Minggu, 09 Januari 2011

Evaluasi diri, baru evaluasi orang lain!

Salah satu kebiasaan yang kurang baik, tapi terlalu sulit untuk disadari adalah sifat suka menilai orang lain. Mungkin sangat banyak waktu dihabiskan untuk menilai orang lain daripada menilai diri sendiri. Kenapa hal ini bisa terjadi?

Sifat menilai adalah sifat alamiah manusia. Kita semua selalu lebih pintar dalam menilai perilaku dan karakter orang lain, daripada menilai perilaku dan karakter diri sendiri. Padahal, kebahagiaan itu hanya bisa kita miliki, pada saat kita mampu memahami diri sejati kita secara sempurna.

Pertanyaannya, apakah salah kalau kita menilai orang lain?

Jawabannya, tidak salah, tapi perilaku yang terlalu dominan dalam menilai kekurangan dan kelemahan orang lain hanya akan menghasilkan ketidakbahagiaan ke dalam diri sendiri. Artinya, kekurangan dan kelemahan orang lain itu adalah energi negatif, yang berpotensi masuk ke dalam diri kita, dan mengurangi perasaan bahagia kita.
Oleh karena itu, lebih baik kita menilai diri kita sendiri dan memperbaiki hal-hal yang masih kurang, agar kita bisa menjadi pribadi berkualitas tinggi dalam menghadapi kehidupan yang penuh warna ini.

Bila kita sudah mampu mengurangi sifat menghakimi perilaku orang lain, serta mahir dalam memperkuat sifat mencintai setiap orang secara tulus dari dalam hati. Kita akan menjadi pribadi luar biasa dengan aura positif yang keluar menyebar dari dalam diri kita, untuk memberikan kedamaian dan kebahagiaan buat banyak orang, dan kita akan menjadi orang baik yang istimewa di persepsi banyak orang.

Selanjutnya, jangan biarkan mindset kita sibuk mengurusi mana benar dan mana yang salah. Latihlah cara berpikir kita untuk menerima orang lain apa adanya, lalu secara bertahap tingkatkan kualitas diri kita sendiri untuk mencintai semua warna kehidupan yang ada.

Jangan sampai kita seperti pepatah lama, "Kuman di seberang kelihatan. Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan". Lebih baik sibukkan diri dengan melihat kekurangan diri. Ini berpahala. Daripada menilai dan mencari-cari kesalahan orang lain. Ini namanya mencari perkara. Salah menilai, kita telah menebar fitnah. Apabila benar pun, kita cenderung menjadikannya bahan omongan alias ghibah. Wallahualam bishawab.

"Sesungguhnya orang-orang yang menyenangi tersebarnya perbuatan keji2 di kalangan orang-orang beriman, mereka memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat..." (An-Nur: 19)

"Siapa yang melepaskan dari seorang mukmin satu kesusahan yang sangat dari kesusahan dunia niscaya Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan dari kesusahan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan nanti di akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan kelak di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya..."
(HR. Muslim no. 2699)


http://www.dsim.or.id/artikel-267-evaluasi-diri-baru-evaluasi-orang-lain.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar