Senin, 27 Mei 2013

[Itb77] Bali Golf Tour May 2013: "Full Moon & Cloudy Sunset"




"What other people may find in poetry or art museums, I find in the flight of a good shot" - Arnold Palmer.

       Manfaat utama golf - selain bisa terus asyik main sampai usia senja - adalah sebagai pembuhul persahabatan ketika para peminatnya yang dulu kuliah bareng kini telah mencapai usia 55 dan sekitarnya. Padahal dulu sih beda fakultas dan pernah bersaing merebut hati cewek se-angkatan di ITB yang populasinya sangat minim. Mahasiswa Arsitek dan Elektro bisa jadi gak saling kenal selama 5 tahun sekampus. Ruang kuliahnya beda lokasi, manusianya beda hobi. Para calon arsitek lebih banyak menghabiskan waktu di studio desain, sementara para calon bos PLN gemar main setrum.

       Contohnya Jeff Padmadjaja, pasangan dan lawan abadiku dalam golf. Saat kuliah kami berkisar dalam konstelasi berbeda. Dia kuliah di Elektro, jurusan yang membutuhkan indeks akademis tertinggi, sangat pandai matematika dan jago tenis meja. Jeff lulus tepat waktu dan sudah mem-plot karirnya sejak menerima diploma dan melemparkan toga ke angkasa. Aku pilih jurusan Arsitektur karena hanya butuh imajinasi dan logika. Soal angka dan perhitungan algoritma bisa diserahkan pada ahlinya. Kami bertemu tahun 2003 ketika main bareng di Jagorawi Golf dengan Chandra Widodo (Teknik Kimia), dan serentak ternganga ketika ngeh pernah kuliah di kampus Ganesha dalam tahun yang sama.

       Golf gak jauh beda dengan ritual agama. Saat berlaga semua atribut duniawi harus ditinggal di loker. Fakta bahwa Anda seorang CEO perusahaan negara atau punya istri lebih dari dua tidak bisa digunakan untuk minta 'priviledge'. Ketika semua siap di tee box pertama, barometer yang berlaku adalah handicap index dan 'perda' (peraturan daerah tentang isian yang berkisar pada warna biru, merah atau green buck). Ritual ini berlaku universal, kecuali saat Anda sengaja mengundang dirjen main golf untuk bicara soal proyek raksasa. Dalam kasus ini, dirjen pemula bisa keluar sebagai juara perda, dan sering gak sadar bahwa Anda sedang mengangkat telornya.

       Mayoritas golfer alumni ITB 77 adalah jenis egaliter. Itulah yang bikin aku suka ikut golf tour dimana ketua alumninya, Triharyo Susilo (Teknik Kimia) selalu menjadi pemrakarsa, sekaligus EO. Masih ada sih sebagian kecil yang ganjen naik mobil sendiri dengan alasan bus wisata yang tersedia kurang kursinya. Namun hal kecil tersebut tak mampu meredam suasana tour yang sangat meriah, lupa usia, super fun, banyak makan, luber tawa dan canda ("I suka itu, heh heh heh" a la Andreas Peranginangin - Elektro), dan laporan skor yang sudah diedit tuntas ("Sampai hole 11 Amrie dan gue masih seru kejar-kejaran angka" a la Hilman Muchsin - Teknik Sipil). Berikutnya gimana? Hilman ngeles dengan khidmat: "Yaaa, gue kan udah punya cucu, loh".

       

Day 1 - Jumat, 24 Mei.
 

     

Karena EO hanya mengurus golf dan akomodasi di Bali, maka seluruh 28 peminat wajib mengatur sendiri tiket pesawat. Ada yang datang dari Bandung, Bontang dan Medan. Mayoritas dari Jakarta. Krishna Yana - Arsitektur, Tri Widjajanto - Sipil dan aku pilih pesawat Garuda paling pagi, ETD 05.40, berharap terminal sepi. Sambil terkantuk memasuki terminal, kami terkejut melihat keriuhan area check-in yang mirip pasar kue basah di Senen. Tanya punya tanya ternyata telah terjadi 'all system break down'. Semua urusan dilakukan manual termasuk penulisan luggage tag dan pemilihan seat. Aku sengaja memelototi tulisan di luggage tag, memastikan si petugas menulis DPS. Amit-amit deh kalo orangnya mendarat di Denpasar, tapi golf bag nyasar ke MDN atau UPG atau JFK, hehehe.

       Kami menginap di hotel Rich Prada (no relation with Prada, the luxury items brand) yang berlokasi dekat hole 13 New Kuta Golf, Pecatu. Hotel ini pembangunannya terhenti sementara, tetapi sekitar 20 kamar telah bisa ditempati. Beres check-in, sekitar 7 'golf addicts' langsung diantar menuju club house untuk main 'sunset golf' (harus mulai pukul 15.00 dan berhenti saat bola tak terlihat lagi, di lubang manapun Anda berada). Sayang segerombolan awan betah menghalangi mentari sehingga ia terbenam tanpa ada saksi. Padahal aku udah sesumbar pada Krishna Yana, 'persis saat matahari turun menyentuh cakrawala, buka kuping lo lebar-lebar, bro, akan terdengar suara desis mirip barang panas ketemu air'.

       Makan malam wajib di Jimbaran. Ke Bali tanpa makan sea food sama dengan main golf tanpa double bogey. Yang traktir tentu yang menang perda, yaitu Darius Pasaribu - Teknik Kimia, tapi pake uang gue dan Krishna Yana (2 arsitek kalah, euy!).

       

Day 2 - Sabtu, 25 Mei.
       

Saat sarapan topik pembicaraan adalah air bersih. Sistem pompa air bersih hotel sedang kena masalah. Urusan mandi dan 'morning ritual' harus dilangsungkan di club house. Tanpa air bersih, hidupmu berubah. That's why we must treat water with respect. Selama ini kita sering ngasal. Sambil sikat gigi, kran gak ditutup. Saat buang air besar di public toilet, banyak yang terus-terusan menggelontor kloset mencoba menyamarkan bunyi repetan yang bikin muka merah agar gak terdengar dari bilik sebelah. Di Tokyo, ada toilet umum yang memasang alat unik. Pencet tombolnya maka akan terdengar bunyi mirip kloset sedang diguyur. Solusi pintar. Bunyi-bunyi yang dihasilkan perut kembung tersamar, tanpa membuang air setetespun.

       New Kuta Golf adalah lapangan spektakular. Panjang, panas, dan indah. Saat paling menggetarkan jiwa adalah ketika kita sampai di hole 14, 15 dan 16. Tiga lubang ini menyajikan panorama Samudera Hindia (eh, bener ya?), lautan lepas berbatas horizon nun jauh di sana. Di sini reaksi otomatis para pegolf adalah mengeluarkan kamera dan minta kedi mengabadikan wajah-wajah letih dengan mata sipit menghadang terjangan sinar surya. Kemudian tiap flight akan meng-upload foto mereka ke BB Group yang seketika menjadi lemot. We do this act all the time regardless how often you play here. Pengelola seharusnya bikin papan pengumuman berbunyi: "You may take a break and have group photo here. Yet, please take it using one gadget of yours and share it afterward. No need for everyone to ask their caddies to take the same frigging shot, yes?" :-)

      Makan malam berlangsung di Sanur, di sebuah restoran keren dan artistik yang dimiliki Ketut Arthana - Arsitektur. Jika Anda ke Bali, harus berusaha makan di sini. Minimal sekali. Uenaknya! Menu eklektik, dari pizza (paling yummy se-Indonesia), rendang (bersaing gurih nikmat dengan bikinan almarhumah ibuku) dan pepes tenggiri. Nama restorannya 'Three Monkeys' (Monkey eats, Monkey smiles, Monkey is happy).

       Balik ke hotel larut malam, degdegan buka kran wastafel. Horeee, air bersih sudah mengalir! Duduk merokok di balkoni kamar yang mengarah ke laut lepas, kami terkagum syahdu menyaksikan refleksi cahaya bulan purnama. Untung ada Krishna disampingku. Sehingga hasrat kuat untuk melolong bak serigala ke arah bulan, dapat kuredam.

       Day 3 - Minggu, 26 Mei.
       Pukul 05.00 pagi waktu Bali (04.00 WIB) semua peserta berangkat ke Nirwana Golf di Tanah Lot. Sensasi Nirwana beda spektrum dengan New Kuta. Lebih tradisional dan surgawiah. Kedi bercaping bambu, pemandangan lebih bervariasi. Antara hutan bakau dan pucuk nyiur, petak-petak sawah membatasi fairways dan laut bergelora di hole 6, 7, 12, 13 dan 14.

       Aku main lebih bagus. Thanks to my friend, Mel Mulyadi. Usai main di New Kuta Golf, Mel (an Australian lady who is married to Indonesian gentleman) memaksaku ketemu pelatih golf asal Skotlandia, Rory Young yang bermarkas di sana sejak Januari tahun ini. Di driving range, selama 10 menit Rory meneliti gayaku dan memberi beberapa saran sederhana. Katanya: "What I am giving you is not something new. You know it already. I am just reopening up the emotional door for you to bring the fun and enjoyment back into your game". Alamak, terharu, deh!

       Pukul 16.00 mayoritas peserta diantar ke bandara Ngurah Rai yang sedang berbenah secara masif. Bandara ini bakal jadi mentereng dengan gaya arsitektur modern (space frame penuh lengkungan, airy and spacious space). Sayang ada bangunan segitiga berbentuk piramid yang sangat mengganggu selera berada persis di depan bagian kanan. Eniwei, karena jam keberangkatan masih lumayan lama (masa tunggu bervariasi dari 2 - 5 jam), semua bergerak menuju lounge. Disini lah terjadi konfirmasi rasa curigaku selama ini bahwa pegolf mengulang kembali pengalaman masa bocah usai main gundu. Topik cerita berkisar pada usaha susah payah mereka memasukkan bola ke lubang. Hebatnya lagi, hanya peristiwa heroik dan dramatis yang dibagi, sementara cerita sedih otomatis dieliminasi.

"It is more satisfying to be a bad player at golf. The worse you play, the better you remember the occasional good shot"
- Nubar Gulbenkian.

       See you all in Padi Valley, Makasar, guys!

Amrie Noor
IGC Chief - 27052013.


itb77-bounces@bhaktiganesha.or.id; on behalf of; Amrie Noor [amrie.mad@gmail.com]
       




Tidak ada komentar:

Posting Komentar