Jumat, 04 Februari 2011

Edcoustic - Muhasabah Cinta



Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada adalah DIAM. Bahasa yang paling manis adalah SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK.

Rasulullah S.A.W bersabda:

"Sesungguhnya Allah membenci orang yang keras dan kasar. Suka mengumpulkan harta tetapi tidak mau berbagi dengan yang lain, suka berteriak di pasar tetapi seperti bangkai di malam hari, seperti mengetahui segala urusan dunia tetapi bodoh urusan akhirat." (H.R. Ibnu Hibban)

Sebagai manusia, kita sering dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan atau tidak sesuai dengan prinsip kita dan berusaha untuk merubahnya dan lebih sering dengan menggunakan power yang kita miliki.

Seorang Bapak marah kepada anaknya karena tidak mengikuti tat tertib yang telah disepakati, mungkin tidak hanya dengan kata-kata tetapi lebih dari itu, yaitu dengan perlakuan fisik dengan tujuan agar anaknya mau mengikuti kesepakatan tersebut.

Ketika saya masih dudukdi Sekolah Dasar saya sering dihukum (istilahnya 'disetrap') karena membuat gaduh di kelas, dengan berdiri di sudut kelas menghadap ke dinding untuk beberapa saat. Karena hal itu terjadi berulang-ulang, tidak ada makna pembelajaran dari tindakan itu.

Seorang ustadz pernah berkata kepada saya:
"Yang menjadi masalah bukan badannya, bukan fisiknya tetapi HATINYA. Oleh karena itu hatinyalah yang harus diarahkan dan ini harus melalui pendekatan yang halus (cinta-kasih), agar dia memahami dirinya bahwa hal yang telah dilakukan adalah keliru."

Dengan menggunakan pendekatan ini, kita dapat terhindar dari kesewenang-wenangan yang kita miliki. Kita dapat mendidik mahasiswa, atau anak atau pegawai kita, tanpa harus menimbulkan 'kesengsaraan' pada diri kita atau orang lain.

Ayah saya pernah menasehati saya agar tidak terperosok pada kondisi di mana 'darah naik ke otak dengan sangat cepat, sehingga kita tidak mampu mengendalikan diri'. Kemarahan yang berlebihan membuat kita tidak mampu mengendalikan diri, misalnya dengan tindakan memecat orang, memukul orang, atau memaki orang. Dan hal ini secara tidak sadar membuat kita dan orang lain menjadi 'sengsara'

Kita sering karena kita tidak mampu memahami diri sendiri sehingga tidak mampu berubah, dan tetap menjadi manusia yang selalu menganggap orang lain salah, dirinya paling benar, pendendam dan penuh kecurigaan. Tetap menjadi manusia yang selalu memberi arahan, anjuran atau nasehat dengan cara yang kasar tidak efektif.

"Kedamaian atau kebahagiaan bukanlah produk dari pikiran, melainkan hati. Hatilah yang bisa merasakan kedamaian atau kebahagiaan. Tuhan hanya bisa dirasakan kehadirannya dalam kedamaian, yaitu, ketika pikiran tidak lagi mengganggu dengan aneka macam kesibukan dan kegaduhan. Di sanalah jiwa yang tenang dan damai itu berada".

(diambil dari sebuah buku tentang kekuatan hati "...lembutnya hati dalam kerasnya kehidupan...") http://fshanty.blogspot.com/


http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2011/02/edcoustic-muhasabah-cinta.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar