Kamis, 03 Oktober 2013

Berkah Berbagi




Pada suatu hari, Ibnu Mubarak pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sesampainya di Makkah, ia pun langsung menuju Ka’bah untuk bertawaf. Kemudian, ia istirahat di Hijir Ismail untuk sekadar melepaskan lelahnya sehingga tertidur di tempat itu.

Dalam tidurnya, Ibnu Mubarak bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Beliau berkata kepadanya, “Jika engkau telah kembali ke Baghdad, carilah Bahram dan sampaikan salamku kepadanya. Dan katakan bahwa Allah SWT telah rela kepadanya.”

Ibnu Mubarak pun terbangun kaget dan mengucapkan, “Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah.” Dalam hatinya, ia berkata, “Ini mimpi dari setan.”

Kemudian, ia mengambil air wudhu dan kembali bertawaf keliling Ka’bah sampai berulang kali. Karena kelelahan, Ibnu Mubarak kembali tertidur dan kembali bermimpi dengan mimpi yang serupa sampai tiga kali.

Dalam hatinya ia berontak, “Tidak mungkin sosok pendeta seperti Bahram mendapat salam dari Rasulullah SAW serta ridha dari Allah SWT.” Tapi, mimpi itu dirasa sangat nyata oleh Ibnu Mubarak. Karena setan tidak mungkin dapat menjelma menjadi Rasulullah SAW.

Setelah syarat dan rukun haji sudah selesai dan sempurna, Ibnu Mubarak pun buru-buru pulang ke Baghdad dan ingin secepatnya mendatangi daerah yang diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam mimpinya.

Sampai pada tempat yang dituju, Ibnu Mubarak berjumpa dengan orang yang sudah lanjut usia, dan bertanya, “Apakah Anda yang bernama pendeta Bahram beragama Majusi?” “Oh ya, saya sendiri,” sahut Bahram.

Kemudian, Ibnu Mubarak langsung bertanya “Bahram, apakah Anda punya amalan yang dianggap baik di sisi Allah?”
Lalu, ia menjawab, “Punya. Aku mempunyai empat anak perempuan dan empat anak laki-laki. Aku kawinkan anak perempuanku dengan anak laki-lakiku.

Ini haram hukumnya,” timpal Ibnu Mubarak. “Selain itu, ada tidak?” “Ada, aku membuat pesta pernikahan besar-besaran dalam pernikahan anak-anakku itu,” jawab Bahram “Ini juga haram dan dilarang oleh agama Islam. Selain itu, ada tidak?” tanya Ibnu Mubarak penasaran.

Oh ada. Aku punya anak perempuan yang sangat cantik. Kucarikan pasangan yang sekufu (setara) dengannya. Ternyata, aku tidak mendapatkan. Akhirnya aku kawini saja anakku itu. Dan, aku membuat resepsi yang lebih besar, ribuan orang datang dalam pestaku itu,” kata Bahram. “Ini juga haram,” ujar Ibnu Mubarak tegas. “Ada tidak selain itu?

Ada. Pada malam pengantin itu, ketika aku hendak berhubungan dengan istriku yang merupakan anakku. Tiba-tiba datanglah seorang perempuan Muslim ke rumahku, ia menyalakan obor dari pelitaku yang ada di depan rumah. Setelah obornya nyala, ia pergi dan aku pun keluar dan memadamkan obor tersebut. Kemudian, ia kembali untuk menyalakan lagi sampai tiga kali. Dan hatiku berbicara, jangan-jangan perempuan itu mata-mata pencuri. Akhirnya, aku keluar membuntutinya dari belakang.

Ketika si perempuan itu masuk ke rumahnya disambut oleh suara anak-anaknya. ‘Ibu bawa apa? Perut kami sudah perih dan keroncongan.” Perempuan itu menangis sambil berkata, ‘Aku malu kepada Allah SWT kalau aku meminta kepada selain-Nya. Apalagi kepada orang Majusi yang nyata-nyata tidak seagama,” cerita Bahram.

Setelah aku mendengar perkataannya, aku langsung pulang dan mengambil satu nampan yang berisi aneka makanan. Lalu, aku pergi menuju rumah perempuan Muslim itu,” kata Bahram.

Ibnu Mubarak berkata, “Ternyata, inilah kebaikan kamu.” Kemudian, ia menyampaikan pesan dan salam Rasullah SAW kepadanya dan menceritakan perihal mimpinya ketika berada di Hijir Ismail.

Setelah mendengar cerita Ibnu Mubarak, Bahram langsung mengucapkan dua kalimat syahadat, kemudian syok, dan mengembuskan napas terakhir. Ibnu Mubarak pun turut serta dalam upacara kematian sampai Bahram dimakamkan.

Oleh: Ahmad Rosyidi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar