Senin, 11 April 2011

Bekerja dengan Hati

Bekerja adalah salah satu aktivitas yang disukai oleh Allah SWT, "Sesungguhnya Allah Taala senang melihat hamba-Nya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal." (HR ad-Dailami). Bahkan, Rasulullah SAW menempatkannya di deretan kegiatan yang wajib dilakukan oleh umatnya, "Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardu (ibadah mahdhah)." (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi).

Bekerja adalah upaya menjemput rezeki Allah SWT. Tujuannya agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Oleh karenanya, Rasulullah SAW mengajarkan prinsip-prinsip dalam menjemput rezeki. Yakni, yakin bahwa setiap manusia mendapat bagian rezeki; selalu memperbaiki cara-cara dalam menjemput rezeki; bersabar dengan rezeki yang belum kunjung datang; tidak menempuh cara-cara yang menyimpang dari sunatullah.

Dalam proses mencari rezeki, seseorang akan menghadapi berbagai kendala dan rintangan. Rintangan terberat adalah ketika hati nurani tak lagi disertakan dalam bekerja, dan lebih memilih menuruti hawa nafsu. Ketika nafsu lepas kendali, rasa malu untuk melakukan keburukan tak ada lagi, segala macam cara dihalalkan, norma dan etika tak lagi penting, bahkan iman akan mudah dikorbankan. "Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi adalah 'jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu'." (HR Bukhari).

Bila kondisi semacam ini terus berlanjut, akan timbul perilaku-perilaku impulsif yang bisa menyeret pada kepribadian yang menyimpang (personality disorder). Tidak ada kecemasan ketika melakukan kejahatan dan seusai berbuat tak tebersit perasaan bersalah (guilty feeling), yang lebih ironis perbuatan jahatnya dianggap sesuatu yang wajar.

Perilaku seperti itu merugikan banyak pihak dan diri sendiri. Tidak saja lahan pekerjaan dan kepercayaan orang lain kepadanya yang terancam lenyap, tapi kerugian yang amat besar telah menantinya yaitu bangkrutnya kekayaan hakiki (hati nurani). Dan, pada saat hati nurani telah mati, tak ada lagi ukuran untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, setiap tindakan cenderung melampaui batas, perbuatan baik dan ketaatan menjadi sesuatu yang remeh, tak sadar bahwa hidup di dunia dalam genggaman Zat Pencipta yang setiap saat siap untuk dicabut, dan lupa bahwa kehidupan dunia menjadi penentu nasib di kehidupan akhirat yang kekal.

Mengelola nafsu menjadi syarat penting dalam bekerja maupun dalam bertindak apa pun. Kejahatan dan keterpurukan selalu terinspirasi oleh nafsu yang liar. Karena pentingnya nafsu untuk dikelola, Abdullah bin Amr bin Ash mengingatkan wasiat Rasulullah SAW, "Tidak beriman seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa."

Oleh: Muhammad Saifudin Kodiran
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/04/10/ljf4lv-bekerja-dengan-hati


*****************

Catatan :


Kita mengerjakan sesuatu karena suka, ataupun atas dasar menolong seseorang, namun pada akhirnya apa yang kita kerjakan menghasilkan sesuatu di luar dugaan.

Seorang ibu rumah tangga yang punya hobi membuat kue bisa menjadi seorang wiraswastawan sukses karena kue-kue buatannya laris manis. Seorang penjahit terkenal di Ngagel - Surabaya yang dulunya suka membuat baju untuk dirinya sendiri dan adik-adiknya, sekarang menjadi penjahit langganan para pejabat teras di Kota Pahlawan itu. Masih banyak lagi kiranya kisah-kisah sukses yang berawal dari sesuatu yang rupanya sering kita lalaikan : bekerja dengan cinta, atau dalam kata lain, bekerja dengan sepenuh hati.

Apapun pekerjaan itu, apabila dilakukan dengan sebaik-baiknya, pasti akan membawa manfaat, minimal bagi diri kita sendiri. Apabila gaji kita kecil, kompensasinya bukanlah rasa malas mengerjakan tugas-tugas kantor, melainkan malah lebih giat bekerja dengan sebaik-baiknya.

Manfaat bagi diri sendiri, adalah rasa puas karena bisa menyelesaikan tugas dengan baik, kesempatan untuk meng-eksplore kemampuan diri, dan kita menjadi lebih pandai dan terampil dalam bidang pekerjaan kita. Sedangkan “efek samping” dari itu bisa berupa kenaikan gaji atau promosi (karena bos puas dengan hasil kerja kita). Jikalau tidak ada “efek samping” seperti yang disebutkan, setidaknya diri kita sudah cukup dibekali dengan prestasi dan ketrampilan untuk bekerja di tempat lain yang menawarkan lebih banyak tantangan dan/atau peluang, atau bahkan memulai usaha kita sendiri. Tidak ada yang sia-sia dengan melakukan sesuatu dengan kesungguhan.

Marilah bersama-sama berpikir, kita bekerja untuk memperkaya ketrampilan dan meningkatkan kualitas diri, bukan untuk mendapatkan “efek samping” seperti yang disebutkan diatas. Mungkin pada awalnya kita bekerja untuk mendapatkan uang, tapi itu adalah tujuan jangka pendek kita. Tujuan jangka panjang adalah menjadi persona yang lebih pandai dan lebih berkualitas sehingga peluang untuk menjadi lebih maju semakin besar.

Kita mulai dengan lari-lari kecil, setelah jantung dan nafas kita semakin kuat, kita bisa belajar berlari cepat, bahkan kita bisa bermimpi untuk menjadi pelari olimpiade. Semangat inilah yang membedakan orang-orang besar seperti Bill Gates (Microsoft), Kol. Sanders (KFC), atau Ibu Martha Tilaar (Sari Ayu Cosmetics), dari orang kebanyakan seperti kita.

Mereka berkarya dengan tekun dan sungguh-sungguh, merangkak dari orang biasa dan karyawan biasa, menjadi raksasa bisnis di bidang masing-masing.

Menjadi seperti mereka adalah impian hampir setiap orang dan ini bukanlah impian yang bukan tak mungkin untuk dicapai. Sering kita mendengar, kita tidak akan menjadi orang besar jika tidak berani berpikir besar. Jadi, mari kita bersama-sama menjadi orang besar, mulai dengan sebuah langkah kecil bernama : bekerja sepenuh hati !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar