Senin, 14 Februari 2011

HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW



Hari ini Selasa, 15 Februari 2011 bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1431 H. ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional. Hari Kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.

Kendatipun peringatan maulid telah menjadi tradisi yang dilaksanakan umat secara berulang-ulang, namun kita setuju bahwa maulid tidak semestinya hanya sekedar serimonial belaka. Maulid Nabi sejatinya harus mampu memberikan pencerahan dan pemikiran yang berguna untuk masa depan umat Islam yang lebih baik. Untuk itulah peningkatan kualitas acara maulid Nabi harus menjadi perhatian kita bersama.
Perayaan Maulid dibeberapa daerah bahkan sudah ada yang mengarah ke praktik syirik dengan mengadakan sesajian, berkurban untuk alam, laut misalkan, pemubadziran makanan atau harta, ikhtilath atau campur baur laki-laki dan perempuan, praktek yang mengancam jiwa dengan berdesak-desakan atau rebutan makanan, dan lainnya yang bertentangan dengan syari’at.

Dibalik semua perayaan yang berlangsung tersebut ada hal yang paling penting kita maknai, agar perayaan itu bukan sekedar seremonial belaka. Peringatan maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin.

Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Kenyataan saat ini telah membuktikan, bahwa disebabkan belum bersungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam mengarungi perjuangan hidup, maka kehidupan kaum muslimin saat ini cenderung terperosok menjadi ummat terbelakang, dibandingkan dengan ummat-ummat lain di hampir semua bidang kehidupan.

Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah mau dan berani merubah kebiasaan hidup kita ini.
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah segala sesuatu yang ada pada diri mereka sendiri” (QS.23. Ar-Ra’du : 11).

Imam Ibnu ‘Atho’illah dalam kitab Al-Hikam menyatakan :“Bagaimana mungkin keadaanmu akan berubah menjadi luar biasa, sedangkan kamu belum mau merubah kebiasaan-kebiasaaan hidupmu”.
Kebiasaan mengabaikan teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari ternyata membawa kita kepada kemunduran derajat hidup, maka jika ingin berubah menjadi ummat yang maju dan bermartabat, kita harus merubah kebiasaan kita.

Kita harus tinggalkan sikap menyepelekan dan mengabaikan uswahtul hasanah Rasulullah SAW. Kita harus bersungguh-sungguh dan lebih bersungguh-sungguh lagi dalam mengenal dan mengikuti teladan Rosulullah SAW dalam hidup ini.

Kesungguhan kita dalam mengikuti teladan Rasulullah SAW secara utuh dalam mengarungi perjuangan hidup ini adalah kunci menuju kehidupan ummat yang lebih maju dan bertartabat di masa yang akan datang.

Imam Ibnu Atho’illah menyatakan : “Janganlah kamu membanggakan warid yang belum kamu ketahui buahnya. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan itu bukanlah hujan. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan adalah wujudnya buah-buah pepohonan”.

Al-Hamdulillah jika kita dapat menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Namun hendaknya jangan terlalu bangga dahulu. Sebab terselenggaranya acara itu baru ibarat awan. Meriahnya suasana baru laksana hujan. Bagaimana dengan buahnya ?. Sudah wujudkah ?.
Buahnya adalah “Mutiara hikmah dan perubahan”. Perubahan menjadi lebih baik. Lebih utuh dan lebih bersungguh-sungguh dalam meneladani Rosulullah SAW dalam seluruh sisi kehidupan kita. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.

Rasullah SAW adalah rahmat bagi semesta alam, kebaikan dan keberkahannya tidak hanya didapatkan oleh orang-orang yang semasanya dan tidak pula berakhir dengan wafatnya.

Kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman,
" dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) kententraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, maha mengetahui." (Qs. At-Taubah: 103).

Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi.
(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantaraan) Nabi-Mu, nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.)


Wallaahu ‘a’lam bisshowaab.

http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2011/02/hikmah-maulid-nabi-muhammad-saw.html

******************************
Catatan dari Azhari Akmal Tarigan (http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=14184


Surat Muhammad


Kendatipun surah ini bernama surah Muhammad dan posisinya di dalam mushaf terletak setelah surah Al-Ahqaf dan sebelum surah Al-Fath, namun surah ini jarang dibaca pada peringatan maulid Nabi SAW. Surah Muhammad (surah yang ke 69) kalah populer di banding dengan surah Ali Imran ayat 144 (wa ma Muhammadun illa Rasul) dan surah Al-Ahzab ayat 21 (laqad kana lakum fi Rasulillahi Uswatun Hasanah), yang sering dikumandangkan para Qori pada setiap kali peringatan Maulid. Terkadang lucu juga, bagaimana mungkin acara maulid Nabi yang intinya adalah peringatan tentang kelahiran (maulid) namun ayat yang dibaca berbicara tentang kematian. (silahkan baca kembali surah Ali Imran ayat 144-147).

Hemat penulis surah yang relevan dibaca dan selanjutnya dikaji pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah surah Muhammad yang terdiri dari 38 ayat.

Surah ini menampilkan sisi lain dari sosok Nabi Muhammad SAW. Amru Khalid di dalam karyanya yang berjudul, Khawatir Quraniyyah: Nazharat fi Ahdaf Suwar Al-Quran, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, Pesona Al-Qur’an Dalam Mata Rantai Surah dan Ayat, menyimpulkan, tujuan surah Muhammad adalah, "Ketaatan dan peneladanan Nabi Muhammad SAW adalah kreteria diterima atau ditolaknya perbuatan kita. Prinsip yang sangat penting dan berharga. Rasakan hal ini saat engkau membaca surah yang mulia ini dan tanya dirimu: Apakah aku sudah meneladani sunnah, ibadah, dan akhlak Nabi Muhammad SAW" ?

Menurut M. Quraish Shihab dengan mengutip Ibn ‘Aysur inti dari surah Muhammad adalah anjuran untuk berjuang (jihad) menghadapi kaum musyrikin. Kesimpulan ini juga diakui oleh Sayyid Quthub. Ini pula yang menjadi dasar mengapa surah ini dinamai juga dengan surah qital dan surah allazina kafaru karena isinya menjelaskan sifatsifat buruk kaum kafir yang harus dimusnahkan. Masih menurut Quraish Shihab, pandangan yang lebih sejuk tampaknya datang dari Al-Biqa’i, yang menyebutkan tema utama surah ini adalah ajakan kepada kaum beriman untuk memelihara kesuciaan agama dengan melaksanakan jihad terhadap orang-orang kafir secara berkesinambungan. Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan bahwa hidup setiap muslim adalah jihad. Sebuah perjuangan untuk menjaga dan membela kebenaran serta menjaga kehormatan kaum muslimin.

Jihad dan Infaq

Pada awal surah, tepatnya ayat 1-6 jelas disebutkan perilaku orang Kafir yang selalu berusaha menghalangi orang beriman dari mengikuti jalan Allah SWT. Mereka selalu berusaha untuk memalingkan perhatian umat Islam dari kebenaran. Menghadapi realita seperti ini, umat Islam tidak boleh berdiam diri. Bahkan pada ayat 35 dinyatakan, "umat Islam tidak boleh merasa lemah dan memilih untuk berdamai, padahal mereka berada dalam kebenaran." Dengan kata lain, umat Islam tidak boleh pasrah berhadapan dengan kenyataan yang sedang terjadi. Perjuangan (jihad) untuk mempertahankan kebenaran dan menjaga kesuciaan Islam tetap menjadi lebih utama.

Oleh sebab itu, surah Muhammad menurut Amru Khalid mengajarkan dua bentuk kepatuhan; kepada jihad dan kepatuhan kepada infaq. Tentu saja yang dimaksud jihad di dalam surah Muhammad adalah jihad dalam makna yang luas. Jihad secara sederhana adalah sebuah perjuangan untuk meninggikan kalimat Allah. Perjuangan untuk menjadikan agama ini terhormat dan disegani orang lain. Caranya tentu saja melalui peningkatan sumber daya insani. Umat Islam harus tampil menjadi umat berkualitas sehingga mampu memimpin dunia. Umat Islam harus menjadi pelopor dalam membangun peradaban dunia yang lebih santun dan beradab. Tegasnya jihad yang dimaksud adalah jihad untuk meningkatkan kualitas diri. jihad dalam makna perang baru dapat digunakan jika umat Islam diserang kaum kafir.

Selain jihad, surah Muhammad menganjurkan kita untuk berinfaq. Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang kita miliki untuk digunakan pada jalan Allah. Di dalam ayat 38 surah yang sama, dengan cukup jelas Allah SWT mencela sifat bakhil. Siapa yang bakhil, sesungguhnya ia bakhil buat dirinya sendiri. Allah SWT tidak membutuhkan harta dari manusia sedikitpun. Infaq, sadaqah, bahkan zakat bukanlah untuk Allah SWT, melainkan untuk diri kita sendiri. Allah adalah ghaniyyu (maha kaya). Bagaimanapun juga, perjuangan menegakkan kehormatan agama membutuhkan dana. Mengatasi kemiskinan dan kebodohan yang mendera sebagian besar umat Islam saat ini mau tidak mau dengan dana. Untuk itulah partisipasi umat Islam untuk menyisihkan hartanya pada jalan Allah sangat dibutuhkan.

Sampai di sini menjadi jelas bahwa ber-Islam tidaklah cukup hanya melaksanakan ibadah mahdah. Kita tidak boleh merasa puas, jika kita telah shalat, puasa, zakat, dan pulang pergi haji dan umrah. Kita tidak boleh beranggapan bahwa beragama kita sudah sempurna. Kesempuranaan agama hanya diperoleh ketika kita berjihad buat agama dan umat ini. Adalah pantas kita bertanya, apa sesungguhnya yang kita perjuangkan buat agama ini ? jika Nabi Muhammad sepanjang hidupnya selalu berjihad untuk menegakkan kehormatan agama yang mulia ini, pantaskah kita disebut sebagai umatnya jika kita hanya tenggelam dalam kenikmatan spiritual, tenggelam dalam zikir dan merasa puas ketika tiap tahun berkunjung ke Bait Allah.

Belajar dari surah Muhammad kita ditunjukkan akan sisi lain dari kepribadian Nabi Muhammad. Benar bahwa beliau adalah sosok yang santun dan berakhlak mulia. Namun jangan lupa bahwa beliau juga sosok yang selalu berjuang buat Islam. Sejatinya, para muballigh, penceramah harus menekankan sisi perjuangan Nabi Muhammad SAW. Umat Islam saat ini sesungguhnya berada dalam keterpurukan. Kemiskinan dan kebodohan dua hal yang sampai hari ini belum mampu diatasi. Apa upaya yang dapat kita lakukan? jawabnya jelas, mari kita kumpulkan harta umat Islam, menyisihkan sebagian besar penghasilan kita untuk membantu saudara kita yang miskin dan anak-anak yang membutuhkan biaya untuk studinya. Inilah jihad kita saat ini. Mudah-mudahan maulid kali ini mampu melahirkan sebuah gerakan jihad dan infaq yang luar biasa. Barulah maulid kita mengalami perubahan. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar