditanyakan kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, apakah malam tersebut adalah Lailatul Qadar?’ Beliau menjawab, ‘Tidak, tapi seorang pekerja akan mendapatkan upah jika ia telah menuntaskan pekerjaannya.’” (Ahmad)
Allahumma Ballighna Ramadhan
Judul di atas merupakan penggalan dari hadits Nabi saw yang berupa doa beliau ketika memasuki bulan Rajab dan Sya’ban. Secara lengkap doa yang disampaikan oleh Nabi saw adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانٍ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah SWT berkahilah hidup kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami hingga bulan Ramadhan”.
Adapun nash lengkap hadits seperti yang termaktub dalam Musnad Imam Ahmad adalah sebagai berikut:
Menceritakan kepada kami Abdullah, dari Ubaidullah bin Umar, dari Zaidah bin Abi ar-Raaqod, dari Ziyad an-Numairi, dari Anas bin Malik berkata ia, Adalah Nabi saw apabila masuk bulan Rajab, beliau berdoa ; “Ya Allah SWT berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada Bulan Ramadhan. beliau selalu berkata, “Pada malam jumat nya ada kemuliaan, dan siangnya ada keagungan.
Doa Nabi saw di atas bentuknya umum, yang berarti ketika membaca doa ini, seakan seorang muslim memohon kepada Allah SWT tiga permohonan;
1. Memohon kepada Allah agar diberikan panjang umur sehingga dapat memasuki bulan Ramadhan;
2. Memohon kepada Allah SWT agar selain diberikan usia panjang, juga diberi kemampuan dan kesehatan sehingga dapat menunaikan aktivitas dan ibadah yang ada pada bulan Ramadhan secara optimal dan maksimal;
3. Memohon kepada Allah SWT agar –melalui ibadah Ramadhan- agar diberikan hidayah dan rahmat, iman dan taqwa, sehingga kelak –setelah mengikuti amaliyah Ramadhan- termasuk orang-orang yang mendapatkan keberkahan, ampunan dan terbebas dari api neraka serta meraih berbagai kenikmatan dan kebahagiaan serta taqwa.
Kenapa demikian? Karena betapa banyak orang yang tadinya sehat wal afiat, usia ada namun ketika menjelang Ramadhan tiba, ruhnya dipanggil oleh yang Maha Kuasa sehingga tidak dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan.
Dan betapa banyak orang yang diberikan usia panjang hingga dapat memasuki bulan Ramadhan, namun tidak dapat menjalankan ibadah dan amaliyah yang ada pada bulan Ramadhan karena sakit, kondisi fisik yang lemah dan lain-lainnya. Dan lebih mengenaskan lagi, betapa banyak orang yang diberikan kesempatan hidup, umur panjang, badan sehat dan fisik yang kuat, namun tidak di dalamnya mendapatkan keberkahan, kebaikan dan ampunan Allah SWT; karena tidak ada iman, tidak mampu mengendalikan hawa nafsu, amarah dan angkara murka serta perkataan dan perbuatan tercela lainnya.
Nabi saw bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahala dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus belaka” (Musnad Ahmad)
Dalam hadits lainnya juga disebutkan:
أتاكم رمضان شهر بركة ، فيه خير يغشيكم الله [ فيه ] ، فتنزل الرحمة ، وتحط الخطايا ، ويستجاب فيه الدعاء ، فينظر الله إلى تنافسكم ، ويباهي بكم ملائكته ، فأروا الله من أنفسكم خيرا ، فإن الشقي من حرم فيه رحمة الله عز وجل
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, di dalamnya terdapat kebaikan yang meliputi kalian karena Allah (ada di dalamnya), maka turunlah rahmat, berguguran segala kesalahan dan dosa, di dalamnya doa dikabulkan, maka Allah melihat semangat berlomba kalian, dan para malaikat sangat dengan kalian, maka perlihatkan di hadapan Allah yang terbaik dari jiwa-jiwa kalian, karena sesungguhnya celaka bagi siapa yang diharamkan di dalamnya rahmat Allah SWT”(Thabrani)
Karena itu mari senantiasa kita membaca doa seperti yang diajarkan nabi di atas, dan juga membaca doa yang selalu dipanjatkan oleh para pendahulu kita… kelak semoga Allah SWT mengabulkannya..
اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ وَتَسْلِمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah selamatkanlah kami hingga bulan Ramadhan ke depan, dan pertemukan untuk bulan Ramadhan dan terimalah seluruh amal kami pada bulan Ramadhan”.
Dan doa yang ada dalam Al-Qur’an:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”. (Ali Imran:8)
Oleh: Abu Ahmad
http://www.al-ikhwan.net/bahagia-bersama-ramadhan-3812/
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (Al-Baqarah:201)
Hal tersebut adalah wajar, karena fitrah manusia memang diciptakan dengan memiliki perasaan yaitu perasaan bahagia.
Pertanyaannya adalah; Bagaimanakah bentuk kebahagiaan itu?
- Apakah bahagia karena berlimpahnya harta?
- Apakah yang dimaksud bahagia karena badan sehat?
- Apakah yang dimaksud bahagia karena wajah tampan atau cantik?
- Apakah bahagia itu karena punya jabatan dan kekuasaan?
- Apakah bahagia itu karena punya rumah yang luas, tanah yang lapang, kebun yang indah, mobil yang mewah? Dan lain sebagainya?
Berbagai pertanyaan di atas bisa dijawab dengan berbagai macam sisi yang berbeda; bisa jadi bahagia itu adalah karena punya harta berlimpah; bisa jadi karena berbadan sehat; bisa jadi karena memiliki wajah yang tampan atau cantik; bisa jadi karena punya jabatan; bisa jadi karena punya kewibawaan; bisa juga karena kharisma; bisa jadi karena punya rumah yang luas, tanah yang lapang, kebun yang indah dan mobil yang mewah.
Dalam Islam, yang di maksud bahagia adalah ketika seseorang telah memiliki iman, berhati lapang serta ridha terhadap apa yang ada di tangannya, sekalipun dari sisi materi, menurut sebagian orang hidup di bawah standar dari bahagia, namun bagi yang memiliki sifat seperti hal di atas tetap merasa bahagia.
Di antara wujud dari kebahagiaan itu adalah ibadah dan taat kepada Allah swt; dengan menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Menurut Al-Qur’an jalan satu-satunya untuk menemukan kedamaian, ketenteraman, ketenangan, kebahagiaan dan kepuasan batin adalah ibadah kepada Allah swt. sebagai-mana yang difirmankan Allah swt.:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Ar-Ra’d:28)
Selain kebahagiaan batin, orang yang beriman dan melakukan berbagai amal shalih juga akan merasakan kenikmatan lahiriah. Allah swt. berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beri-man, maka sesungguhnya akan Kami beri¬kan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pa¬hala yang lebih baik dari apa yang te¬lah mereka kerjakan”. (An-Nahl:97)
Melalui tulisan ringan ini, penulis ingin memberikan suguhan tentang bagaimana meraih kebahagiaan dari salah satu ibadah yang Allah swt. wajibkan, yaitu shaum atau puasa Ramadhan.
Indahnya Bulan Ramadhan
Syukur al-hamdulillah, Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan, semoga kita semua dapat berpuasa sesuai dengan perintah Allah SWT, dan menjadikannya sebagai saat-saat dan kesempatan yang berharga untuk memperbanyak ibadah, amal shalih dan aktivitas lainnya demi meraih ridha Allah SWT.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang banyak memiliki keistimewaan, nama yang tidak asing bagi umat Islam. Sayyidus suhur (penghulu bulan-bulan) adalah merupakan julukan yang sangat indah, syahru nuzulil Quran, (bulan diturunkannya Al-Qur’an), syahrut tarbiyah (bulan pendidikan), Syahrul Muwasah (bulan toleransi dan peduli), dan julukan-julukan indah lainnya, adalah nama-nama yang indah yang begitu melekat pada bulan Ramadhan.
Namun dari sekian banyak keistimewaan dan keutamaannya serta keindahannya, sangat sedikit dari umat Islam yang menyadari -atau mungkin mereka sadar tapi belum menyentuh lubuk hati mereka- sehingga saat Ramadhan tiba, tidak ada raut wajah sumringah atau bergembira menyambutnya. Tidak ada antusiasme masyarakat untuk mengikuti amaliyah dan ibadah Ramadhan kecuali sekadar menjalankan kegiatan ritual belaka; sekadar melepas atau menggugurkan kewajiban atau hanya karena adat dan tradisi serta kebiasaan yang sudah biasa dilakukan pada setiap bulan Ramadhan hadir. Sehingga setiap kali selesai bulan Ramadhan kepribadian seseorang tidak meningkat dan berubah, tetap seperti yang lama, yang berubah hanyalah umurnya saja yang semakin hari memang terus bertambah dan tua.
Karena itulah agar puasa tidak sia-sia, sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, maka hendaknya setiap orang melakukan persiapan diri dengan beberapa cara berikut ini:
1. Persiapan Ma’nawi (spiritual); dengan cara membersihkan hati dari penyakit yang dapat menggugurkan aqidah dan nilai ibadah, juga agar dapat melahirkan niat yang ikhlas dalam menjalankan segala aktivitas dan ibadah Ramadhan, terutama puasa.
2. Persiapan fikri (pemahaman); melalui pembekalan diri dengan ilmu-ilmu dan pengetahuan agama, terutama yang terkait langsung dengan amaliyah dan ibadah di bulan suci Ramadhan.
3. Persiapan Jasadi (Fisik); dengan menjaga kesehatan badan dan anggota tubuh lainnya, menciptakan lingkungan bersih serta mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan teratur.
4. Persiapan Materi; dengan menyiapkan diri untuk menabung dan menyisihkan sejumlah dana sehingga dapat memperbanyak infak, memberi ifthar kepada orang lain dan membantu orang yang membutuhkan.
Dengan beberapa persiapan tersebut diharapkan seorang muslim mampu melaksanakan berbagai aktivitas atau amaliyah di bulan Ramadhan secara optimal dan berhasil menjadi hamba rabbani baik qobla (pra), atsna’a (pada saat) dan ba’da (pasca) Ramadhan. Rasulullah saw bersabda :
“Andaikan umatku mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus.”(Ibnu Khuzaimah)
Dalam hadits lain Rasulullah memotivasi umatnya, para pelaku kebaikan atau kejahatan yang mengikuti Ramadhan dengan baik.
فِي رَمَضَانَ تُغَلَّقُ فِيهِ أَبْوَابُ النَّارِ وَتُفَتَّحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُصَفَّدُ فِيهِ الشَّيَاطِينُ قَالَ وَيُنَادِي فِيهِ مَلَكٌ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَبْشِرْ يَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
“Bulan Ramadhan; di dalamnya pintu surga dibuka, pintu neraka di tutup dan syaitan-syaitan dibelenggu, di dalamnya pada setiap malamnya ada seruan; wahai para pencari kebaikan marilah kemari, dan wahai para pelaku kejahatan berhentilah”. (Thabrani)
Dalam hadits nabi yang lainnya juga disebutkan
أُعْطِيَتْ أُمَّتِي خَمْسَ خِصَالٍ فِي رَمَضَانَ لَمْ تُعْطَهَا أُمَّةٌ قَبْلَهُمْ خُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمْ الْمَلَائِكَةُ حَتَّى يُفْطِرُوا وَيُزَيِّنُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلَّ يَوْمٍ جَنَّتَهُ ثُمَّ يَقُولُ يُوشِكُ عِبَادِي الصَّالِحُونَ أَنْ يُلْقُوا عَنْهُمْ الْمَئُونَةَ وَالْأَذَى وَيَصِيرُوا إِلَيْكِ وَيُصَفَّدُ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ فَلَا يَخْلُصُوا إِلَى مَا كَانُوا يَخْلُصُونَ إِلَيْهِ فِي غَيْرِهِ وَيُغْفَرُ لَهُمْ فِي آخِرِ لَيْلَةٍ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ قَالَ لَا وَلَكِنَّ الْعَامِلَ إِنَّمَا يُوَفَّى أَجْرَهُ إِذَا قَضَى عَمَلَهُ
“Pada bulan Ramadhan, umatku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada umat sebelum mereka: (1) bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi daripada bau minyak kasturi, (2) para malaikat memohonkan ampunan untuk mereka hingga mereka berbuka puasa, setiap hari Allah menghias surga-Nya lalu berkata (kepada surga), ‘Hamba-hamba-Ku yang berpuasa hampir menanggung beban dan sakit agar dapat sampai kepadamu,’ (3) para setan dibelenggu sehingga mereka tidak leluasa (untuk menggoda manusia) seperti yang biasa mereka lakukan pada bulan yang lain, dan (5) mereka diberi ampunan pada akhir suatu malam.’ Ditanyakan kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, apakah malam tersebut adalah Lailatul Qadar?’ Beliau menjawab, ‘Tidak, tapi seorang pekerja akan mendapatkan upah jika ia telah menuntaskan pekerjaannya.’” (Ahmad)
Allahumma Ballighna Ramadhan
Judul di atas merupakan penggalan dari hadits Nabi saw yang berupa doa beliau ketika memasuki bulan Rajab dan Sya’ban. Secara lengkap doa yang disampaikan oleh Nabi saw adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانٍ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah SWT berkahilah hidup kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami hingga bulan Ramadhan”.
Adapun nash lengkap hadits seperti yang termaktub dalam Musnad Imam Ahmad adalah sebagai berikut:
Menceritakan kepada kami Abdullah, dari Ubaidullah bin Umar, dari Zaidah bin Abi ar-Raaqod, dari Ziyad an-Numairi, dari Anas bin Malik berkata ia, Adalah Nabi saw apabila masuk bulan Rajab, beliau berdoa ; “Ya Allah SWT berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada Bulan Ramadhan. beliau selalu berkata, “Pada malam jumat nya ada kemuliaan, dan siangnya ada keagungan.
Doa Nabi saw di atas bentuknya umum, yang berarti ketika membaca doa ini, seakan seorang muslim memohon kepada Allah SWT tiga permohonan;
1. Memohon kepada Allah agar diberikan panjang umur sehingga dapat memasuki bulan Ramadhan;
2. Memohon kepada Allah SWT agar selain diberikan usia panjang, juga diberi kemampuan dan kesehatan sehingga dapat menunaikan aktivitas dan ibadah yang ada pada bulan Ramadhan secara optimal dan maksimal;
3. Memohon kepada Allah SWT agar –melalui ibadah Ramadhan- agar diberikan hidayah dan rahmat, iman dan taqwa, sehingga kelak –setelah mengikuti amaliyah Ramadhan- termasuk orang-orang yang mendapatkan keberkahan, ampunan dan terbebas dari api neraka serta meraih berbagai kenikmatan dan kebahagiaan serta taqwa.
Kenapa demikian? Karena betapa banyak orang yang tadinya sehat wal afiat, usia ada namun ketika menjelang Ramadhan tiba, ruhnya dipanggil oleh yang Maha Kuasa sehingga tidak dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan.
Dan betapa banyak orang yang diberikan usia panjang hingga dapat memasuki bulan Ramadhan, namun tidak dapat menjalankan ibadah dan amaliyah yang ada pada bulan Ramadhan karena sakit, kondisi fisik yang lemah dan lain-lainnya. Dan lebih mengenaskan lagi, betapa banyak orang yang diberikan kesempatan hidup, umur panjang, badan sehat dan fisik yang kuat, namun tidak di dalamnya mendapatkan keberkahan, kebaikan dan ampunan Allah SWT; karena tidak ada iman, tidak mampu mengendalikan hawa nafsu, amarah dan angkara murka serta perkataan dan perbuatan tercela lainnya.
Nabi saw bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahala dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus belaka” (Musnad Ahmad)
Dalam hadits lainnya juga disebutkan:
أتاكم رمضان شهر بركة ، فيه خير يغشيكم الله [ فيه ] ، فتنزل الرحمة ، وتحط الخطايا ، ويستجاب فيه الدعاء ، فينظر الله إلى تنافسكم ، ويباهي بكم ملائكته ، فأروا الله من أنفسكم خيرا ، فإن الشقي من حرم فيه رحمة الله عز وجل
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, di dalamnya terdapat kebaikan yang meliputi kalian karena Allah (ada di dalamnya), maka turunlah rahmat, berguguran segala kesalahan dan dosa, di dalamnya doa dikabulkan, maka Allah melihat semangat berlomba kalian, dan para malaikat sangat dengan kalian, maka perlihatkan di hadapan Allah yang terbaik dari jiwa-jiwa kalian, karena sesungguhnya celaka bagi siapa yang diharamkan di dalamnya rahmat Allah SWT”(Thabrani)
Karena itu mari senantiasa kita membaca doa seperti yang diajarkan nabi di atas, dan juga membaca doa yang selalu dipanjatkan oleh para pendahulu kita… kelak semoga Allah SWT mengabulkannya..
اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ وَتَسْلِمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah selamatkanlah kami hingga bulan Ramadhan ke depan, dan pertemukan untuk bulan Ramadhan dan terimalah seluruh amal kami pada bulan Ramadhan”.
Dan doa yang ada dalam Al-Qur’an:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”. (Ali Imran:8)
Oleh: Abu Ahmad
http://www.al-ikhwan.net/bahagia-bersama-ramadhan-3812/
Pilih Senang atau Tenang
Senang ataukah tenang yang diinginkan seseorang?
Menurut Abu Hamid Al-Ghazali, orang yang senang (al-Sa'id) itu belum tentu tenang (al-Nafs al-Mutmainnah). Misalnya, orang yang melakukan korupsi, tentu merasa senang karena mendapatkan harta dengan segera tanpa susah payah, dan dia tinggal menikmatinya saja. Tapi, apakah hati menjadi tenang dengan perolehan harta terlarang yang bukan haknya itu?
Demikian pula, orang yang melakukan perselingkuhan, boleh jadi ia dapat mengenyam kenikmatan sesaat, tetapi apakah hatinya jadi tenang dan tenteram? Atau, seseorang yang mengonsumsi narkoba, mungkin dia bisa merasa senang dan bahagia untuk sementara. Akan tetapi, apa benar dia tidak dihantui perasaan takut?
Jika sudah menyadari hal seperti ini, mengapa manusia itu berlaku zalim terhadap dirinya sendiri dan hanya mementingkan kenikmatan sesaat. Padahal, mereka berani menanggung risiko ketidaktenangan dan ketidaktenteraman dalam hidupnya.
Kebahagiaan itu kenyataannya tidak bermula pada kesenangan, melainkan berangkat dari ketenangan. Orang yang memiliki banyak uang pasti senang karena segala kebutuhannya tercukupi, tetapi uang tidak menjamin seseorang mendapatkan ketenangan hidup.
Seringkali kita temukan, orang kaya malah jadi bertambah cemas karena takut dan khawatir hartanya berkurang atau habis. Siapa pun jika mendapatkan jabatan dan kedudukan prestisius menjadi senang, tapi adakah jabatan itu bisa membuat dia tenang dalam hidupnya? Jawabnya pasti belum tentu! Jika begitu, mengapa kita tidak mementingkan ketenangan hidup ketimbang memulai kesenangan hidup? Karena ketenangan jiwa, insya Allah akan menghasilkan kesenangan dan kebahagiaan yang hakiki.
Ada adagium dalam dunia tasawuf yang patut untuk direnungkan. "Lastu Aras Sa'adata Jam'a Malin, Walakin at_Taqiya Lahaiya as-Sa'idu" (Saya tiada merasa bahagia jika berada dalam kekayaan harta, tapi takwa ini bahagia yang hakiki).
Dalam Alquran, banyak sekali ayat yang menerangkan tentang tenang dan manfaatnya. "Orang tenang (mengikuti petunjuk Alquran) itu mendapat rahmat atau kasih-sayang Allah." (QS 7:204). "Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan orang-orang beriman." (QS 9:26). "Allah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang Mukmin supaya keimanan bertambah di samping keimanan mereka yang telah ada." (QS 48: 4 dan 18).
Ketenangan jiwa niscaya akan menghilangkan rasa cemas hingga hidup menjadi ringan tanpa beban. Segala penyakit fisik pun akan hilang atau berkurang dengan sendirinya jika jiwa kita menjadi tenang. Orang yang tenang akan dengan mudah mendapat kesenangan dan kebahagiaan. Sebagai orang yang beriman, sudahlah tentu kita akan memilih hidup tenang dahulu sebelum mendapatkan yang senang.
Oleh M Baharun
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/27/126868-pilih-senang-atau-tenang
Menurut Abu Hamid Al-Ghazali, orang yang senang (al-Sa'id) itu belum tentu tenang (al-Nafs al-Mutmainnah). Misalnya, orang yang melakukan korupsi, tentu merasa senang karena mendapatkan harta dengan segera tanpa susah payah, dan dia tinggal menikmatinya saja. Tapi, apakah hati menjadi tenang dengan perolehan harta terlarang yang bukan haknya itu?
Demikian pula, orang yang melakukan perselingkuhan, boleh jadi ia dapat mengenyam kenikmatan sesaat, tetapi apakah hatinya jadi tenang dan tenteram? Atau, seseorang yang mengonsumsi narkoba, mungkin dia bisa merasa senang dan bahagia untuk sementara. Akan tetapi, apa benar dia tidak dihantui perasaan takut?
Jika sudah menyadari hal seperti ini, mengapa manusia itu berlaku zalim terhadap dirinya sendiri dan hanya mementingkan kenikmatan sesaat. Padahal, mereka berani menanggung risiko ketidaktenangan dan ketidaktenteraman dalam hidupnya.
Kebahagiaan itu kenyataannya tidak bermula pada kesenangan, melainkan berangkat dari ketenangan. Orang yang memiliki banyak uang pasti senang karena segala kebutuhannya tercukupi, tetapi uang tidak menjamin seseorang mendapatkan ketenangan hidup.
Seringkali kita temukan, orang kaya malah jadi bertambah cemas karena takut dan khawatir hartanya berkurang atau habis. Siapa pun jika mendapatkan jabatan dan kedudukan prestisius menjadi senang, tapi adakah jabatan itu bisa membuat dia tenang dalam hidupnya? Jawabnya pasti belum tentu! Jika begitu, mengapa kita tidak mementingkan ketenangan hidup ketimbang memulai kesenangan hidup? Karena ketenangan jiwa, insya Allah akan menghasilkan kesenangan dan kebahagiaan yang hakiki.
Ada adagium dalam dunia tasawuf yang patut untuk direnungkan. "Lastu Aras Sa'adata Jam'a Malin, Walakin at_Taqiya Lahaiya as-Sa'idu" (Saya tiada merasa bahagia jika berada dalam kekayaan harta, tapi takwa ini bahagia yang hakiki).
Dalam Alquran, banyak sekali ayat yang menerangkan tentang tenang dan manfaatnya. "Orang tenang (mengikuti petunjuk Alquran) itu mendapat rahmat atau kasih-sayang Allah." (QS 7:204). "Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan orang-orang beriman." (QS 9:26). "Allah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang Mukmin supaya keimanan bertambah di samping keimanan mereka yang telah ada." (QS 48: 4 dan 18).
Ketenangan jiwa niscaya akan menghilangkan rasa cemas hingga hidup menjadi ringan tanpa beban. Segala penyakit fisik pun akan hilang atau berkurang dengan sendirinya jika jiwa kita menjadi tenang. Orang yang tenang akan dengan mudah mendapat kesenangan dan kebahagiaan. Sebagai orang yang beriman, sudahlah tentu kita akan memilih hidup tenang dahulu sebelum mendapatkan yang senang.
Oleh M Baharun
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/27/126868-pilih-senang-atau-tenang
Saat Terbaik untuk Bertawakal
"Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Dia akan mencukupi (kebutuhanmu).…" (QS At-Thalaq [65]: 3).
Jika sebuah kejadian atau peristiwa menimpa kita, maka tawakal bisa menjadi alat atau washilah untuk mengubah kejadian tersebut agar sesuai dengan harapan kita. Dalam bahasa lain, tawakal pun bisa mengantarkan kita ke sebuah ranah takdir penuh kebaikan.
Persoalannya, tawakal seperti apa yang bisa mengubah takdir kita? Sebab, tak sedikit mereka yang salah persepsi tentang pemahaman tawakal ini. Sebagian memahaminya dengan keliru, bahwa tawakal adalah pasrah secara total kepada Allah tanpa berbuat apa pun. Sebagian lainnya, menganggap tak penting soal tawakal. Yang penting bagi mereka adalah kerja keras, sehingga mereka kadang memaknai doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah hanya sebatas ritual penenang hati.
Kesalahan pemahaman ini pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Dikisahkan, suatu hari seorang Badui datang kepada Nabi Muhammad SAW dengan menunggang seekor unta. Sesampainya di depan masjid, orang Badui tersebut langsung masuk masjid dan membiarkan tunggangannya ini tanpa mengikatnya. Ketika ditanya oleh sahabat yang lain, ia menjawab, "Saya bertawakal kepada Allah. Saya serahkan sepenuhnya unta saya ini kepada Allah." Mendengar itu, Nabi SAW bersabda, "Ikatlah unta itu, kemudian bertawakallah kepada Allah."
Suatu hari, Imam Ahmad bin Hanbal beserta murid-muridnya hendak berangkat ibadah haji. Beliau lalu menyuruh murid-muridnya berkemas. Semua murid beliau mempersiapkan diri secara fisik, mental, maupun finansial, kecuali satu murid saja yang hanya berdiam diri. Imam Ahmad pun heran dan bertanya kepada sang murid, "Kenapa kamu diam saja, tidak mempersiapkan segalanya untuk berangkat haji?"
"Aku bertawakal kepada Allah," jawab si murid.
"Tidak. Kamu tidak bertawakal kepada Allah, tapi kamu bertawakal (bergantung) kepada kawan-kawanmu," tanggap sang imam.
Apa yang dilakukan murid Imam Ahmad di atas seringkali menjangkiti kehidupan kita. Tawakal, menurut Imam Ahmad, bukanlah hanya berdiam diri tanpa usaha. Tawakal juga bukan kepasrahan buta tanpa upaya.
Tawakkal berarti mewakilkan atau menyilakan segala sesuatunya kepada Allah setelah upaya demi upaya termasuk ikhtiar dan doa sudah dilakukannya secara maksimal. Jika belum ada upaya, dan tak dibarengi dengan ikhtiar serta doa, maka belumlah disebut tawakal. Kini jemputlah takdir penuh kebaikan dengan tawakal kepada-Nya. Niscaya Allah cukupkan semua keperluan kita.
Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung, yang pergi di awal siang (pagi hari) dalam keadaan perut kosong (lapar) dan pulang di akhir siang (sore hari) dalam keadaan perut penuh berisi (kenyang)." (HR Ahmad, At-Tirmidzi dari 'Umar bin Khattab RA)
Oleh Muhammad Arifin Ilham
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/28/127209-saat-terbaik-untuk-bertawakal
Jika sebuah kejadian atau peristiwa menimpa kita, maka tawakal bisa menjadi alat atau washilah untuk mengubah kejadian tersebut agar sesuai dengan harapan kita. Dalam bahasa lain, tawakal pun bisa mengantarkan kita ke sebuah ranah takdir penuh kebaikan.
Persoalannya, tawakal seperti apa yang bisa mengubah takdir kita? Sebab, tak sedikit mereka yang salah persepsi tentang pemahaman tawakal ini. Sebagian memahaminya dengan keliru, bahwa tawakal adalah pasrah secara total kepada Allah tanpa berbuat apa pun. Sebagian lainnya, menganggap tak penting soal tawakal. Yang penting bagi mereka adalah kerja keras, sehingga mereka kadang memaknai doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah hanya sebatas ritual penenang hati.
Kesalahan pemahaman ini pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Dikisahkan, suatu hari seorang Badui datang kepada Nabi Muhammad SAW dengan menunggang seekor unta. Sesampainya di depan masjid, orang Badui tersebut langsung masuk masjid dan membiarkan tunggangannya ini tanpa mengikatnya. Ketika ditanya oleh sahabat yang lain, ia menjawab, "Saya bertawakal kepada Allah. Saya serahkan sepenuhnya unta saya ini kepada Allah." Mendengar itu, Nabi SAW bersabda, "Ikatlah unta itu, kemudian bertawakallah kepada Allah."
Suatu hari, Imam Ahmad bin Hanbal beserta murid-muridnya hendak berangkat ibadah haji. Beliau lalu menyuruh murid-muridnya berkemas. Semua murid beliau mempersiapkan diri secara fisik, mental, maupun finansial, kecuali satu murid saja yang hanya berdiam diri. Imam Ahmad pun heran dan bertanya kepada sang murid, "Kenapa kamu diam saja, tidak mempersiapkan segalanya untuk berangkat haji?"
"Aku bertawakal kepada Allah," jawab si murid.
"Tidak. Kamu tidak bertawakal kepada Allah, tapi kamu bertawakal (bergantung) kepada kawan-kawanmu," tanggap sang imam.
Apa yang dilakukan murid Imam Ahmad di atas seringkali menjangkiti kehidupan kita. Tawakal, menurut Imam Ahmad, bukanlah hanya berdiam diri tanpa usaha. Tawakal juga bukan kepasrahan buta tanpa upaya.
Tawakkal berarti mewakilkan atau menyilakan segala sesuatunya kepada Allah setelah upaya demi upaya termasuk ikhtiar dan doa sudah dilakukannya secara maksimal. Jika belum ada upaya, dan tak dibarengi dengan ikhtiar serta doa, maka belumlah disebut tawakal. Kini jemputlah takdir penuh kebaikan dengan tawakal kepada-Nya. Niscaya Allah cukupkan semua keperluan kita.
Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung, yang pergi di awal siang (pagi hari) dalam keadaan perut kosong (lapar) dan pulang di akhir siang (sore hari) dalam keadaan perut penuh berisi (kenyang)." (HR Ahmad, At-Tirmidzi dari 'Umar bin Khattab RA)
Oleh Muhammad Arifin Ilham
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/28/127209-saat-terbaik-untuk-bertawakal
Rabu, 28 Juli 2010
ZIKIR
Zikir adalah menyebut nama ALLAH dengan lidah kita dan mengingatNYA dalam hati kita.
Menyebut nama ALLAH saja tanpa mengingatNYA dalam lubuk hati kita, sama saja kita sering menanyakan orang tua kita kepada saudara2 kita, tapi kalau mendengar orangtua sakit tidak tergerak hati kita untuk menengoknya.
Mengingat nama ALLAH tanpa pernah menyebut namaNYA sama seperti kita yang sering datang ke rumah orang tua, memberikan bantuan uang kepada mereka, tanpa bicara sepatahpun kepada mereka.
Sementara ALLAH memerintahkan kita untuk berzikir. “Hai orang2 yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) ALLAH, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNYA di waktu pagi dan petang”. (Q:33:41-42).
Dan dalam surat yang lain ALLAH telah memperingatkan kita akan akibat jika tidak mengingatNYA. “Barangsiapa berpaling dari mengingat TUHAN YANG MAHA PEMURAH, maka kami adakan baginya setan (yang menyesatkan). Maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya”. (Q:43:36).
Adapun zikir itu terdiri dari 4 tahap :
1. Zikir lisan
Mulut menyebut nama ALLAH, tapi hati menerawang entah kemana. Setiap kali selalu menyebut nama ALLAH, tapi pikiran masih mengingat hutang yang belum terbayar, proyek yang sedang tender. Segala sesuatu terjadi karena kehendak ALLAH. Maka kalau ada kemalangan juga menyebutkan sudah takdir Tuhan. Padahal sebetulnya dia sendiri tidak pernah berusaha.
2. Zikir Qolbi
Mulut menyebut nama ALLAH dan hati hanya mengingat ALLAH. Segala apa perintah ALLAH dan segala laranganNYA ditinggalkan. Orang seperti ini sudah menjadi islam, tetapi tidak ada usaha mengembangkan islam. Yang penting saya islam.
3. Zikir Aqliyah
Mulut menyebut nama ALLAH dan hati mengingatNYA. Segala yang ada disekitarnya digunakan untuk mengingat ALLAH. Pikirannya ditujukan untuk mengingat ALLAH.
Segala tindakannya ditujukan untuk menyebarluaskan syiar islam.
4. Zikir Tawakal
Mulut, hati dan akal pikirannya ditujukan hanya untuk mengingat ALLAH. Yang terpenting adalah keridhoan ALLAH semata. Inilah zikir yang sebenar zikir. Hidupnya hanya demi ALLAH semata.
Semoga kita dapat mencapai pada ZIKIR TAWAKAL, aamiin
Menyebut nama ALLAH saja tanpa mengingatNYA dalam lubuk hati kita, sama saja kita sering menanyakan orang tua kita kepada saudara2 kita, tapi kalau mendengar orangtua sakit tidak tergerak hati kita untuk menengoknya.
Mengingat nama ALLAH tanpa pernah menyebut namaNYA sama seperti kita yang sering datang ke rumah orang tua, memberikan bantuan uang kepada mereka, tanpa bicara sepatahpun kepada mereka.
Sementara ALLAH memerintahkan kita untuk berzikir. “Hai orang2 yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) ALLAH, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNYA di waktu pagi dan petang”. (Q:33:41-42).
Dan dalam surat yang lain ALLAH telah memperingatkan kita akan akibat jika tidak mengingatNYA. “Barangsiapa berpaling dari mengingat TUHAN YANG MAHA PEMURAH, maka kami adakan baginya setan (yang menyesatkan). Maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya”. (Q:43:36).
Adapun zikir itu terdiri dari 4 tahap :
1. Zikir lisan
Mulut menyebut nama ALLAH, tapi hati menerawang entah kemana. Setiap kali selalu menyebut nama ALLAH, tapi pikiran masih mengingat hutang yang belum terbayar, proyek yang sedang tender. Segala sesuatu terjadi karena kehendak ALLAH. Maka kalau ada kemalangan juga menyebutkan sudah takdir Tuhan. Padahal sebetulnya dia sendiri tidak pernah berusaha.
2. Zikir Qolbi
Mulut menyebut nama ALLAH dan hati hanya mengingat ALLAH. Segala apa perintah ALLAH dan segala laranganNYA ditinggalkan. Orang seperti ini sudah menjadi islam, tetapi tidak ada usaha mengembangkan islam. Yang penting saya islam.
3. Zikir Aqliyah
Mulut menyebut nama ALLAH dan hati mengingatNYA. Segala yang ada disekitarnya digunakan untuk mengingat ALLAH. Pikirannya ditujukan untuk mengingat ALLAH.
Segala tindakannya ditujukan untuk menyebarluaskan syiar islam.
4. Zikir Tawakal
Mulut, hati dan akal pikirannya ditujukan hanya untuk mengingat ALLAH. Yang terpenting adalah keridhoan ALLAH semata. Inilah zikir yang sebenar zikir. Hidupnya hanya demi ALLAH semata.
Semoga kita dapat mencapai pada ZIKIR TAWAKAL, aamiin
Nazaruddin dan Tamunya
Di suatu pagi yang cerah, Nazaruddin duduk di teras rumahnya.
Pagi itu matahari bersinar dngan indahnya. Suasana alam yang segar ditambah pemandangan halaman yang dihiasi dengan bunga2 yang indah, membuat Nazaruddin merasa bersyukur telah diberi kesempatan untuk menikmati indahnya ciptaan ALLAH.
Tiba2 tampak seorang tetangganya, datang tergopoh-gopoh memasuki pekarangannya. Orang itu langsung menuju kehadapan Nazaruddin.
Tamu : Assalamu’alaikum wahai sahabatku Nazaruddin.
Nazaruddin :Wa’alaikumsalam wahai sahabatku. Duduklah. Apa gerangan yang membuatmu tampak tergesa-gesa seperti telah terjadi sesuatu?.
T : Tolonglah aku wahai Nazaruddin. Aku telah mengalami tekanan bathin yang mendalam. Engkau tahu rumahku tidaklah terlalu besar. Sejak kedatangan ibu mertuaku 1 bulan yang lalu, rumah itu bagai neraka bagiku
N : Bukankah engkau tampak bahagia selama ini?
T : Sejak kedatangan ibu mertuaku kebahagiaan itu telah sirna. Hanya tersisa derita dalam hidupku
N : Ceritakanlah apa yang terjadi. Mungkin aku dapat membantumu.
T : Setiap pagi mertuaku selalu mengomel tidak keruan, Suaranya bagaikan barang kelontong yang saling beradu. Suaranya yang melengking nyaring telah membuat sakit telingaku. Belum lagi suara anak2ku yang saling ribut memperebutkan mainan. Itu membuat semua pikiranku menjadi kacau. Aku pergi bekerja dengan pikiran tidak tenang.
Ketika pulang sore hari hal yang sama terjadi lagi. Sehingga suasana hatiku tidak tenang rasanya tinggal dirumah itu. Ingin rasanya aku membuat rumah lagi”.
N : Apakah bukan karena engkau telah mempekerjakan seorang wanita cantik di tokomu?
T : Ayolah sahabatku. Engkaukan tau bagaimana sifatku terhadap istriku. Aku sangat menyayanginya. Tolonglah aku wahai Nazaruddin
N : Tidakkah istrimu mempunyai saudara?
T : Ada 2 orang. Seorang kakak laki2 yang pekerjaannya tidak menentu. Dia bekerja kesana kemari, mengharap ada orang yang membutuhkan tenaganya. Dia mempunyai 3 orang anak. Hidup mereka dari belas kasihan orang. Adiknya perempuan, mempunyai suami yang kerjanya berniaga sampai lama diluar kota. Kadang sampai 6 bulan baru dia kembali.
Mereka mempunyai 2 anak kecil yang sedang lucu2nya
N : Kalau begitu undanglah mereka untuk menginap di rumahmu semuanya
T : Apakah engkau sudah gila? Dengan yang ada sekarang saja rumah itu sudah membosankan. Ditambah lagi dengan keluarga istriku. Apa tidak tidak bertambah kacau?
N : Percayalah sahabat apa yang aku katakan. Lakukanlah semua itu, maka engkau akan mendapat kebahagiaan
T : Baiklah sahabat, akan aku laksanakan nasehatmu
Tamu itupun pergilah meninggalkan Nazaruddin. Nazaruddin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa kasihan kepada tetangganya itu.
3 hari kemudian tetangga itu datang lagi.
T : Masya Allah Nazaruddin. Rumahku bagai kapal pecah. Suara anak2 yang ribut. Belum lagi suara ribut para wanita. Kepalaku terasa pecah. Tolonglah aku wahai Nazaruddin
N : Bersabarlah engkau, maka engkau akan mendapat kebahagiaan. Tunggulah beberapa hari lagi.
Tamu itupun pergi dengan langkah gontai. Kembali Nazaruddin menggeleng-gelngkan kepalanya merasa kasihan dengan sahabatnya itu. Andai dia sabar menghadapi cobaan
7 hari telah berlalu. Sahabat itupun datang lagi. Wajahnya tampak kusut,
langkahnya tidak menentu, matanya merah seperti orang yang tidak tidur beberapa
hari. Sambil meneteskan air mata, orang itupun memohon kepada Nazaruddin.
T : Wahai Nazaruddin sahabatku. Tolonglah aku. Rumahku bagaikan neraka jadinya. Setiap pagi anak2 itu sudah ribut berebut mainan, ditambah dengan teriakan ibu2 mereka yang lantang. Pikiranku setiap pagi menjadi kacau. Pulang kerja terjadi hal yang sama.
Aku tidak dapat bebas melangkah didalam rumahku. Disetiap tempat mainan anak2 tersebar berantakan. Di malam hari aku tidak dapat tidur. Anak2 itu saling bermain sambil berteriak. Ditambah lagi teriakan ibu2nya yang bukan menenangkan, malah menambah ribut suasana. Bagaimana mungkin aku bisa tidur?
Tolonglah wahai sahabatku”.
N : Baiklah sahabat, Sekarang engkau dapat menyuruh keluarga istrimu untuk kembali ke tempat mereka masing2. Semoga engkau mendapat kebahagiaan di rumahmu
3 hari kemudian sahabat itu datang lagi. Langkahnya tegap. Mulutnya menyunggingkan senyum. Matanya berbinar-binar. Mukanya bersinar terang. Dia tampak bahagia.
T: Wahai sahabat, terima kasih atas semua nasehatmu. Sekarang aku telah menemukan kebahagiaan dalam rumahku. Rumahku bagaikan surga. Suara teriakan anak2 bagaikan suara burung yang merdu di pagi hari. Suara teriakan mertuaku bagaikan suara penyanyi gambus yang melagukan lagu yang riang merdu mengalun. Hatiku terasa tenang. Sekarang berapakah yang harus kubayar untuk semua nasehatmu itu?
N : Tidak usah engkau membayarnya. Syukuri saja semua rezeki yang telah engkau terima. Betapa bahagianya engkau telah mempunyai rumah tangga yang dikaruniai istri yang cantik dan setia. Bandingkanlah dengan keluarga istrimu.
Kakak istrimu tidak mempunyai pekerjaan. Hidup mereka susah, hanya berdasarkan belas kasihan para tetangga. Bagaimana mungkin engkau titipkan ibu mertuamu disana? Bagaimana makannya?
Adik istrimu mempunyai suami yang kerjanya berniaga. 6 bulan sekali baru mereka bertemu. Anak2 mereka masih kecil2. Bagaimana jika ibu metuamu yang sudah tua itu tinggal disana, kemudian dia jatuh sakit? Tidak ada laki2 dewasa disana.
Beruntunglah engkau yang mendapat amanah mengurus seorang ibu. Ingatlah surga di telapak kaki ibu.
Jika engkau ingin membayarku, berikanlah uang itu kepada fakir miskin, anak2 yatim, atau mereka yang membutuhkannya. Semoga engkau mendapat ridho dari ALLAH.
Jika engkau hendak membangun rumah lagi, bangunlah rumah untuk ALLAH.
Dirikanlah mushola atau rumah yatim piatu. Semoga dengan itu ALLAH akan membangun rumah yang indah untukmu disurga.
Sekarang pulanglah engkau. Bahagiakanlah keluargamu, karena mereka amanah dari ALLAH. Syukurilah semua rezeki yang telah engkau dapat, maka ALLAH akan melipat-gandakan rezekimu. Janganlah engkau selalu melihat keatas kepada orang2 yang lebih darimu. Pada suatu saat engkau akan tergelincir oleh sebuah kerikil. Lihatlah orang2 disekitarmu yang lebih rendah darimu. Bantulah mereka semampumu, maka ALLAH pun akan membantumu.
http://www.ilunifk83.com/renungan-f12/kisah-inspiratif-t154.htm
Pagi itu matahari bersinar dngan indahnya. Suasana alam yang segar ditambah pemandangan halaman yang dihiasi dengan bunga2 yang indah, membuat Nazaruddin merasa bersyukur telah diberi kesempatan untuk menikmati indahnya ciptaan ALLAH.
Tiba2 tampak seorang tetangganya, datang tergopoh-gopoh memasuki pekarangannya. Orang itu langsung menuju kehadapan Nazaruddin.
Tamu : Assalamu’alaikum wahai sahabatku Nazaruddin.
Nazaruddin :Wa’alaikumsalam wahai sahabatku. Duduklah. Apa gerangan yang membuatmu tampak tergesa-gesa seperti telah terjadi sesuatu?.
T : Tolonglah aku wahai Nazaruddin. Aku telah mengalami tekanan bathin yang mendalam. Engkau tahu rumahku tidaklah terlalu besar. Sejak kedatangan ibu mertuaku 1 bulan yang lalu, rumah itu bagai neraka bagiku
N : Bukankah engkau tampak bahagia selama ini?
T : Sejak kedatangan ibu mertuaku kebahagiaan itu telah sirna. Hanya tersisa derita dalam hidupku
N : Ceritakanlah apa yang terjadi. Mungkin aku dapat membantumu.
T : Setiap pagi mertuaku selalu mengomel tidak keruan, Suaranya bagaikan barang kelontong yang saling beradu. Suaranya yang melengking nyaring telah membuat sakit telingaku. Belum lagi suara anak2ku yang saling ribut memperebutkan mainan. Itu membuat semua pikiranku menjadi kacau. Aku pergi bekerja dengan pikiran tidak tenang.
Ketika pulang sore hari hal yang sama terjadi lagi. Sehingga suasana hatiku tidak tenang rasanya tinggal dirumah itu. Ingin rasanya aku membuat rumah lagi”.
N : Apakah bukan karena engkau telah mempekerjakan seorang wanita cantik di tokomu?
T : Ayolah sahabatku. Engkaukan tau bagaimana sifatku terhadap istriku. Aku sangat menyayanginya. Tolonglah aku wahai Nazaruddin
N : Tidakkah istrimu mempunyai saudara?
T : Ada 2 orang. Seorang kakak laki2 yang pekerjaannya tidak menentu. Dia bekerja kesana kemari, mengharap ada orang yang membutuhkan tenaganya. Dia mempunyai 3 orang anak. Hidup mereka dari belas kasihan orang. Adiknya perempuan, mempunyai suami yang kerjanya berniaga sampai lama diluar kota. Kadang sampai 6 bulan baru dia kembali.
Mereka mempunyai 2 anak kecil yang sedang lucu2nya
N : Kalau begitu undanglah mereka untuk menginap di rumahmu semuanya
T : Apakah engkau sudah gila? Dengan yang ada sekarang saja rumah itu sudah membosankan. Ditambah lagi dengan keluarga istriku. Apa tidak tidak bertambah kacau?
N : Percayalah sahabat apa yang aku katakan. Lakukanlah semua itu, maka engkau akan mendapat kebahagiaan
T : Baiklah sahabat, akan aku laksanakan nasehatmu
Tamu itupun pergilah meninggalkan Nazaruddin. Nazaruddin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa kasihan kepada tetangganya itu.
3 hari kemudian tetangga itu datang lagi.
T : Masya Allah Nazaruddin. Rumahku bagai kapal pecah. Suara anak2 yang ribut. Belum lagi suara ribut para wanita. Kepalaku terasa pecah. Tolonglah aku wahai Nazaruddin
N : Bersabarlah engkau, maka engkau akan mendapat kebahagiaan. Tunggulah beberapa hari lagi.
Tamu itupun pergi dengan langkah gontai. Kembali Nazaruddin menggeleng-gelngkan kepalanya merasa kasihan dengan sahabatnya itu. Andai dia sabar menghadapi cobaan
7 hari telah berlalu. Sahabat itupun datang lagi. Wajahnya tampak kusut,
langkahnya tidak menentu, matanya merah seperti orang yang tidak tidur beberapa
hari. Sambil meneteskan air mata, orang itupun memohon kepada Nazaruddin.
T : Wahai Nazaruddin sahabatku. Tolonglah aku. Rumahku bagaikan neraka jadinya. Setiap pagi anak2 itu sudah ribut berebut mainan, ditambah dengan teriakan ibu2 mereka yang lantang. Pikiranku setiap pagi menjadi kacau. Pulang kerja terjadi hal yang sama.
Aku tidak dapat bebas melangkah didalam rumahku. Disetiap tempat mainan anak2 tersebar berantakan. Di malam hari aku tidak dapat tidur. Anak2 itu saling bermain sambil berteriak. Ditambah lagi teriakan ibu2nya yang bukan menenangkan, malah menambah ribut suasana. Bagaimana mungkin aku bisa tidur?
Tolonglah wahai sahabatku”.
N : Baiklah sahabat, Sekarang engkau dapat menyuruh keluarga istrimu untuk kembali ke tempat mereka masing2. Semoga engkau mendapat kebahagiaan di rumahmu
3 hari kemudian sahabat itu datang lagi. Langkahnya tegap. Mulutnya menyunggingkan senyum. Matanya berbinar-binar. Mukanya bersinar terang. Dia tampak bahagia.
T: Wahai sahabat, terima kasih atas semua nasehatmu. Sekarang aku telah menemukan kebahagiaan dalam rumahku. Rumahku bagaikan surga. Suara teriakan anak2 bagaikan suara burung yang merdu di pagi hari. Suara teriakan mertuaku bagaikan suara penyanyi gambus yang melagukan lagu yang riang merdu mengalun. Hatiku terasa tenang. Sekarang berapakah yang harus kubayar untuk semua nasehatmu itu?
N : Tidak usah engkau membayarnya. Syukuri saja semua rezeki yang telah engkau terima. Betapa bahagianya engkau telah mempunyai rumah tangga yang dikaruniai istri yang cantik dan setia. Bandingkanlah dengan keluarga istrimu.
Kakak istrimu tidak mempunyai pekerjaan. Hidup mereka susah, hanya berdasarkan belas kasihan para tetangga. Bagaimana mungkin engkau titipkan ibu mertuamu disana? Bagaimana makannya?
Adik istrimu mempunyai suami yang kerjanya berniaga. 6 bulan sekali baru mereka bertemu. Anak2 mereka masih kecil2. Bagaimana jika ibu metuamu yang sudah tua itu tinggal disana, kemudian dia jatuh sakit? Tidak ada laki2 dewasa disana.
Beruntunglah engkau yang mendapat amanah mengurus seorang ibu. Ingatlah surga di telapak kaki ibu.
Jika engkau ingin membayarku, berikanlah uang itu kepada fakir miskin, anak2 yatim, atau mereka yang membutuhkannya. Semoga engkau mendapat ridho dari ALLAH.
Jika engkau hendak membangun rumah lagi, bangunlah rumah untuk ALLAH.
Dirikanlah mushola atau rumah yatim piatu. Semoga dengan itu ALLAH akan membangun rumah yang indah untukmu disurga.
Sekarang pulanglah engkau. Bahagiakanlah keluargamu, karena mereka amanah dari ALLAH. Syukurilah semua rezeki yang telah engkau dapat, maka ALLAH akan melipat-gandakan rezekimu. Janganlah engkau selalu melihat keatas kepada orang2 yang lebih darimu. Pada suatu saat engkau akan tergelincir oleh sebuah kerikil. Lihatlah orang2 disekitarmu yang lebih rendah darimu. Bantulah mereka semampumu, maka ALLAH pun akan membantumu.
http://www.ilunifk83.com/renungan-f12/kisah-inspiratif-t154.htm
Konspirasi Para Pelacur
assalaamu’alaikum wr. wb.
Pekerja seks komersial, disingkat PSK; itulah nama yang digunakan di media-media massa untuk menyebut mereka. Entah siapa sebenarnya yang pertama kali menggunakan istilah ini, namun yang jelas, nampaknya semua media sudah bersepakat (atau berkonspirasi?) untuk menggunakannya secara konsisten.
Pekerja, sebuah istilah yang sangat bagus.
Islam sangat menyukai kerja, apalagi kerja dalam rangka mencari nafkah. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengatakan bahwa tiada makanan yang lebih baik daripada yang merupakan hasil usaha tangan sendiri. Sebuah hadits lainnya mengatakan bahwa orang yang merasa kelelahan karena mencari nafkah akan disenangi Allah, bahkan dosa-dosanya di malam itu (yaitu malam ketika ia merasa kelelahan setelah bekerja seharian) akan diampuni. Ada juga hadits yang mengatakan bahwa diantara dosa-dosa yang tak bisa dihapus dengan pahala shalat, sedekah dan haji, ada yang bisa ditebus dengan kepayahan mencari nafkah.
Seks, sebuah istilah yang juga mengundang banyak perhatian dalam agama Islam. Berlainan dengan beberapa agama lainnya, Islam tidak memandang seks sebagai sesuatu yang buruk. Islam menetapkan pahala bagi hubungan seks antara suami-istri. Rasulullah saw. bersabda, jika menyalurkan hasrat seksual di jalan yang haram maka pasti berdosa. Sebaliknya, jika menyalurkannya di jalan yang benar tentu berpahala.
Komersial, sebuah istilah yang selalu berkaitan dengan perniagaan. Tidak ada salahnya berdagang dan mencari keuntungan, bahkan hal tersebut dicontohkan oleh Rasulullah saw. Kemandirian finansial adalah hal yang sangat penting bagi seorang Muslim. Islam juga sangat memperhatikan pentingnya kejujuran dan keridhaan dalam setiap transaksi jual-beli.
Jadi mengapa ketiga istilah yang sejatinya membicarakan hal-hal yang sangat ‘Islami’ ini kemudian diperkosa sedemikian rupa sehingga kombinasinya menghasilkan sebuah frase yang menggantikan kata “pelacur”? Tak berhenti sampai di situ, muncul pula istilah baru lain, demi membela harkat dan martabat para pelacur, yaitu: kupu-kupu malam. Kupu-kupu; hewan cantik yang hidupnya hinggap dari bunga ke bunga, yang melakukan puasa (saya tidak gunakan istilah shaum di sini untuk membedakannya dengan ibadah umat Muslim) untuk mengubah diri dari ulat yang buruk menjadi kupu-kupu yang manis. Malam; waktu-waktu strategis yang digunakan untuk beristirahatnya manusia, bahkan fungsinya ini pun disebut-sebut dalam Al-Qur’an. Apa dosa kupu-kupu dan malam sehingga mereka dikombinasikan untuk menghasilkan makna “pelacur”?
Keberpihakan manusia pada para pelacur memang luar biasa. Mungkin karena banyak yang percaya pada sebuah anekdot sarkastis yang mengatakan bahwa pelacur adalah profesi yang paling tua di dunia. Entah dari mana mereka mendapatkan data untuk mendukung hipotesis ini. Yang jelas, pembelaan media terhadap pelacur nampaknya memang jauh lebih hebat daripada pembelaannya terhadap para ulama atau MUI. Sebagian aktifis Islam yang menuntut ditegakkannya syariat Islam diberi label ‘preman berjubah’, sedangkan para pelacur nista disanjung sebagai ‘pekerja seks komersial’. Mesti kita beri nama apakah para insan pers yang merekayasa peristilahan dalam bahasa Indonesia ini?
Masyarakat marah pada para pelacur. Anak-anak mereka, suami-suami mereka, dan ayah-ayah mereka jadi tak bermoral gara-gara pelacuran. Yang melacur pun tak lain adalah anak-anak gadis mereka, kakak-adik perempuan mereka, dan barangkali juga istri-istri dan ibu-ibu mereka juga. Pemerintah yang menjunjung tinggi ‘kepentingan semua orang’ (termasuk kehendak para germo dan pelacur juga) kemudian mengajukan solusi: lokalisasi saja semua pelacur itu! Supaya tidak memberi ekses negatif pada masyarakat, para pelacur pun dibikinkan kompleknya sendiri untuk bernista-ria bersama para pelanggannya. Tapi para pelacur lebih pintar daripada pemerintah. Untuk memangkas biaya, lokalisasi tidak hanya jadi tempat bekerja, tapi juga jadi tempat tinggal mereka. Dan karena hukum ekonomi supply and demand, karena lokalisasi ramai dengan pengunjung, maka banyak yang melihatnya sebagai peluang bisnis. Jualan makanan kecil, minuman ringan, atau buka warung, pasti laku. Maka para pedagang pun berdatangan dan secara tidak langsung ikut menikmati bisnis pelacuran ini. Karena pedagang pun ingin memangkas biaya, maka mereka pun tinggal di lokalisasi itu. Para pelacur dan pedagang lebih pintar daripada pemerintah. Alih-alih menjauhkan pelacuran dari komunitas masyarakat, lokalisasi malah menciptakan masyarakatnya sendiri. Siklus beralih kembali, sehingga anak-anak mereka, suami-suami mereka, ayah-ayah mereka kembali jadi pelanggan para pelacur, sedangkan anak-anak perempuan mereka, kakak-adik perempuan mereka, istri-istri mereka dan ibu-ibu mereka pun menjadi pelacur pula. Generasi apa yang bisa kita harapkan lahir dari sebuah komplek yang didominasi oleh para pelacur?
Setelah berhasil menguasai komplek lokalisasi, menyedot perhatian masyarakat yang dulu meminggirkannya, dan mendapatkan pembelaan dari media massa, para pelacur pun sudah berani untuk mendeklarasikan keinginannya untuk mendominasi DPRD. Di Kabupaten Blitar, para pelacur sudah mengancam akan berdemo telanjang kalau Pemkab meneruskan niatnya untuk menutup tiga buah lokalisasi di kabupaten itu (ya, ada tiga!). “Kami ini juga manusia yang butuh pekerjaan untuk menghidupi keluarga!” kata salah seorang dari mereka. “Pemerintah harus manusiawi!” kata salah seorang aktifis yang membela mereka. “Dari parkir saja, lokalisasi menyumbang dana 1,5 juta rupiah per bulan!” begitu kata koordinator salah satu lokalisasi.
Para pelacur memang luar biasa. Kebobrokan moral bisa mereka tutupi dengan isu-isu kemanusiaan. Segalanya dikonversi dalam satuan rupiah, sehingga nampak seolah-olah mereka adalah semacam ‘pahlawan devisa’ bagi pemerintah. Tapi tak ada yang menghitung berapa banyak keluarga yang hancur berantakan gara-gara pelacuran, berapa banyak anak yang rusak moralnya karena lahir dan besar di lokalisasi, dan berapa orang yang terjangkit HIV/AIDS per tahunnya. Konspirasi yang mereka galang nyaris sempurna. Nyaris, karena nampaknya masih ada DPRD yang tak tersentuh. Jangan heran kalau di pemilu-pemilu mendatang ada caleg yang terang-terangan mengaku dulunya berprofesi sebagai pelacur, atau dengan berapi-api menyatakan akan membela hak-hak para pelacur. Ah, kenapa tidak sekalian saja bikin partai? Partai Pelacur?
Ah, tapi para pelacur tak suka disebut pelacur. Barangkali dalam waktu dekat ini, para penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia pun akan dituntut untuk menghilangkan kata pelacur dari kosa kata bangsa Indonesia, selamanya!
wassalaamu’alaikum wr. wb.
Oleh : Akmal Sjafril
http://www.edumuslim.org/index.php?option=article&article_rf=171
Pekerja seks komersial, disingkat PSK; itulah nama yang digunakan di media-media massa untuk menyebut mereka. Entah siapa sebenarnya yang pertama kali menggunakan istilah ini, namun yang jelas, nampaknya semua media sudah bersepakat (atau berkonspirasi?) untuk menggunakannya secara konsisten.
Pekerja, sebuah istilah yang sangat bagus.
Islam sangat menyukai kerja, apalagi kerja dalam rangka mencari nafkah. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengatakan bahwa tiada makanan yang lebih baik daripada yang merupakan hasil usaha tangan sendiri. Sebuah hadits lainnya mengatakan bahwa orang yang merasa kelelahan karena mencari nafkah akan disenangi Allah, bahkan dosa-dosanya di malam itu (yaitu malam ketika ia merasa kelelahan setelah bekerja seharian) akan diampuni. Ada juga hadits yang mengatakan bahwa diantara dosa-dosa yang tak bisa dihapus dengan pahala shalat, sedekah dan haji, ada yang bisa ditebus dengan kepayahan mencari nafkah.
Seks, sebuah istilah yang juga mengundang banyak perhatian dalam agama Islam. Berlainan dengan beberapa agama lainnya, Islam tidak memandang seks sebagai sesuatu yang buruk. Islam menetapkan pahala bagi hubungan seks antara suami-istri. Rasulullah saw. bersabda, jika menyalurkan hasrat seksual di jalan yang haram maka pasti berdosa. Sebaliknya, jika menyalurkannya di jalan yang benar tentu berpahala.
Komersial, sebuah istilah yang selalu berkaitan dengan perniagaan. Tidak ada salahnya berdagang dan mencari keuntungan, bahkan hal tersebut dicontohkan oleh Rasulullah saw. Kemandirian finansial adalah hal yang sangat penting bagi seorang Muslim. Islam juga sangat memperhatikan pentingnya kejujuran dan keridhaan dalam setiap transaksi jual-beli.
Jadi mengapa ketiga istilah yang sejatinya membicarakan hal-hal yang sangat ‘Islami’ ini kemudian diperkosa sedemikian rupa sehingga kombinasinya menghasilkan sebuah frase yang menggantikan kata “pelacur”? Tak berhenti sampai di situ, muncul pula istilah baru lain, demi membela harkat dan martabat para pelacur, yaitu: kupu-kupu malam. Kupu-kupu; hewan cantik yang hidupnya hinggap dari bunga ke bunga, yang melakukan puasa (saya tidak gunakan istilah shaum di sini untuk membedakannya dengan ibadah umat Muslim) untuk mengubah diri dari ulat yang buruk menjadi kupu-kupu yang manis. Malam; waktu-waktu strategis yang digunakan untuk beristirahatnya manusia, bahkan fungsinya ini pun disebut-sebut dalam Al-Qur’an. Apa dosa kupu-kupu dan malam sehingga mereka dikombinasikan untuk menghasilkan makna “pelacur”?
Keberpihakan manusia pada para pelacur memang luar biasa. Mungkin karena banyak yang percaya pada sebuah anekdot sarkastis yang mengatakan bahwa pelacur adalah profesi yang paling tua di dunia. Entah dari mana mereka mendapatkan data untuk mendukung hipotesis ini. Yang jelas, pembelaan media terhadap pelacur nampaknya memang jauh lebih hebat daripada pembelaannya terhadap para ulama atau MUI. Sebagian aktifis Islam yang menuntut ditegakkannya syariat Islam diberi label ‘preman berjubah’, sedangkan para pelacur nista disanjung sebagai ‘pekerja seks komersial’. Mesti kita beri nama apakah para insan pers yang merekayasa peristilahan dalam bahasa Indonesia ini?
Masyarakat marah pada para pelacur. Anak-anak mereka, suami-suami mereka, dan ayah-ayah mereka jadi tak bermoral gara-gara pelacuran. Yang melacur pun tak lain adalah anak-anak gadis mereka, kakak-adik perempuan mereka, dan barangkali juga istri-istri dan ibu-ibu mereka juga. Pemerintah yang menjunjung tinggi ‘kepentingan semua orang’ (termasuk kehendak para germo dan pelacur juga) kemudian mengajukan solusi: lokalisasi saja semua pelacur itu! Supaya tidak memberi ekses negatif pada masyarakat, para pelacur pun dibikinkan kompleknya sendiri untuk bernista-ria bersama para pelanggannya. Tapi para pelacur lebih pintar daripada pemerintah. Untuk memangkas biaya, lokalisasi tidak hanya jadi tempat bekerja, tapi juga jadi tempat tinggal mereka. Dan karena hukum ekonomi supply and demand, karena lokalisasi ramai dengan pengunjung, maka banyak yang melihatnya sebagai peluang bisnis. Jualan makanan kecil, minuman ringan, atau buka warung, pasti laku. Maka para pedagang pun berdatangan dan secara tidak langsung ikut menikmati bisnis pelacuran ini. Karena pedagang pun ingin memangkas biaya, maka mereka pun tinggal di lokalisasi itu. Para pelacur dan pedagang lebih pintar daripada pemerintah. Alih-alih menjauhkan pelacuran dari komunitas masyarakat, lokalisasi malah menciptakan masyarakatnya sendiri. Siklus beralih kembali, sehingga anak-anak mereka, suami-suami mereka, ayah-ayah mereka kembali jadi pelanggan para pelacur, sedangkan anak-anak perempuan mereka, kakak-adik perempuan mereka, istri-istri mereka dan ibu-ibu mereka pun menjadi pelacur pula. Generasi apa yang bisa kita harapkan lahir dari sebuah komplek yang didominasi oleh para pelacur?
Setelah berhasil menguasai komplek lokalisasi, menyedot perhatian masyarakat yang dulu meminggirkannya, dan mendapatkan pembelaan dari media massa, para pelacur pun sudah berani untuk mendeklarasikan keinginannya untuk mendominasi DPRD. Di Kabupaten Blitar, para pelacur sudah mengancam akan berdemo telanjang kalau Pemkab meneruskan niatnya untuk menutup tiga buah lokalisasi di kabupaten itu (ya, ada tiga!). “Kami ini juga manusia yang butuh pekerjaan untuk menghidupi keluarga!” kata salah seorang dari mereka. “Pemerintah harus manusiawi!” kata salah seorang aktifis yang membela mereka. “Dari parkir saja, lokalisasi menyumbang dana 1,5 juta rupiah per bulan!” begitu kata koordinator salah satu lokalisasi.
Para pelacur memang luar biasa. Kebobrokan moral bisa mereka tutupi dengan isu-isu kemanusiaan. Segalanya dikonversi dalam satuan rupiah, sehingga nampak seolah-olah mereka adalah semacam ‘pahlawan devisa’ bagi pemerintah. Tapi tak ada yang menghitung berapa banyak keluarga yang hancur berantakan gara-gara pelacuran, berapa banyak anak yang rusak moralnya karena lahir dan besar di lokalisasi, dan berapa orang yang terjangkit HIV/AIDS per tahunnya. Konspirasi yang mereka galang nyaris sempurna. Nyaris, karena nampaknya masih ada DPRD yang tak tersentuh. Jangan heran kalau di pemilu-pemilu mendatang ada caleg yang terang-terangan mengaku dulunya berprofesi sebagai pelacur, atau dengan berapi-api menyatakan akan membela hak-hak para pelacur. Ah, kenapa tidak sekalian saja bikin partai? Partai Pelacur?
Ah, tapi para pelacur tak suka disebut pelacur. Barangkali dalam waktu dekat ini, para penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia pun akan dituntut untuk menghilangkan kata pelacur dari kosa kata bangsa Indonesia, selamanya!
wassalaamu’alaikum wr. wb.
Oleh : Akmal Sjafril
http://www.edumuslim.org/index.php?option=article&article_rf=171
Berita yang Menanti Jawaban
ssalaamu’alaikum wr. wb.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul). (Q.S. An-Nahl [16] : 36)
Al-Qur’an dibuka dengan surah Al-Fatihah yang memberikan gambaran penuh tentang penyerahan diri total seorang Muslim kepada Allah, dan diakhiri dengan permohonan agar ditunjuki kepada jalan yang lurus. Ayat-ayat berikutnya dalam surah Al-Baqarah menyediakan jawaban yang tegas; Kitab inilah – yaitu Al-Qur’an – yang tak seorang pun yang pantas untuk meragukannya. Maka Kitab inilah jawabannya.
Di sana-sini, bertebaran ayat-ayat Al-Qur’an yang berakhir dengan retorika, “tidakkah kamu berpikir?“, seolah menantang akal manusia untuk terus mencerna pembimbingan Ilahi. Kemudian ada pula ayat-ayat seperti di atas, yang menyuruh manusia untuk berjalan di muka bumi dan melihat dengan mata kepalanya sendiri pembuktian empiris dari seluruh petunjuk agama Allah. Yang paling tegas, barangkali, adalah Surah Al-’Ashr, yang di dalamnya Allah bersumpah bahwa waktu pasti akan membuktikan bahwa semua manusia itu merugi, kecuali yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan oleh-Nya.
Sebenarnya, retorika adalah pertanyaan yang tak perlu dijawab secara verbal, karena hati manusia sudah mengetahui jawabannya, dan tak ada perdebatan atas jawaban tersebut. Sayang, retorika dalam Kitab Suci justru direduksi maknanya menjadi pertanyaan yang tak perlu susah-susah dicarikan jawabannya.
Bercermin dengan ayat di atas membawa kita pada satu pertanyaan: seberapa jauh sudah kita jelajahi bumi ini, dan sebesar apa perhatian kita terhadap kejadian-kejadian di dalamnya? Sebesar apakah perhatian kita, dan sebesar apakah kepedulian kita?
Di era informasi ini, semua berita bisa diakses oleh siapa saja. Dari kriminalitas sampai gosip selingkuh artis, semuanya menjadi konsumsi publik. Pada awalnya semua orang dimabuk oleh kebebasan informasi ini. Semuanya kecanduan informasi. Semua ingin jadi yang pertama untuk tahu setiap detil urusan yang sama sekali bukan urusannya.
Sebagai sebuah siklus, suatu fase yang tidak kalah mengerikannya dari fase mabuk informasi adalah fase jenuhnya. Seluruh informasi bertebaran, dan karena sudah terbiasa, bagaikan tak terasa lagi. Dulu masyarakat bergidik melihat rekaman kekerasan di STPDN. Sekarang, bahkan siswi SMP pun berkelahi jambak-jambakan sambil direkam video ponsel, kemudian video itu disebar kemana-mana. Dulu menggelegak darah kita memikirkan hansip yang main hakim sendiri menggebuki maling jemuran. Sekarang, melihat rekaman seorang guru yang menampari muridnya kita cukup geleng-geleng kepala.
Rasa hilang karena terbiasa. Nikmat yang kita rasakan setiap hari sudah dianggap kebiasaan semata. Demikian pula musibah – selama bukan kita yang merasakannya – tidak lagi membuat kita prihatin. Semuanya telah menjadi konsumsi kita sehari-hari di layar televisi.
Informasi adalah benda mati yang tak bisa dituntut pertanggungjawabannya. Manusialah yang harus bertanggung jawab, karena setiap hari mendapat informasi, tapi tidak juga menggunakan akalnya. Setiap hari menerima berita baru, tapi sedikit saja mengambil pelajaran. Setiap hari Al-Qur’an bertanya-tanya kepada kita, “Apa yang kau dapatkan dari perjalananmu di muka bumi ini?”, dan kita terus saja mengabaikan kewajiban untuk menjawab pertanyaan itu. “Cuma retorika,” begitulah pembenarannya. Tapi retorika pun menuntut jawaban, meski hanya dalam hati kecil.
Berjanjilah!
Seorang ayah, karena kesal pada istrinya, membawa anaknya yang masih kecil ke pinggir rel KA. Diajaknya anaknya itu duduk di pinggir rel, ditidurkannya, dan dengan sengaja, kaki kecil itu dijulurkannya ke rel KA.
Anak itu, yang masih tak punya niat jahat dan tak kenal rasa dengki itu, yang tak punya kecurigaan sedikitpun pada sang ayah, membiarkan saja kakinya terjulur demikian.
Kereta pun datang dan memutus kakinya tanpa ampun.
Sang Ayah, entah ketakutan, tersadar akan apa yang telah dilakukannya, atau memang karena jahat yang sebenar-benarnya, melawan fitrah-nya sendiri sebagai seorang Ayah. Sudut hatinya menjerit-jerit, atau barangkali mengemis-ngemis belas kasihannya agar ia menolong si kecil yang telah dicelakakannya. Seorang Ayah seharusnya menjadi pahlawan bagi keluarganya sendiri. Seorang Ayah adalah figur yang menggadaikan nyawanya demi keselamatan anak-istrinya. Seorang Ayah adalah manifestasi segala kebanggaan putra-putrinya. Namun sang Ayah, dengan segenap kekuatannya, melawan panggilan fitrah dalam hatinya sendiri. Ia lari meninggalkan sang buah hati yang sebelah kakinya sudah putus disambar kereta.
Ia lari! Ya Allah, ia lari!
Pada titik ini, tidak lagi penting apa yang menyebabkan dirinya begitu marah pada istrinya sendiri sehingga mencelakakan anaknya sedemikian rupa. Tidak ada gunanya berkelit dengan sejuta alasan untuk menjelaskan mengapa ia meninggalkan anaknya yang terluka parah begitu saja. Ia seolah mengolok-olok Allah sebagai pemilik sejati dari anak itu. Tapi Allah mengembalikan makar pada pelakunya sendiri. Anak itu merangkak sampai ditemukan oleh kakek-neneknya. Ia hidup, dan takkan lupa bahwa ayahnya bukan seorang pahlawan. Lelaki yang melalaikan amanahnya itu lari entah kemana; mungkin mati bunuh diri, mungkin pula tidak. Sejarah akan menyimpan namanya dalam kehinaan abadi.
Apa jawaban yang akan kita berikan?
Yang diceritakan di atas adalah sebuah kisah nyata yang baru saja terjadi di negeri ini. Itulah salah satu kisah yang bisa kita temui jika kita berjalan di muka bumi. Inilah salah satu retorika yang diberikan dalam Al-Qur’an. Retorika yang sebenarnya tak perlu dijawab, tapi bagi hati yang sudah berkarat, maka jawaban yang lugas adalah obatnya.
Barangkali kita bisa menangis semalaman memikirkan nasib sang anak yang kini hanya punya satu kaki berkat kedurhakaan ayahnya. Barangkali kita pun bisa berempati pada sekian banyak anak lainnya yang diuji dengan orang tua yang kelakuannya tidak bisa dibanggakan. Kita juga bisa mengutuk para orang tua yang menyia-nyiakan keturunannya sedemikian rupa. Kita bisa menyumbang doa dan dana. Tapi apakah kita bisa mengambil pelajaran?
Orang-orang yang kasar pada istrinya barangkali juga pernah merasa prihatin melihat orang lain mengasari istrinya sendiri. Mereka yang jahat pada anak-anaknya barangkali juga pernah merasakan sakitnya jadi anak yang dicelakai oleh orang tuanya sendiri. Korban tumbuh menjadi pelaku kejahatan. Demikianlah siklus kehidupan orang-orang yang tak mengambil pelajaran, dan tak menjawab retorika Al-Qur’an.
Apa jawaban yang akan kita berikan?
Apa manfaatnya Al-Qur’an menceritakan kisah-kisah kebengisan Fir’aun, yang membunuh semua anak laki-laki Bani Israil hanya karena takut kekuasaannya direbut? Apa gunanya Al-Qur’an menceritakan kisah saudara-saudara Nabi Yusuf as. yang tega mengkhianati saudaranya sendiri hanya karena rasa cemburu semata? Apa faedahnya kisah-kisah Al-Qur’an tentang kedigjayaan, kedurhakaan dan kehancuran Qarun?
Kisah-kisah keji itu – baik yang tercantum dalam Al-Qur’an maupun yang ada di sekitar kita – menuntut kita untuk mengambil pelajaran, dan tentu saja, juga menuntut kita untuk berjanji agar tidak terjerumus dalam lubang yang sama. Kisah kekejaman Fir’aun adalah perintah implisit agar kita tidak meniru kezalimannya. Kisah saudara-saudara Nabi Yusuf as. adalah ungkapan agar kita jangan pernah menggadaikan persaudaraan dengan harga yang murah. Kisah Qarun adalah sekedar sarana untuk membantu manusia melepaskan diri dari jerat kenikmatan duniawi. Kisah tentang ayah yang memutuskan kaki anaknya sendiri adalah cermin bagi kita sendiri – terutama para ayah dan calon ayah – agar jangan menyia-nyiakan titipan Allah. Iringkanlah air mata simpati dengan sebuah janji agar tidak mengikuti jalan orang-orang yang telah tersesat.
Berjanjilah! Berjanjilah engkau tak akan mencelakakan anak-anakmu!
wassalaamu’alaikum wr. wb.
Oleh : Akmal Sjafril
http://www.edumuslim.org/index.php?option=article&article_rf=181
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul). (Q.S. An-Nahl [16] : 36)
Al-Qur’an dibuka dengan surah Al-Fatihah yang memberikan gambaran penuh tentang penyerahan diri total seorang Muslim kepada Allah, dan diakhiri dengan permohonan agar ditunjuki kepada jalan yang lurus. Ayat-ayat berikutnya dalam surah Al-Baqarah menyediakan jawaban yang tegas; Kitab inilah – yaitu Al-Qur’an – yang tak seorang pun yang pantas untuk meragukannya. Maka Kitab inilah jawabannya.
Di sana-sini, bertebaran ayat-ayat Al-Qur’an yang berakhir dengan retorika, “tidakkah kamu berpikir?“, seolah menantang akal manusia untuk terus mencerna pembimbingan Ilahi. Kemudian ada pula ayat-ayat seperti di atas, yang menyuruh manusia untuk berjalan di muka bumi dan melihat dengan mata kepalanya sendiri pembuktian empiris dari seluruh petunjuk agama Allah. Yang paling tegas, barangkali, adalah Surah Al-’Ashr, yang di dalamnya Allah bersumpah bahwa waktu pasti akan membuktikan bahwa semua manusia itu merugi, kecuali yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan oleh-Nya.
Sebenarnya, retorika adalah pertanyaan yang tak perlu dijawab secara verbal, karena hati manusia sudah mengetahui jawabannya, dan tak ada perdebatan atas jawaban tersebut. Sayang, retorika dalam Kitab Suci justru direduksi maknanya menjadi pertanyaan yang tak perlu susah-susah dicarikan jawabannya.
Bercermin dengan ayat di atas membawa kita pada satu pertanyaan: seberapa jauh sudah kita jelajahi bumi ini, dan sebesar apa perhatian kita terhadap kejadian-kejadian di dalamnya? Sebesar apakah perhatian kita, dan sebesar apakah kepedulian kita?
Di era informasi ini, semua berita bisa diakses oleh siapa saja. Dari kriminalitas sampai gosip selingkuh artis, semuanya menjadi konsumsi publik. Pada awalnya semua orang dimabuk oleh kebebasan informasi ini. Semuanya kecanduan informasi. Semua ingin jadi yang pertama untuk tahu setiap detil urusan yang sama sekali bukan urusannya.
Sebagai sebuah siklus, suatu fase yang tidak kalah mengerikannya dari fase mabuk informasi adalah fase jenuhnya. Seluruh informasi bertebaran, dan karena sudah terbiasa, bagaikan tak terasa lagi. Dulu masyarakat bergidik melihat rekaman kekerasan di STPDN. Sekarang, bahkan siswi SMP pun berkelahi jambak-jambakan sambil direkam video ponsel, kemudian video itu disebar kemana-mana. Dulu menggelegak darah kita memikirkan hansip yang main hakim sendiri menggebuki maling jemuran. Sekarang, melihat rekaman seorang guru yang menampari muridnya kita cukup geleng-geleng kepala.
Rasa hilang karena terbiasa. Nikmat yang kita rasakan setiap hari sudah dianggap kebiasaan semata. Demikian pula musibah – selama bukan kita yang merasakannya – tidak lagi membuat kita prihatin. Semuanya telah menjadi konsumsi kita sehari-hari di layar televisi.
Informasi adalah benda mati yang tak bisa dituntut pertanggungjawabannya. Manusialah yang harus bertanggung jawab, karena setiap hari mendapat informasi, tapi tidak juga menggunakan akalnya. Setiap hari menerima berita baru, tapi sedikit saja mengambil pelajaran. Setiap hari Al-Qur’an bertanya-tanya kepada kita, “Apa yang kau dapatkan dari perjalananmu di muka bumi ini?”, dan kita terus saja mengabaikan kewajiban untuk menjawab pertanyaan itu. “Cuma retorika,” begitulah pembenarannya. Tapi retorika pun menuntut jawaban, meski hanya dalam hati kecil.
Berjanjilah!
Seorang ayah, karena kesal pada istrinya, membawa anaknya yang masih kecil ke pinggir rel KA. Diajaknya anaknya itu duduk di pinggir rel, ditidurkannya, dan dengan sengaja, kaki kecil itu dijulurkannya ke rel KA.
Anak itu, yang masih tak punya niat jahat dan tak kenal rasa dengki itu, yang tak punya kecurigaan sedikitpun pada sang ayah, membiarkan saja kakinya terjulur demikian.
Kereta pun datang dan memutus kakinya tanpa ampun.
Sang Ayah, entah ketakutan, tersadar akan apa yang telah dilakukannya, atau memang karena jahat yang sebenar-benarnya, melawan fitrah-nya sendiri sebagai seorang Ayah. Sudut hatinya menjerit-jerit, atau barangkali mengemis-ngemis belas kasihannya agar ia menolong si kecil yang telah dicelakakannya. Seorang Ayah seharusnya menjadi pahlawan bagi keluarganya sendiri. Seorang Ayah adalah figur yang menggadaikan nyawanya demi keselamatan anak-istrinya. Seorang Ayah adalah manifestasi segala kebanggaan putra-putrinya. Namun sang Ayah, dengan segenap kekuatannya, melawan panggilan fitrah dalam hatinya sendiri. Ia lari meninggalkan sang buah hati yang sebelah kakinya sudah putus disambar kereta.
Ia lari! Ya Allah, ia lari!
Pada titik ini, tidak lagi penting apa yang menyebabkan dirinya begitu marah pada istrinya sendiri sehingga mencelakakan anaknya sedemikian rupa. Tidak ada gunanya berkelit dengan sejuta alasan untuk menjelaskan mengapa ia meninggalkan anaknya yang terluka parah begitu saja. Ia seolah mengolok-olok Allah sebagai pemilik sejati dari anak itu. Tapi Allah mengembalikan makar pada pelakunya sendiri. Anak itu merangkak sampai ditemukan oleh kakek-neneknya. Ia hidup, dan takkan lupa bahwa ayahnya bukan seorang pahlawan. Lelaki yang melalaikan amanahnya itu lari entah kemana; mungkin mati bunuh diri, mungkin pula tidak. Sejarah akan menyimpan namanya dalam kehinaan abadi.
Apa jawaban yang akan kita berikan?
Yang diceritakan di atas adalah sebuah kisah nyata yang baru saja terjadi di negeri ini. Itulah salah satu kisah yang bisa kita temui jika kita berjalan di muka bumi. Inilah salah satu retorika yang diberikan dalam Al-Qur’an. Retorika yang sebenarnya tak perlu dijawab, tapi bagi hati yang sudah berkarat, maka jawaban yang lugas adalah obatnya.
Barangkali kita bisa menangis semalaman memikirkan nasib sang anak yang kini hanya punya satu kaki berkat kedurhakaan ayahnya. Barangkali kita pun bisa berempati pada sekian banyak anak lainnya yang diuji dengan orang tua yang kelakuannya tidak bisa dibanggakan. Kita juga bisa mengutuk para orang tua yang menyia-nyiakan keturunannya sedemikian rupa. Kita bisa menyumbang doa dan dana. Tapi apakah kita bisa mengambil pelajaran?
Orang-orang yang kasar pada istrinya barangkali juga pernah merasa prihatin melihat orang lain mengasari istrinya sendiri. Mereka yang jahat pada anak-anaknya barangkali juga pernah merasakan sakitnya jadi anak yang dicelakai oleh orang tuanya sendiri. Korban tumbuh menjadi pelaku kejahatan. Demikianlah siklus kehidupan orang-orang yang tak mengambil pelajaran, dan tak menjawab retorika Al-Qur’an.
Apa jawaban yang akan kita berikan?
Apa manfaatnya Al-Qur’an menceritakan kisah-kisah kebengisan Fir’aun, yang membunuh semua anak laki-laki Bani Israil hanya karena takut kekuasaannya direbut? Apa gunanya Al-Qur’an menceritakan kisah saudara-saudara Nabi Yusuf as. yang tega mengkhianati saudaranya sendiri hanya karena rasa cemburu semata? Apa faedahnya kisah-kisah Al-Qur’an tentang kedigjayaan, kedurhakaan dan kehancuran Qarun?
Kisah-kisah keji itu – baik yang tercantum dalam Al-Qur’an maupun yang ada di sekitar kita – menuntut kita untuk mengambil pelajaran, dan tentu saja, juga menuntut kita untuk berjanji agar tidak terjerumus dalam lubang yang sama. Kisah kekejaman Fir’aun adalah perintah implisit agar kita tidak meniru kezalimannya. Kisah saudara-saudara Nabi Yusuf as. adalah ungkapan agar kita jangan pernah menggadaikan persaudaraan dengan harga yang murah. Kisah Qarun adalah sekedar sarana untuk membantu manusia melepaskan diri dari jerat kenikmatan duniawi. Kisah tentang ayah yang memutuskan kaki anaknya sendiri adalah cermin bagi kita sendiri – terutama para ayah dan calon ayah – agar jangan menyia-nyiakan titipan Allah. Iringkanlah air mata simpati dengan sebuah janji agar tidak mengikuti jalan orang-orang yang telah tersesat.
Berjanjilah! Berjanjilah engkau tak akan mencelakakan anak-anakmu!
wassalaamu’alaikum wr. wb.
Oleh : Akmal Sjafril
http://www.edumuslim.org/index.php?option=article&article_rf=181
Konsep Kebahagiaan Menurut Hamka
assalaamu’alaikum wr. wb.
Buya Hamka adalah salah satu ulama besar Indonesia yang memberi perhatian khusus kepada jiwa. Untuk menyucikan jiwa, ditempuhlah jalan “tasawuf”. Akan tetapi, Hamka mengingatkan bahwa aliran-aliran tasawuf itu pada mulanya bermaksud baik, namun pada akhirnya banyak pula yang tersesat. Maksudnya memerangi hawa nafsu, tetapi kadang-kadang mereka tempuh jalan yang tidak digariskan oleh agama; mulai dari membenci harta yang halal, tidak mau mencari rizki, menjauh dari keramaian dunia, bahkan ada pula yang menyuburkan paham wihdatul wujud di dalamnya.
Dalam pembahasannya tentang jiwa, Hamka pun mendalami perasaan bahagia. Kebahagiaan inilah yang senantiasa dicari orang. Sayangnya, banyak yang tersesat lantaran tidak tahu mesti mencarinya kemana, atau bahkan tidak tahu bahagia itu apa.
Sebagian orang mengatakan bahwa kebahagiaan itu letaknya pada harta. Akan tetapi yang berpikiran begini adalah orang yang putus asa dalam kemiskinannya. Hendak menjadi kaya namun selalu gagal. Kadang-kadang pendapatnya tak didengar orang lantaran ia miskin. Karena itu diputuskannyalah bahwa bahagia itu pada uang, bukan lainnya. Kaidahnya ini berasal dari hati yang kecewa.
Banyak juga yang tidak menemukan kebahagiaan meskipun ia sudah mencapai maksudnya. Contohnya adalah orang miskin yang mengejar kekayaan, sebab dalam bayangannya, jika kaya ia akan mampu menolong sesama. Akan tetapi, setelah kaya ia malah menjadi sombong dan kikir. Ada negarawan yang ketika menjadi anggota parlemen berjanji akan menolak segala kezaliman, namun setelah jadi Presiden atau Perdana Menteri justru ia sendiri yang menzalimi rakyatnya.
Pada dasarnya mereka yang menilai kebahagiaan dengan materi hanyalah orang-orang yang tertipu, karena segala sesuatu yang ada di dunia ini hanya memiliki harga sesuai kemampuan manusia untuk menghargainya. Buku yang sarat ilmu hanya akan dijual kiloan di pasar loak oleh para penjual yang tak mengerti isinya. Orang yang tak paham bedanya emas dan kuningan akan menjual keduanya dengan harga yang sama.
Manusia juga punya kecenderungan untuk rindu pada sesuatu yang belum ada padanya, sebab segala isi dunia ini indahnya sebelum ada di tangan. Contohnya Rockefeller, yang sepanjang hidupnya mengejar kekayaan, namun setelah menjadi miliuner, semuanya itu tak lagi berarti. Di usianya yang sudah 97 tahun, ia hanya ingin agar dicukupkan hidupnya menjadi 100 tahun. Ternyata harta yang banyak itu tak mampu sekedar untuk membeli kekurangan yang tiga tahun, karena pada tahun itu juga ia wafat. Sesuatu yang belum kita miliki sering disangka menjanjikan kebahagiaan, namun manusia kerap kali tidak mampu menghargai apa-apa yang sudah dimilikinya.
Pada akhirnya, kebahagiaan yang sejati letaknya di akhirat, yaitu kebahagiaan yang baka, bukan yang fana belaka. Kebahagiaan ini hanya bisa didapatkan di sisi Allah SWT. Di sana hanya ada suka cita, sedangkan duka cita tak lagi dikenali. Semuanya kaya raya, tidak ada yang miskin papa.
Akal manusia berperan sangat penting untuk mengambil hikmah dari segala kejadian, baik yang dialaminya sendiri maupun yang dialami oleh orang lain, demi mencapai kebahagiaan yang dicari-carinya. Berpikir mencari rahasia yang tersembunyi di belakang kenyataan itu adalah fitrah yang dimiliki oleh tiap-tiap manusia. Akal akan senantiasa dipergunakannya untuk memahami hakikat dirinya sendiri, hakikat hidup dan hakikat Tuhan yang telah menciptakan-Nya. Akan tetapi, manusia takkan dapat mencapainya dengan usahanya sendiri. Akal akan sampai pada batasnya, bahkan segala alat yang dimiliki manusia tidak cukup untuk melampaui batas itu.
Di sinilah letak kasih sayang Allah yang teramat besar, sehingga manusia dibimbing-Nya untuk sampai ke ujung perjalanan intelektualnya. Untuk itu, Allah SWT mengutus para Rasul untuk menyampaikan petunjuk-Nya. Agama itulah yang memberi nilai bagi hidup, sehingga manusia tidak lagi canggung atau muram menghadapi hidupnya. Jika pegangan tidak ada, maka manusia tak lagi mampu memberikan penilaian kepada hidupnya sendiri.
Pengakuan terhadap kekuasaan Allah itulah pengetahuan hakiki yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Kalau manusia mengingkarinya, maka ia akan menemui kesulitan besar, karena harus menentang fitrahnya sendiri. Mereka yang bersikeras mengingkari Tuhan justru ragu dalam keingkarannya atau ingkar dalam keraguannya. Oleh karena itu, Hamka membenarkan Al-Ghazali yang menyatakan “...bahwasanya dituntut orang ilmu pada mulanya bukan karena Allah. Tetapi ilmu itu sendiri tidak mau, melainkan menuju kepada Allah juga.”
Menurut Hamka, agama mengajarkan pada manusia empat jalan untuk menuju kebahagiaan. Pertama, harus ada i’tiqad, yaitu motivasi yang benar-benar berasal dari dirinya sendiri. Kedua, yaqin, yaitu keyakinan yang kuat akan sesuatu yang sedang dikerjakannya. Ketiga, iman, yaitu yang lebih tinggi dari sekedar keyakinan, sehingga dibuktikan oleh lisan dan perbuatan. Tahap terakhir adalah ad-diin, yaitu penyerahan diri secara total kepada Allah, penghambaan diri yang sempurna. Mereka yang menjalankan ad-diin secara sempurna tidaklah merasa sedih berkepanjangan, lantaran mereka benar-benar yakin akan jalan yang telah Allah pilihkan untuknya.
Ada pula sifat-sifat yang menjauhkan manusia dari kebahagiaan, antara lain adalah takut mati. Pada dasarnya perasaan ini menimpa mereka yang tak tahu mati. Mereka tidak tahu kemana jiwa raganya pergi sesudah mati, atau disangka setelah tubuhnya hancur maka jiwanya pun ikut hancur, sedangkan alam ini kekal dan orang lain terus mengecap nikmat, sementara dirinya tak ada lagi di sana. Ada juga yang menyangka bahwa kematian itu adalah penyakit yang paling hebat. Akan tetapi semua penyakit ada obatnya, kecuali kematian, karena kematian itu bukanlah penyakit. Sebagian orang memang suka hidup lama tetapi tak suka tua. Pikiran semacam ini, menurut Hamka, tidaklah waras.
Dalam ajaran Islam, kematian adalah belas kasihan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya. Manusia disuruh pergi ke dunia, dan kemudian dipanggil pulang. Agama menyadarkan kita bahwa kematian itu telah pasti bagi kita, dan karenanya, kita sungguh-sungguh berusaha memperbaiki hidup, agar sesudah hidup itu kita beroleh kematian yang nikmat adanya, yaitu kematian dalam keadaan memperoleh ridha Allah.
Orang seringkali membayangkan apa yang akan dijumpainya sesudah mati. Mereka yang takut mati barangkali sudah menyadari dosanya lebih banyak daripada kebaikannya, sehingga takut kalau harus di-hisab. Tetapi ada pula orang seperti Bilal bin Rabah ra. yang mengatakan dirinya bahagia di saat menghadapi sakaratul mautnya, lantaran dengan kematian itulah ia bisa berkumpul kembali dengan Rasulullah saw. yang sangat ia cintai.
Hal yang dicari banyak orang demi mendapatkan kebahagiaan, sekaligus juga faktor yang banyak membuat manusia tidak bahagia, adalah harta benda. Pada hakikatnya, orang yang kaya adalah yang paling sedikit keperluannya. Para Raja dan miliuner adalah orang-orang miskin, karena begitu banyaknya kebutuhannya. Di dunia diikat oleh berbagai macam aturan dan keperluan, sedangkan di akhirat akan dibuka perkaranya yang besar-besar.
Oleh karena itu, pesan Hamka, jika ingin jadi orang kaya, maka cukupkanlah apa yang ada, peliharalah sifat qana’ah, jangan bernafsu mendapatkan kepunyaan orang lain, hiduplah sepenuhnya dalam ketaatan kepada Allah saja. Sebaliknya, jika ingin miskin, ingatlah segala yang teringat, kenanglah segala yang belum ada.
Kekayaan hakiki ialah mencukupkan apa yang ada, baik banyak maupun sedikitnya, sebab ia adalah nikmat dari Allah. Jika kekayaan melimpah, ingatlah bahwa harta itu untuk menyokong amal dan ibadah. Harta tidak dicintai karena ia harta, melainkan hanya karena ia pemberian Tuhan, dan ia dipergunakan untuk sesuatu yang bermanfaat. Manusia tidak dilarang menambah harta, namun bukan karena merasa serba tidak cukup, melainkan karena hidup itu memang dilarang menganggur dan mengemis.
Umat Islam harus mencari kebahagiaan hidup dengan mencontoh kehidupan Rasulullah saw. Beliau hidup dengan penuh kepercayaan bahwa Allah tidak membuat satu ketentuan tanpa pertimbangan yang seadil-adilnya. Beliau menerima ketetapan Allah apa adanya, tak mengaduh, tak merintih dan tak menyesal, apalagi merengek. Rasulullah saw. tidak mencela apa yang ada di hadapannya, tidak pula menyesali apa-apa yang tidak didapatkannya. Apa pun yang Allah perintahkan ia kerjakan, dan apa pun yang Allah berikan ia terima dengan lapang dada. Demikianlah, menurut Hamka, derajat tasawuf yang sejati.
Oleh : Akmal Sjafril
Artikel ini dimuat dengan judul Bahagia Menurut Hamka di surat kabar Republika edisi Kamis, 10 September 2009. Yang dilampirkan di sini adalah versi sebelum diedit.
http://www.edumuslim.org/index.php?option=article&article_rf=201
Buya Hamka adalah salah satu ulama besar Indonesia yang memberi perhatian khusus kepada jiwa. Untuk menyucikan jiwa, ditempuhlah jalan “tasawuf”. Akan tetapi, Hamka mengingatkan bahwa aliran-aliran tasawuf itu pada mulanya bermaksud baik, namun pada akhirnya banyak pula yang tersesat. Maksudnya memerangi hawa nafsu, tetapi kadang-kadang mereka tempuh jalan yang tidak digariskan oleh agama; mulai dari membenci harta yang halal, tidak mau mencari rizki, menjauh dari keramaian dunia, bahkan ada pula yang menyuburkan paham wihdatul wujud di dalamnya.
Dalam pembahasannya tentang jiwa, Hamka pun mendalami perasaan bahagia. Kebahagiaan inilah yang senantiasa dicari orang. Sayangnya, banyak yang tersesat lantaran tidak tahu mesti mencarinya kemana, atau bahkan tidak tahu bahagia itu apa.
Sebagian orang mengatakan bahwa kebahagiaan itu letaknya pada harta. Akan tetapi yang berpikiran begini adalah orang yang putus asa dalam kemiskinannya. Hendak menjadi kaya namun selalu gagal. Kadang-kadang pendapatnya tak didengar orang lantaran ia miskin. Karena itu diputuskannyalah bahwa bahagia itu pada uang, bukan lainnya. Kaidahnya ini berasal dari hati yang kecewa.
Banyak juga yang tidak menemukan kebahagiaan meskipun ia sudah mencapai maksudnya. Contohnya adalah orang miskin yang mengejar kekayaan, sebab dalam bayangannya, jika kaya ia akan mampu menolong sesama. Akan tetapi, setelah kaya ia malah menjadi sombong dan kikir. Ada negarawan yang ketika menjadi anggota parlemen berjanji akan menolak segala kezaliman, namun setelah jadi Presiden atau Perdana Menteri justru ia sendiri yang menzalimi rakyatnya.
Pada dasarnya mereka yang menilai kebahagiaan dengan materi hanyalah orang-orang yang tertipu, karena segala sesuatu yang ada di dunia ini hanya memiliki harga sesuai kemampuan manusia untuk menghargainya. Buku yang sarat ilmu hanya akan dijual kiloan di pasar loak oleh para penjual yang tak mengerti isinya. Orang yang tak paham bedanya emas dan kuningan akan menjual keduanya dengan harga yang sama.
Manusia juga punya kecenderungan untuk rindu pada sesuatu yang belum ada padanya, sebab segala isi dunia ini indahnya sebelum ada di tangan. Contohnya Rockefeller, yang sepanjang hidupnya mengejar kekayaan, namun setelah menjadi miliuner, semuanya itu tak lagi berarti. Di usianya yang sudah 97 tahun, ia hanya ingin agar dicukupkan hidupnya menjadi 100 tahun. Ternyata harta yang banyak itu tak mampu sekedar untuk membeli kekurangan yang tiga tahun, karena pada tahun itu juga ia wafat. Sesuatu yang belum kita miliki sering disangka menjanjikan kebahagiaan, namun manusia kerap kali tidak mampu menghargai apa-apa yang sudah dimilikinya.
Pada akhirnya, kebahagiaan yang sejati letaknya di akhirat, yaitu kebahagiaan yang baka, bukan yang fana belaka. Kebahagiaan ini hanya bisa didapatkan di sisi Allah SWT. Di sana hanya ada suka cita, sedangkan duka cita tak lagi dikenali. Semuanya kaya raya, tidak ada yang miskin papa.
Akal manusia berperan sangat penting untuk mengambil hikmah dari segala kejadian, baik yang dialaminya sendiri maupun yang dialami oleh orang lain, demi mencapai kebahagiaan yang dicari-carinya. Berpikir mencari rahasia yang tersembunyi di belakang kenyataan itu adalah fitrah yang dimiliki oleh tiap-tiap manusia. Akal akan senantiasa dipergunakannya untuk memahami hakikat dirinya sendiri, hakikat hidup dan hakikat Tuhan yang telah menciptakan-Nya. Akan tetapi, manusia takkan dapat mencapainya dengan usahanya sendiri. Akal akan sampai pada batasnya, bahkan segala alat yang dimiliki manusia tidak cukup untuk melampaui batas itu.
Di sinilah letak kasih sayang Allah yang teramat besar, sehingga manusia dibimbing-Nya untuk sampai ke ujung perjalanan intelektualnya. Untuk itu, Allah SWT mengutus para Rasul untuk menyampaikan petunjuk-Nya. Agama itulah yang memberi nilai bagi hidup, sehingga manusia tidak lagi canggung atau muram menghadapi hidupnya. Jika pegangan tidak ada, maka manusia tak lagi mampu memberikan penilaian kepada hidupnya sendiri.
Pengakuan terhadap kekuasaan Allah itulah pengetahuan hakiki yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Kalau manusia mengingkarinya, maka ia akan menemui kesulitan besar, karena harus menentang fitrahnya sendiri. Mereka yang bersikeras mengingkari Tuhan justru ragu dalam keingkarannya atau ingkar dalam keraguannya. Oleh karena itu, Hamka membenarkan Al-Ghazali yang menyatakan “...bahwasanya dituntut orang ilmu pada mulanya bukan karena Allah. Tetapi ilmu itu sendiri tidak mau, melainkan menuju kepada Allah juga.”
Menurut Hamka, agama mengajarkan pada manusia empat jalan untuk menuju kebahagiaan. Pertama, harus ada i’tiqad, yaitu motivasi yang benar-benar berasal dari dirinya sendiri. Kedua, yaqin, yaitu keyakinan yang kuat akan sesuatu yang sedang dikerjakannya. Ketiga, iman, yaitu yang lebih tinggi dari sekedar keyakinan, sehingga dibuktikan oleh lisan dan perbuatan. Tahap terakhir adalah ad-diin, yaitu penyerahan diri secara total kepada Allah, penghambaan diri yang sempurna. Mereka yang menjalankan ad-diin secara sempurna tidaklah merasa sedih berkepanjangan, lantaran mereka benar-benar yakin akan jalan yang telah Allah pilihkan untuknya.
Ada pula sifat-sifat yang menjauhkan manusia dari kebahagiaan, antara lain adalah takut mati. Pada dasarnya perasaan ini menimpa mereka yang tak tahu mati. Mereka tidak tahu kemana jiwa raganya pergi sesudah mati, atau disangka setelah tubuhnya hancur maka jiwanya pun ikut hancur, sedangkan alam ini kekal dan orang lain terus mengecap nikmat, sementara dirinya tak ada lagi di sana. Ada juga yang menyangka bahwa kematian itu adalah penyakit yang paling hebat. Akan tetapi semua penyakit ada obatnya, kecuali kematian, karena kematian itu bukanlah penyakit. Sebagian orang memang suka hidup lama tetapi tak suka tua. Pikiran semacam ini, menurut Hamka, tidaklah waras.
Dalam ajaran Islam, kematian adalah belas kasihan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya. Manusia disuruh pergi ke dunia, dan kemudian dipanggil pulang. Agama menyadarkan kita bahwa kematian itu telah pasti bagi kita, dan karenanya, kita sungguh-sungguh berusaha memperbaiki hidup, agar sesudah hidup itu kita beroleh kematian yang nikmat adanya, yaitu kematian dalam keadaan memperoleh ridha Allah.
Orang seringkali membayangkan apa yang akan dijumpainya sesudah mati. Mereka yang takut mati barangkali sudah menyadari dosanya lebih banyak daripada kebaikannya, sehingga takut kalau harus di-hisab. Tetapi ada pula orang seperti Bilal bin Rabah ra. yang mengatakan dirinya bahagia di saat menghadapi sakaratul mautnya, lantaran dengan kematian itulah ia bisa berkumpul kembali dengan Rasulullah saw. yang sangat ia cintai.
Hal yang dicari banyak orang demi mendapatkan kebahagiaan, sekaligus juga faktor yang banyak membuat manusia tidak bahagia, adalah harta benda. Pada hakikatnya, orang yang kaya adalah yang paling sedikit keperluannya. Para Raja dan miliuner adalah orang-orang miskin, karena begitu banyaknya kebutuhannya. Di dunia diikat oleh berbagai macam aturan dan keperluan, sedangkan di akhirat akan dibuka perkaranya yang besar-besar.
Oleh karena itu, pesan Hamka, jika ingin jadi orang kaya, maka cukupkanlah apa yang ada, peliharalah sifat qana’ah, jangan bernafsu mendapatkan kepunyaan orang lain, hiduplah sepenuhnya dalam ketaatan kepada Allah saja. Sebaliknya, jika ingin miskin, ingatlah segala yang teringat, kenanglah segala yang belum ada.
Kekayaan hakiki ialah mencukupkan apa yang ada, baik banyak maupun sedikitnya, sebab ia adalah nikmat dari Allah. Jika kekayaan melimpah, ingatlah bahwa harta itu untuk menyokong amal dan ibadah. Harta tidak dicintai karena ia harta, melainkan hanya karena ia pemberian Tuhan, dan ia dipergunakan untuk sesuatu yang bermanfaat. Manusia tidak dilarang menambah harta, namun bukan karena merasa serba tidak cukup, melainkan karena hidup itu memang dilarang menganggur dan mengemis.
Umat Islam harus mencari kebahagiaan hidup dengan mencontoh kehidupan Rasulullah saw. Beliau hidup dengan penuh kepercayaan bahwa Allah tidak membuat satu ketentuan tanpa pertimbangan yang seadil-adilnya. Beliau menerima ketetapan Allah apa adanya, tak mengaduh, tak merintih dan tak menyesal, apalagi merengek. Rasulullah saw. tidak mencela apa yang ada di hadapannya, tidak pula menyesali apa-apa yang tidak didapatkannya. Apa pun yang Allah perintahkan ia kerjakan, dan apa pun yang Allah berikan ia terima dengan lapang dada. Demikianlah, menurut Hamka, derajat tasawuf yang sejati.
Oleh : Akmal Sjafril
Artikel ini dimuat dengan judul Bahagia Menurut Hamka di surat kabar Republika edisi Kamis, 10 September 2009. Yang dilampirkan di sini adalah versi sebelum diedit.
http://www.edumuslim.org/index.php?option=article&article_rf=201
Senin, 26 Juli 2010
Nisfu Sya'ban
Assalamualaikum wr.wb
Nisfu Sya'ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Malam Nisfu Sya'ban tahun ini, Insya Allah jatuh pada hari Senin 26 Juli dari sore hingga Selasa Subuh. Kita dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca'an shalawat, membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.
Bagi yang mau mengamalkan nya, berdoalah agar Allah swt mengubah catatan rizki dan takdir di dalam buku besar Allah menjadi lebih baik dan mohon ampunlah atas dosa2 yang telah kita perbuat dengan memperbanyak istighfar.
Menurut petunjuknya sebagian Ulama, amalan malam nisfu Sya'ban, yaitu:
1. Sholat fardlu Maghrib
2. Membaca Surah Yassin
Tiga kali
3. Membaca doa Nisfu Sya’ban
4. Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyak dzikir, shalawat, doa dan istighfar.
Selamat beribadah malam nisfu Sya'ban, Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Aamiin. Sekalian mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin..marhaban ya Ramadhan
Salam,
Nisfu Sya'ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Malam Nisfu Sya'ban tahun ini, Insya Allah jatuh pada hari Senin 26 Juli dari sore hingga Selasa Subuh. Kita dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca'an shalawat, membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.
Bagi yang mau mengamalkan nya, berdoalah agar Allah swt mengubah catatan rizki dan takdir di dalam buku besar Allah menjadi lebih baik dan mohon ampunlah atas dosa2 yang telah kita perbuat dengan memperbanyak istighfar.
Menurut petunjuknya sebagian Ulama, amalan malam nisfu Sya'ban, yaitu:
1. Sholat fardlu Maghrib
2. Membaca Surah Yassin
Tiga kali
3. Membaca doa Nisfu Sya’ban
4. Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyak dzikir, shalawat, doa dan istighfar.
Selamat beribadah malam nisfu Sya'ban, Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Aamiin. Sekalian mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin..marhaban ya Ramadhan
Salam,
Nisfu Sya'ban
Assalamualaikum wr.wb
Sahabatku,
Nisfu Sya'ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Malam Nisfu Sya'ban tahun ini, Insya Allah jatuh pada hari Senin 26 Juli dari sore hingga Selasa Subuh. Kita dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca'an shalawat, membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.
Bagi yang mau mengamalkan nya, berdoalah agar Allah swt mengubah catatan rizki dan takdir di dalam buku besar Allah menjadi lebih baik dan mohon ampunlah atas dosa2 yang telah kita perbuat dengan memperbanyak istighfar.
Menurut petunjuknya sebagian Ulama, amalan malam nisfu Sya'ban, yaitu:
1. Sholat fardlu Maghrib
2. Membaca Surah Yassin
Tiga kali
3. Membaca doa Nisfu Sya’ban
4. Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyak dzikir, shalawat, doa dan istighfar.
Selamat beribadah malam nisfu Sya'ban, Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Aamiin. Sekalian mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin..marhaban ya Ramadhan
Salam,
Sahabatku,
Nisfu Sya'ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Malam Nisfu Sya'ban tahun ini, Insya Allah jatuh pada hari Senin 26 Juli dari sore hingga Selasa Subuh. Kita dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca'an shalawat, membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.
Bagi yang mau mengamalkan nya, berdoalah agar Allah swt mengubah catatan rizki dan takdir di dalam buku besar Allah menjadi lebih baik dan mohon ampunlah atas dosa2 yang telah kita perbuat dengan memperbanyak istighfar.
Menurut petunjuknya sebagian Ulama, amalan malam nisfu Sya'ban, yaitu:
1. Sholat fardlu Maghrib
2. Membaca Surah Yassin
Tiga kali
3. Membaca doa Nisfu Sya’ban
4. Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyak dzikir, shalawat, doa dan istighfar.
Selamat beribadah malam nisfu Sya'ban, Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Aamiin. Sekalian mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin..marhaban ya Ramadhan
Salam,
Minggu, 25 Juli 2010
Etika Berbicara Menurut Islam
Dibandingkan menulis, berbicara lebih mudah dilakukan.
Setiap pembicaraan pasti ada maksud-tujuan yang hendak disampaikan, baik itu pembicaraan secara langsung maupun melalui media elektronik (teknologi). Saking mudahnya dilakukan, orang ketika berbicara seringkali kebablasan, bahkan tak menggunakan etika. Akibatnya, banyak kebencian dan permusuhan terjadi.
Bagaimanakah sesungguhnya etika berbicara yang dianjurkan dalam Islam ?
Pertama, ketika seorang Muslim berbicara hendaknya hanya untuk kebaikan (ma'ruf). Allah SWT berfirman, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisik mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma'ruf…"
(QS An-Nisa [4]: 114).
Kedua, jangan membicarakan semua apa yang didengar. Sebab, bisa jadi semua yang didengar itu menjadi dosa. Rasulullah SAW bersabda, "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang, yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar." (HR Muslim).
Ketiga, berbicaralah tanpa ada rasa menggunjing (ghibah). "Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain." (QS Al-Hujarat [49]: 12). Menggunjing orang lain sangat dilarang dalam Islam. Sebab, orang yang menggunjing itu tidak lebih baik dari yang digunjing. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena bisa jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok…" (QS Al-Hujarat [49]: 11).
Keempat, berbicaralah seperlunya saja. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah bersabda, "Termasuk kebaikan Islam-nya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna." (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Kelima, berbicaralah dan jangan mendebat. Sabda Nabi, "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar." (Muttafaq 'Alaih).
Keenam, berbicara dengan tidak memaksakan diri. "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih, dan orang-orang yang sombong." (HR At-Tirmidzi).
Ketujuh, berbicaralah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Aisyah RA pernah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya." (Muttafaq 'Alaih).
Sejatinya, Islam tidak melarang manusia untuk berbicara. Berbicara justru sangat dianjurkan jika mengandung manfaat dan kebaikan. Tetapi sebaliknya, sangat dilarang jika pembicaraan itu mengandung keburukan dan penyesatan. "Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir hendaknya ia berbicara yang baik-baik atau diam." (Al-Hadis).
Oleh Ali Rif'an
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/26/126635-etika-berbicara-menurut-islam
Setiap pembicaraan pasti ada maksud-tujuan yang hendak disampaikan, baik itu pembicaraan secara langsung maupun melalui media elektronik (teknologi). Saking mudahnya dilakukan, orang ketika berbicara seringkali kebablasan, bahkan tak menggunakan etika. Akibatnya, banyak kebencian dan permusuhan terjadi.
Bagaimanakah sesungguhnya etika berbicara yang dianjurkan dalam Islam ?
Pertama, ketika seorang Muslim berbicara hendaknya hanya untuk kebaikan (ma'ruf). Allah SWT berfirman, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisik mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma'ruf…"
(QS An-Nisa [4]: 114).
Kedua, jangan membicarakan semua apa yang didengar. Sebab, bisa jadi semua yang didengar itu menjadi dosa. Rasulullah SAW bersabda, "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang, yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar." (HR Muslim).
Ketiga, berbicaralah tanpa ada rasa menggunjing (ghibah). "Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain." (QS Al-Hujarat [49]: 12). Menggunjing orang lain sangat dilarang dalam Islam. Sebab, orang yang menggunjing itu tidak lebih baik dari yang digunjing. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena bisa jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok…" (QS Al-Hujarat [49]: 11).
Keempat, berbicaralah seperlunya saja. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah bersabda, "Termasuk kebaikan Islam-nya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna." (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Kelima, berbicaralah dan jangan mendebat. Sabda Nabi, "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar." (Muttafaq 'Alaih).
Keenam, berbicara dengan tidak memaksakan diri. "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih, dan orang-orang yang sombong." (HR At-Tirmidzi).
Ketujuh, berbicaralah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Aisyah RA pernah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya." (Muttafaq 'Alaih).
Sejatinya, Islam tidak melarang manusia untuk berbicara. Berbicara justru sangat dianjurkan jika mengandung manfaat dan kebaikan. Tetapi sebaliknya, sangat dilarang jika pembicaraan itu mengandung keburukan dan penyesatan. "Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir hendaknya ia berbicara yang baik-baik atau diam." (Al-Hadis).
Oleh Ali Rif'an
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/26/126635-etika-berbicara-menurut-islam
Ini Dia Kanker Langganan Kaum Pria dan Cara Mengendusnya
Kanker lekat dengan penyakit manusia modern. gaya hidup yang tak seimbang dan tingkat pencemaran yang tinggi diduga menjadi pemicunya.
Sialnya, orang kerap menyadari kanker telah membonceng di tubuhnya dan menggerogoti kesehatannya dengan cepat saat sudah stadium lanjut. Padahal, semakin dini diketahui, akan semakin mudah melakukan pengobatan.
Apa saja kanker yang kerap diderita kaum pria? Berikut ini jenisnya dan bagaimana cara mengendusnya.
Prostat
Gejala awal: Biasanya tidak ada. Pemeriksaan colok dubur dapat mengetahui apakah prostat Anda sulit atau tidak teratur, dan kanker dicurigai dengan tingkat PSA (prostat spesifik antigen) tinggi.
Waspada: jika mengalami masalah baung air kecil: frekuensi sering, tidak bisa menahan, kantung kemih seakan tak pernah terasa betul-betul kosong. Tanda-tanda ini semua terkait dengan pembesaran prostat atau penyempitan uretra.
Uji: Biopsi jika PSA tinggi atau laju perubahannya sangat cepat. Namun tanda-tanda di atas juga bisa menjadi tanda infeksi, yang harus diobati dengan antibiotik selama empat minggu. Kanker tumbuh perlahan, kata Christopher Saigal, MD, seorang ahli onkologi urologi di UCLA.
Paru-paru
Gejala awal: Sering kali , tidak ada. Namun batuk yang tidak akan pergi atau yang membawa darah sering menjadi penunjuknya. "Juga, dada nyeri yang selalu hadir dan tidak dipengaruhi oleh pergerakan,"kata Ezra Cohen, MD, seorang ahli onkologi medis di University of Chicago Medical Center.
Waspada: Pneumonia. Pada foto x-ray dada, baik radang paru-paru dan tumor terlihat putih. Mungkin pneumonia, dan untuk memastikannya, membutuhkan satu lagi x-ray 4 sampai 6 minggu kemudian.
Uji: biopsi.
Kolorektal
Gejala awal: Darah pada tinja. Jangan pernah mengabaikannya, bahkan jika itu adalah hanya sekali terjadi. Ini bisa menjadi polip prakanker, dan perdarahan adalah hanya peringatan awal. "Dalam lebih dari setengah kasus, tidak ada tanda," kata Greg Enders MD PhD, seorang pencernaan pada Fox Chase Cancer Center.
Waspada: Pada laki-laki di bawah 50, pendarahan mungkin dari wasir, diverticulosis, kolitis, atau pembuluh darah yang abnormal. Namun, mendatangi dokter untuk berkonsultasi tetap perlu.
Uji: kolonoskopi memungkinkan dokter untuk memeriksa masalah besar dan kecil dan menghapus polip dalam prosedur yang sama.
Kandung kemih
Gejala awal: Darah dalam urin, yang harus selalu diperiksa, meskipun jika Anda lebih muda dari 60, sering kali merupakan tanda batu ginjal. Sebagian besar kanker kandung kemih hanya mempengaruhi lapisan. Jika tertangkap dini, dapat ditangani, kata Brian Rini, MD, seorang ahli onkologi di Cleveland Clinic Taussig Cancer Institute.
Waspada: Sebuah kandung kemih terlalu aktif atau buang air kecil lebih sering menyakitkan adalah tanda infeksi.
Pengujian: Diteropong melalui penis untuk melihat kandung kemih dan tes urine yang dapat mendeteksi sel-sel kanker.
Limfoma
Gejala-gejala awal: rasa sakit, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha. Kelenjar membengkak dengan infeksi, tetapi jika mereka tidak mereda dalam seminggu, minta mereka memeriksa. Selain itu, berat badan mengalami perubahan drastis dalam 1-2 bulan dan mengalami gatal dengan pembengkakan (tanpa ruam)
Waspada: ketiak membengkak karena infeksi.
Uji: Tes darah kadang-kadang dapat mengambil sesuatu, tapi biopsi lebih dianjurkan.
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/07/26/126624-ini-dia-kanker-langganan-kaum-pria-dan-cara-mengendusnya
Sialnya, orang kerap menyadari kanker telah membonceng di tubuhnya dan menggerogoti kesehatannya dengan cepat saat sudah stadium lanjut. Padahal, semakin dini diketahui, akan semakin mudah melakukan pengobatan.
Apa saja kanker yang kerap diderita kaum pria? Berikut ini jenisnya dan bagaimana cara mengendusnya.
Prostat
Gejala awal: Biasanya tidak ada. Pemeriksaan colok dubur dapat mengetahui apakah prostat Anda sulit atau tidak teratur, dan kanker dicurigai dengan tingkat PSA (prostat spesifik antigen) tinggi.
Waspada: jika mengalami masalah baung air kecil: frekuensi sering, tidak bisa menahan, kantung kemih seakan tak pernah terasa betul-betul kosong. Tanda-tanda ini semua terkait dengan pembesaran prostat atau penyempitan uretra.
Uji: Biopsi jika PSA tinggi atau laju perubahannya sangat cepat. Namun tanda-tanda di atas juga bisa menjadi tanda infeksi, yang harus diobati dengan antibiotik selama empat minggu. Kanker tumbuh perlahan, kata Christopher Saigal, MD, seorang ahli onkologi urologi di UCLA.
Paru-paru
Gejala awal: Sering kali , tidak ada. Namun batuk yang tidak akan pergi atau yang membawa darah sering menjadi penunjuknya. "Juga, dada nyeri yang selalu hadir dan tidak dipengaruhi oleh pergerakan,"kata Ezra Cohen, MD, seorang ahli onkologi medis di University of Chicago Medical Center.
Waspada: Pneumonia. Pada foto x-ray dada, baik radang paru-paru dan tumor terlihat putih. Mungkin pneumonia, dan untuk memastikannya, membutuhkan satu lagi x-ray 4 sampai 6 minggu kemudian.
Uji: biopsi.
Kolorektal
Gejala awal: Darah pada tinja. Jangan pernah mengabaikannya, bahkan jika itu adalah hanya sekali terjadi. Ini bisa menjadi polip prakanker, dan perdarahan adalah hanya peringatan awal. "Dalam lebih dari setengah kasus, tidak ada tanda," kata Greg Enders MD PhD, seorang pencernaan pada Fox Chase Cancer Center.
Waspada: Pada laki-laki di bawah 50, pendarahan mungkin dari wasir, diverticulosis, kolitis, atau pembuluh darah yang abnormal. Namun, mendatangi dokter untuk berkonsultasi tetap perlu.
Uji: kolonoskopi memungkinkan dokter untuk memeriksa masalah besar dan kecil dan menghapus polip dalam prosedur yang sama.
Kandung kemih
Gejala awal: Darah dalam urin, yang harus selalu diperiksa, meskipun jika Anda lebih muda dari 60, sering kali merupakan tanda batu ginjal. Sebagian besar kanker kandung kemih hanya mempengaruhi lapisan. Jika tertangkap dini, dapat ditangani, kata Brian Rini, MD, seorang ahli onkologi di Cleveland Clinic Taussig Cancer Institute.
Waspada: Sebuah kandung kemih terlalu aktif atau buang air kecil lebih sering menyakitkan adalah tanda infeksi.
Pengujian: Diteropong melalui penis untuk melihat kandung kemih dan tes urine yang dapat mendeteksi sel-sel kanker.
Limfoma
Gejala-gejala awal: rasa sakit, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha. Kelenjar membengkak dengan infeksi, tetapi jika mereka tidak mereda dalam seminggu, minta mereka memeriksa. Selain itu, berat badan mengalami perubahan drastis dalam 1-2 bulan dan mengalami gatal dengan pembengkakan (tanpa ruam)
Waspada: ketiak membengkak karena infeksi.
Uji: Tes darah kadang-kadang dapat mengambil sesuatu, tapi biopsi lebih dianjurkan.
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/07/26/126624-ini-dia-kanker-langganan-kaum-pria-dan-cara-mengendusnya
Sabtu, 24 Juli 2010
Nasehat Rasulullah SAW Menyambut Ramadhan
Selain memerintahkan shaum, dalam menyambut bulan Ramadhan, Rasulullah selalu memberikan beberapa nasehat dan pesan-pesan ketika memasuki bulan Ramadhan.
Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.
Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat..... Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin.
Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.
Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia, sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.
Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”
Rasulullah meneruskan: “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”
Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.
Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.
Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin k.w. berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.
Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’.”
“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”
“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.”
“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.”
Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”
“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”
“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.”
“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.”
“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Sumber : Puasa bersama Rasulullah, Pengarang : Ibnu Muhammad (Pustaka Al-Bayan Mizan)
Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.
Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat..... Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin.
Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.
Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia, sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin.
Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.”
Rasulullah meneruskan: “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”
Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat.
Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.
Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Amirul mukminin k.w. berkata: “Aku berdiri dan berkata: “Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi: “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.
Wahai manusia! sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’.”
“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”
“Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan ( syahrul muwasah ) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.”
“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.”
Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”
“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”
“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya.”
“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.”
“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).
Sumber : Puasa bersama Rasulullah, Pengarang : Ibnu Muhammad (Pustaka Al-Bayan Mizan)
Akhlak Muslim Bersiap Menyambut Ramadhan
Bulan Ramadhan akan segera tiba. Insya Allah, kita akan berjumpa dengan tamu agung ini. Tentu saja ini sebuah kesempatan istimewa, karena bukan saja bilangan umur kita kian bertambah, tapi juga belaian kasih Ar-Rahmaan akan menghampiri kita lagi.
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan rahmat dan keberkahan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, Ramadhan adalah penghulu (pemimpin) dari sebelas bulan yang lain. Hanya orang yang kenal keistimewaan Ramadhan saja yang akan suka cita bila Ramadhan akan tiba.
Sepatutnya kita harus mempersiapkan diri baik-baik guna menyambutnya. Bagaimana caranya? Langkah-langkah berikut ini barangkali bisa membantu.
