Jumat, 09 Juli 2010

Filsafat Air Dan Sungai

Banyak orang jika ditanya tentang orientasi hidup masa depannya, mereka menjawab akan mengalir saaaja seperti air. Artinya, mereka ingin menjalani hidup tanpa beban yang serba memberatkan dirinya sendiri. Cita-cita boleh setinggi langit, tetapi tidak merasa perlu memaksa diri, hingga berakibat jatuh dengan resiko yang tidak mudah dihadapi. Mungkin dalam bahasa agama, mereka ingin selalu berikhtiar tetapi juga sekaligus bertawakkal.

Pandangan seperti itu, mengingatkan pada keadaan sungai. Jika air sungai itu selalu mengalir dan tanpa hambatan maka terasa indah dilihat. Apalagi air itu tampak jernih. Ikan-ikan yang ada di situ, juga tampak sehat dan menyenangkan. Air yang jernih dan mengalir deras memang indah. Kiranya hidup seperti itu yang dimaksud, mengalir bagaikan air di sungai.

Namun ternyata tidak semua air di sungai bisa mengalir secara normal. Kadang ada saja halangan, sehingga sungai menjadi buntu. Manakala aliran itu tersumbat, dan akibatnya air lalu menggenang, maka lama kelamaan, air tersebut menjadi sarang penyakit. Demikian pula bau dan juga warnanya menjadi tidak enak dan indah, serta terasa tidak segar lagi. Maka memang sebaiknya aliran air jangan sampai dibiarkan buntu.

Aliran sungai juga tidak boleh banjir ataupun juga sebaliknya kering. Banjir tidak selalu menguntungkan dan bahkan seringkali berakibat mencelakakan. Sungai tatkala banjir biasa airnya tidak jernih, dan bahkan banyak membawa kotoran. Oleh karena itu, orang tidak suka dengan banjir. Apalagi banjir besar yang bisa menenggelamkan rumah dan fasilitas lainnya.

Sebaliknya, orang juga tidak menyukai jika air sungai surut atau bahkan tidak mengalir lagi. Pada musim kemarau banyak sungai yang mengering. Sumber air banyak yang mati, maka akibatnya sulit mencari air. Kekurangan air juga mengganggu kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak saja orang yang terganggu, tetapi juga kehidupan lainnya. Tanaman akan mati dan demikian pula ternak akan kekurangan makanan.

Keadaan sungai yang baik adalah tatkala dalam keadaan normal. Airnya kelihatan jernih, dan pada setiap saat mengalir tanpa hambatan. Air dalam keadaan mengalir seperti itu, maka tampak sangat indah dipandang, menyenangkan, dan sekaligus menyehatkan. Itulah sebabnya, orang menyukai air yang mengalir dan bahkan hidup juga diharapkan mengalir seperti air itu.

Membicarakan air sungai yang selalu mengalir, juga memberikan inspirasi pada pengembangan kehidupan ekonomi seseorang. Jika datangnya rizki itu juga sebagaimana aliran sungai yang selalu mengalir, maka juga akan mendatangkan suasana sehat. Rizki tidak disimpan berlebihan, tetapi selalu dialirkan, sebagian diinfaqkan, dikeluarkan zakat dan shadaqahnya. Jika terlalu berlebih, dan tidak disalurkan, maka rizki pun juga bisa menjadi penyakit, setidaknya berbau.

Orang diberi identitas sebagai kikir, tamak, pelit, dan sebagainya disebabkan oleh karena mereka tidak mau mengalirkan sebagian dari rizkinya kepada pihak-pihak yang memiliki hak atas rizki itu. Maka hal demikian itu kemudian memunculkan sifat iri hati, dendam, rasa bermusuhan. Maka rizki yang tidak mengalir juga akan melahirkan penyakit hati dan bahkan suatu ketika membesar menjadi penyakit masyarakat. Itulah sebabnya, orang dan juga masyarakat sehat yang disebut dengan istilah muttaqin, di antara salah satu cirinya adalah mau menginfaqkan sebagian rizkinya.

Sebagaimana aliran sungai, rizki tidak perlu datang tiba-tiba dalam jumlah besar, tanpa jelas asal muasalnya, sebagaimana banjir. Rizki yang tidak bersih, yang didapat dari sumber-sumber yang tidak jelas, justru akan mencelakaan pemiliknya. Berbagai kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat yang terungkap akhir-akhir, bagikan banjir itu. Mereka mendapatkan air, tetapi keadaannya keruh, sehingga benar-benar membahayakan diri mereka sendiri.

Bagaikan sungai pula, mengering di saat kemarau, maka rizki juga tidak boleh berhenti sehingga mengakibatkan jatuh melarat. Kemelaratan juga harus dihindari. Sebab kemelaratan pun juga akan mengakibatkan terjadinya kekufuran. Bahaya kemiskinan dalam hidup ini juga besar, orang miskin, jika tidak tebal imannya akan jatuh pada kefuran. Kufur adalah penyakit yang sangat membahayakan, baik di dunia mapun di akherat. Rizki tidak boleh kering, sebagaimana sungai dalam musim kemarau. Wallahu a'lam.

http://www.imamsuprayogo.com/viewd_artikel.php?pg=798

Tidak ada komentar:

Posting Komentar