1. Mengulangi kembali pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan puasa. Hendaknya kita memasuki dan menjalani puasa dengan pengetahuan, pedoman-pedoman yang baik, serta pengalaman-pengalaman yang telah lalu. Pelajaran itu bisa seputar rukun, syarat sah, syarat membatalkan, perkara-perkara sunnah dan makruh, serta hikmah yang terkandung di dalamnya.
2. Persiapan ruhani, yaitu menenangkan jiwa dalam menghadapi bulan puasa. Rasulullah dan para sahabat mempersiapkan kedatangan Ramadhan sejak enam bulan sebelum bulan tersebut tiba.
3. Memperbanyak doa sejak bulan ini (Rajab dan Sya’ban), semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kesehatan, tenaga, kelapangan, dan kesempatan mengerjakan puasa. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah supaya kita dapat berpuasa dengan hati yang jujur, tulus dan jauh dari riya’, ujub, dan segala penyakit yang menghilangkan pahala puasa.
4. Menguatkan semangat untuk melaksanakan satu bentuk latihan dengan sempurna agar kita memperoleh predikat sebagai muttaqin (orang yang bertakwa).
5. Siapkan diri untuk menjalankan puasa dengan perkataan dan perbuatan yang baik dengan sepenuh hati serta ikhlas semata-mata karena Allah.
6. Tinggalkan kebiasan-kebiasan yang memberatkan dan merugikan diri, seperti berbelanja berlebihan, tenggelam dalam hiburan, membuang waktu, dan melakukan perbuatan yang tidak mendatangkan faedah. Hal tersebut justru bertentangan dengan hikmah puasa.
7. Sambutlah bulan puasa dengan cita-cita dan azzam (tekad) yang tinggi dengan memperbanyak ibadah, baik siang atau malam. Ini diperlukan untuk melatih diri dan mensucikan jiwa. Caranya dengan mulai melakukan ‘pemanasan’, yakni dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita sejak bulan Rajab dan Sya’ban.
8. Ucapkan tahniah kepada saudara seiman. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa’i dari Abi Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah senantiasa menggembirakan para sahabat saat kedatangan bulan Ramadhan. Rasulullah menggembirakan para sahabat dengan sabdanya, ”Sesungguhnya akan datang kepada kamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkati, Allah mewajibkan kamu berpuasa di dalamnya. Pada bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu syurga, dikunci semua pintu neraka, dibelenggu semua syaitan. Di malamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang tidak memperoleh kebajikan pada malam itu, berartilah diharamkan baginya segala kebaikan untuk dirinya.”
Semoga dengan kesungguhan kita dalam menyambut kehadiran Ramadhan, kita bisa meraih kesuksesan dalam menjalankan ibadah puasa. Amin.
[Ali Athwa/SAHID/www.hidayatullah.com]
PENGHORMATAN TERHADAP IBU
Allah (swt) berfirman yang bermaksud:
"Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya, ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya) dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun, (dengan yang demikian) bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibu bapamu, serta kepada Aku jua tempat kembali." (Q.S.Luqman:14)
Seorang lelaki bertanya kepada Rasulallah (saw) siapakah orang yang paling berhak dihormati: Nabi (saw) menjawab: Ibumu! Lelaki itu bertanya lagi, kemudian siapa lagi, Nabi (saw) menjawab: Ibumu! Lelaki itu terus bertanya, kemudian siapa lagi? Nabi (saw) menjawab ibumu! Kemudian siapa lagi? Nabi s.a.w. menjawab pula: Kemudian Bapamu! (Hadis riwayat at-Tirmizi)
Demikian tinggi dan mulianya taraf seorang ibu dari pandangan Islam.
Tidak dapat dinafikan betapa besar tanggung jawab, peranan seorang ibu terhadap keluarga terutama anak-anaknya. Betapa susah payah yang dialami seorang ibu ketika mengandung, dari sebulan kesebulan hingga anak itu dilahirkan. Betapa sakit yang dirasai ibu ketika melahirkan, setelah lahir dengan penuh kasih sayang ia menjaga anak-anaknya, menyusuinya, merawat buah hatinya itu, sehingga ketika tidur si ibu selalu terbangun dengan tangisan bayinya. Banyak masa dihabiskan untuk merawat, menjaga, mendidik, dari kecil hingga anak itu dewasa.
Tak dapat sungguh kita membalas penat lelah dan kasih sayang seorang ibu terhadap anak-anakntya. Siang malam tidur si ibu terganggu oleh tangisan si comel. Betapa besar pengorbanan pengorbanan seorang ibu, tak dapat kita membalasnya
Seorang ibu sanggup mengorbankan apa sahaja demi anak-anaknya yang tercinta, dengan tidak mengharapkan apa-apa balasan. Ibu sanggup berpenat lelah, ibu sanggup tidak lelap tidurnya, karena memberi susu, atau menjaga supaya anaknya tidak jatuh sakit, tidak digigit nyamuk, ibu sentiasa mendo'akan anak-anaknya sehat walfiat dan menjadi anak yang berguna dikemudian hari.
Betapa besar dosa seorang anak yang durhaka tidak mahu mendengar nasihat ibunya, betapa besar dosa seorang anak yang tidak mahu membalas jasa ibunya, terutama ketika ibunya sedang sakit, atau dikala telah lanjut usianya. Sehingga kita selalu mendengar kata-kata ingatan dari orang-orang tua kita: " seorang ibu sanggup menjaga, merawat dan membesarkan sepuluh anak-anaknya, tetapi sepuluh orang anak belum tentu sanggup menjaga seorang ibunya.''
Oleh karena itu sudah sepatutnya kita membalas jasa baik ibu-ibu kita, sekurang-kurangnya hormati lah ibu-ibu kita, muliakanlah ibu-ibu kita, dan jagalah segala kebjikannya terutama ketika mereka memerlukan penjagaan kita dihari tua mereka.
Ustaz Sayed Hasan Alatas
http://www.shiar-islam.com
"Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya, ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya) dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun, (dengan yang demikian) bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibu bapamu, serta kepada Aku jua tempat kembali." (Q.S.Luqman:14)
Seorang lelaki bertanya kepada Rasulallah (saw) siapakah orang yang paling berhak dihormati: Nabi (saw) menjawab: Ibumu! Lelaki itu bertanya lagi, kemudian siapa lagi, Nabi (saw) menjawab: Ibumu! Lelaki itu terus bertanya, kemudian siapa lagi? Nabi (saw) menjawab ibumu! Kemudian siapa lagi? Nabi s.a.w. menjawab pula: Kemudian Bapamu! (Hadis riwayat at-Tirmizi)
Demikian tinggi dan mulianya taraf seorang ibu dari pandangan Islam.
Tidak dapat dinafikan betapa besar tanggung jawab, peranan seorang ibu terhadap keluarga terutama anak-anaknya. Betapa susah payah yang dialami seorang ibu ketika mengandung, dari sebulan kesebulan hingga anak itu dilahirkan. Betapa sakit yang dirasai ibu ketika melahirkan, setelah lahir dengan penuh kasih sayang ia menjaga anak-anaknya, menyusuinya, merawat buah hatinya itu, sehingga ketika tidur si ibu selalu terbangun dengan tangisan bayinya. Banyak masa dihabiskan untuk merawat, menjaga, mendidik, dari kecil hingga anak itu dewasa.
Tak dapat sungguh kita membalas penat lelah dan kasih sayang seorang ibu terhadap anak-anakntya. Siang malam tidur si ibu terganggu oleh tangisan si comel. Betapa besar pengorbanan pengorbanan seorang ibu, tak dapat kita membalasnya
Seorang ibu sanggup mengorbankan apa sahaja demi anak-anaknya yang tercinta, dengan tidak mengharapkan apa-apa balasan. Ibu sanggup berpenat lelah, ibu sanggup tidak lelap tidurnya, karena memberi susu, atau menjaga supaya anaknya tidak jatuh sakit, tidak digigit nyamuk, ibu sentiasa mendo'akan anak-anaknya sehat walfiat dan menjadi anak yang berguna dikemudian hari.
Betapa besar dosa seorang anak yang durhaka tidak mahu mendengar nasihat ibunya, betapa besar dosa seorang anak yang tidak mahu membalas jasa ibunya, terutama ketika ibunya sedang sakit, atau dikala telah lanjut usianya. Sehingga kita selalu mendengar kata-kata ingatan dari orang-orang tua kita: " seorang ibu sanggup menjaga, merawat dan membesarkan sepuluh anak-anaknya, tetapi sepuluh orang anak belum tentu sanggup menjaga seorang ibunya.''
Oleh karena itu sudah sepatutnya kita membalas jasa baik ibu-ibu kita, sekurang-kurangnya hormati lah ibu-ibu kita, muliakanlah ibu-ibu kita, dan jagalah segala kebjikannya terutama ketika mereka memerlukan penjagaan kita dihari tua mereka.
Ustaz Sayed Hasan Alatas
http://www.shiar-islam.com
KHOTBAH NABI S.A.W. MENYAMBUT RAMADHAN
"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya. Didalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu syurga dan dikunci segala pintu neraka dan
dibelenggu seluruh syaithan. Padanya ada suatu malam yang terlebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan."
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan penghulu segala bulan, maka "Selamat datanglah" kepadanya."
Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu kewajiban, dan qiam dimalam harinya suatu tatawwu'.
Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan didalamnya samalah dia dengan orang yang menunaikan sesuatu fardhu didalam bulan yang lainnya. Barangsiapa menunaikan sesuatu fardhu dalam bulan Ramadhan samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu dibulan lainnya. Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertulungan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukmin didalamnya.
Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, yang demikian itu adalah pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa. Allah memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan walaupun sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya Rahmah, pertengahannya ampunan, dan akhirnya kemerdekaan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban seseorang (yang membantunya) niscaya Allah mengampuni dosanya. Oleh itu banyakkanlah yang empat perkara dibulan Ramadhan.
Dua perkara untuk mendatangkan keredhaan Tuhanmu dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya tiada tuhan melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya.
Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan
perlindungan dari neraka. Barangsiapa memberi minum orang yang
berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk kedalam surga."
(H.R.Ibnu Khuzaimah)
http://www.shiar-islam.com/doc10.htm
Langkah-langkah Penting Menjaga Hati
Hati dalam bahasa Arab disebut dengan al-qalb, yang berarti bolak-balik. Disebut demikian, karena hati adalah dunia abstrak (closed area), unik, dan berkembang (developmental). Hati gampang berubah, sukar dibaca, senantiasa berkembang, dan pasang-surut.
Karena memiliki sifat seperti itu, maka hati harus dijaga dengan baik. Sebab, jika tidak dijaga, hati akan berubah menjadi hati yang sakit (al-qalb al-maridh). Begitu banyak manusia yang memiliki pikiran cerdas, tetapi akhirnya menjadi orang hina hanya karena memiliki hati yang sakit.
Rasul bersabda, "Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya; dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itulah hati." (Al-Hadis).
Kecerdasan yang ada di dalam pikiran, bisa dikalahkan oleh kebusukan yang ada di dalam hati. Orang seperti itu biasanya akan marah pada kebenaran dan senang pada kebatilan. Dan, jika hal tersebut terjadi, maka itulah hati sedang sakit. Sama seperti anggota tubuh lainnya, hati yang sakit bisa dilihat dari tiga hal. Pertama, kemampuan indera yang ada di dalam hati akan hilang secara total. Hati seperti ini akan menjadi buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Ia tidak bisa membedakan antara kebenaran, kesesatan, ketakwaan, kemaksiatan, dan lain sebagainya.
Kedua, kemampuan indera yang ada di dalam hati menjadi lemah. Padahal sebenarnya, kemampuan indera tersebut kuat. Sama seperti anggota tubuh lainnya, jika sedang dalam keadaan seperti ini, hati berarti butuh asupan gizi.
Ketiga, hati tidak bisa melihat sesuatu dalam bentuk yang sebenarnya. Seperti melihat kebenaran menjadi kesesatan, kesesatan menjadi kebenaran, merasakan manis menjadi pahit, dan pahit menjadi manis.
Lalu, bagaimana menjaga hati agar tetap sehat? Ibnul Qayyim menjelaskan, agar hati bisa tetap sehat, ia bisa dilakukan dengan tiga cara; menjaga kekuatan hati, melindungi hati dari hal-hal yang membahayakan, dan membuang zat-zat yang berbahaya bagi hati. Kekuatan hati bisa didapatkan dengan iman. Dan iman merupakan sumber kekuatan hati paling utama. Jika iman hilang, hati akan menjadi sakit.
Sedangkan untuk melindungi hati dari hal-hal yang membahayakan, bisa dilakukan dengan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Sebab, kedua hal ini yang dapat membuat hati menjadi sakit. Ia sama dengan racun yang jika dikonsumsi pasti akan membahayakan tubuh.
Terakhir, agar tetap sehat, zat-zat yang membahayakan hati harus dibuang. Dan, cara paling efektif untuk membuang zat-zat yang berbahaya tersebut adalah dengan tobat dan istighfar. Tobat dan istighfar adalah dua obat yang bisa membuang toksin di dalam hati. Ia bagaikan antibody yang bisa membuat hati tetap sehat
Oleh Arif Munandar Riswanto
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/24/126533-langkahlangkah-penting-menjaga-hati
Jumat, 23 Juli 2010
PEMBESARAN PROSTAT
Ketika seorang pria mendekati usia 45 tahun, prostatnya mungkin mulai membesar. Dalam kasus tertentu, ukurannya bisa mencapai seperti buah jeruk dan menekan aliran kemih yang melalui uretra, kata Dr. Stanisic. Kondisi ini disebut benign prostatic hyperplasia (BPH), dan ini merupakan masalah prostat yang paling umum.
Mengapa prostat membesar? Ini pertanyaan yang sulit dijawab, tetapi sebagian dokter berpendapat bahwa kecenderungan kelenjar ini untuk membengkak boleh jadi berhubungan dengan hormon pria testosteron. Orang yang dikebiri (orang kasim) tidak pernah menderita BPH. Namun bagi sebagian besar pria lain, kondisi ini sesuatu yang lazim. Kondisi ini menimpa hingga 15 persen pria 40 tahunan dan 60 persen pria 50 tahunan.
Dalam kasus-kasus lanjut, pembesaran prostat dapat menghentikan aliran urin sama sekali. Jika anda tidak segera mencari pertolongan dokter, anda akan memerlukan pembedahan, yakni operasi prostat yang disebut transurethral resection. Istilah lain untuk prosedur ini adalah Roto-Rooter, yakni dokter memasukkan sebuah selang sangat kecil ke dalam uretra untuk membuang bagian prostat yang menekan uretra. Ini menyakitkan, tidak menyenangkan, dan memerlukan waktu beberapa bulan untuk pulih secara penuh.
"Testosteron merupakan bahan bakar bagi prostat," kata Kennet Goldberg, M.D., pendiri dan direktur Male Health Center di Dallas. "Kami telah menemukan bahwa jika anda dapat menurunkan kadar testosteron, berarti anda memperlambat pembesaran prostat."
Ada dua macam obat yang dapat membantu meringankan gejala BPH, kata Dr. Stanisic. Finasteride (Proscar) berfungsi mengurangi ukuran prostat sampai sekitar 20 persen, yang cukup untuk. melancarkan aliran urin. Obat lain, terazosin Hydrochloride (Hytrin) berfungsi melemaskan otot-otot leher kandung kemih dan prostat agar uretra dapat terbuka. Maka, apabila anda mengalami pembesaran prostat, tanyakan kepada dokter apakah obat-obat ini dapat meringankan masalah anda.
http://www.konseling.net/artikel_seks/pembesaran_prostat.htm
Mengapa prostat membesar? Ini pertanyaan yang sulit dijawab, tetapi sebagian dokter berpendapat bahwa kecenderungan kelenjar ini untuk membengkak boleh jadi berhubungan dengan hormon pria testosteron. Orang yang dikebiri (orang kasim) tidak pernah menderita BPH. Namun bagi sebagian besar pria lain, kondisi ini sesuatu yang lazim. Kondisi ini menimpa hingga 15 persen pria 40 tahunan dan 60 persen pria 50 tahunan.
Dalam kasus-kasus lanjut, pembesaran prostat dapat menghentikan aliran urin sama sekali. Jika anda tidak segera mencari pertolongan dokter, anda akan memerlukan pembedahan, yakni operasi prostat yang disebut transurethral resection. Istilah lain untuk prosedur ini adalah Roto-Rooter, yakni dokter memasukkan sebuah selang sangat kecil ke dalam uretra untuk membuang bagian prostat yang menekan uretra. Ini menyakitkan, tidak menyenangkan, dan memerlukan waktu beberapa bulan untuk pulih secara penuh.
"Testosteron merupakan bahan bakar bagi prostat," kata Kennet Goldberg, M.D., pendiri dan direktur Male Health Center di Dallas. "Kami telah menemukan bahwa jika anda dapat menurunkan kadar testosteron, berarti anda memperlambat pembesaran prostat."
Ada dua macam obat yang dapat membantu meringankan gejala BPH, kata Dr. Stanisic. Finasteride (Proscar) berfungsi mengurangi ukuran prostat sampai sekitar 20 persen, yang cukup untuk. melancarkan aliran urin. Obat lain, terazosin Hydrochloride (Hytrin) berfungsi melemaskan otot-otot leher kandung kemih dan prostat agar uretra dapat terbuka. Maka, apabila anda mengalami pembesaran prostat, tanyakan kepada dokter apakah obat-obat ini dapat meringankan masalah anda.
http://www.konseling.net/artikel_seks/pembesaran_prostat.htm
Langganan:
Postingan (Atom)