Selasa, 15 Oktober 2013

Huzaifah bin Yaman Adalah Guru Para Sufi (Guru Hassan Al-Basri)



Nama lengkapnya ialah Huzaifah bin Hassan bin Jarwin, tanpa diketahui tempat dan tahun kelahirannya. Dia berasal dari silsilah yang bersumber pada orang Yaman. Untuk menghormati asal-usul keturunannya itu, dia dikenali dengan Huzaifah bin Yaman. Meninggal pada tahun 36 H di kota Madain.

Dalam penulisan bahasa Indonesia namanya juga sering ditulis sebagai Huzaifah.

Suatu ketika dia telah diajak oleh ayahnya bersama saudaranya Sofwan menghadap Rasullulah saw dan pada waktu ibu mereka bersama-sama memeluk islam. Sejak itu, dia beragama islam dengan penuh keyakinan dan bersungguh-sungguh menjalankan syariat islam.

Dia amat rapat dengan Rasullulah saw dan kerananya dia selalu dibina dan dilatih oleh Rasullulah saw . Berbeza dengan para sahabat yang lain, Huzaifah bin Yaman memiliki persediaan yang baik dan mampu menyerap bimbingan Rasullulah saw. Oleh karena itu, ada beberapa keistimewaan Huzaifah yang tidak dimiliki oleh orang lain. Yaitu perhatiannya yang luar biasa terhadap penghayatannya dan pengamalan islam, bukan hanya dalam bentuk lahir yang bersifat simbolik tetapi lebih kepada bentuk-bentuk batin yang bersifat hakiki.

Perhatiannya inilah yang luput dari perhatian sahabat-sahabat lainnya. Barangkali perkara ini pula yang membuat Nabi banyak memberikan bimbingannya kepada Huzaifah. Menyedari keistimewaan Huzaifah ini, Ali bin Abi Talib memperingatkan Huzaifah agar berhati-hati menyalurkan ilmunya hingga tidak membawa salah faham.

Dengan kata lain, Huzaifah merupakan orang yang pertama memperhatikan ajaran islam dalam kaitannya dengan batin yaitu aspek esoteris yang sering lupus dari perhatian manusia.

Menurut Huzaifah , orang bijak dan tenang dalam dunia ini terutama dalam menghadapi berbagai cubaan (fitnah), malapetaka (musibah) dan berbagai penderitaan lainnya. Untuk bijak dan tenang, orang harus mengenal sumbernya yaitu hati manusia itu sendiri. Apakah hati telah menghayati dan mengamalkan islam.

Apakah iman telah menjadi dasar dari setiap gerak hati tersebut, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran surah al-Ra'd 28.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRJjJQwLzi-Zo5led1zlkN9zhtYbU-xz91u2LQ0M7YP6ktKaRvbvLUyrCsTOBq8t0LqvFM391y5t9WEqANCSfwNj_jZeYaBm0pZ06OkfBdQpZsiNxoxxu-nCnHCwvqfPEuSU63z-m58bb-/s400/surah+al-rad+ayat+28.jpg

Maksudnya : (iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang hati mereka dengan zikrullah (al-Quran menjadi sebesar-besar mukzijat yang tidak ada tolok bandingnya) . Ketahuilah dengan "zikrullah" itu tenang tenteramlah hati-hati manusia. (surah al-rad ayat 28).

Menurut Huzaifah, sesuatu yang baik itu adalah jelas dan terang , sedangkan yang buruk atau jahat selalu samar dan tersembunyi. Sebaiknya perhatian kita bukan hanya kepada yang baik sahaja tetapi lebih-lebih lagi kepada yang jahat atau buruk yang samar-samar itu. Namanya samar-samar dan tersembunyi dan karena itu perhatian yang khusus perlu dari manusia. Orang bijak selalu memperhatikan yang samar itu agar menjadi jelas.

Suatu ketika Huzaifah ditanya tentang bimbangan Rasullulah kepadanya. Huzaifah menyatakan bahawa orang selalu bertanya kepada Rasullulah saw tentang yang baik-baik dari suatu amal , sedang aku bertanya tentang buruk atau tercela suatu amalan yang dengan itu aku boleh menghindarinya dengan tepat."Menurut Huzaifah;"Orang tidak akan mengenal kebaikan yang sempurna tanpa mengetahui keburukannya."

Perhatiannya terhadap masalah-masalah batin dan hidup di dalam lingkungan Rasullulah saw membuat dia dikenali sebagai sahabat yang memiliki keistimewaan dalam bidang batin sebagaimana yang ditegaskan oleh Sya'rani. Menurut Abu Thalib Al-Makky, Huzaifah memiliki pengetahuan khusus tentang rahsia batin dan perkara yang tersembunyi di dalama diri manusia sehingga dia mampu membezakan antara orang beriman dengan munafik. Oleh karena itu tidak hairan kalau Umar al-Khattab tidak turut serta solat jenazah seseorang yang wafat kalau dilihatnya Huzaifah tidak ikut bersolat.

Ketekunannya memperhatikan perkara yang buruk dan sikap tegas menghadapinya membuat dia sedikit pendiam tetapi bila dia berbicara sering dirasakan terlalu tajam dan pedas. Perkara demikian pernah dirasakannya sendiri sebagai perkara yang tidak layak dan membawa dosa. Selanjutnya dia menuturkan;"Saya datang menemui Rasullulah saw aku berkata kepadanya,"Wahai Rasullulah lidahku agak tajam terhadap keluargaku dan aku khuatir kalau-kalau perkara itu akan menyebabkan aku masuk neraka. Maka Rasullulah saw bersabda: "Kenapa kamu tidak beristighfar? Sungguh saya beristighfar kepada Allah setiap hari seratus kali....."

Huzaifah adalah seorang penuntut yang tekun beribadah,seorang pemikir yang tajam dan berilmu batin yang dalam dan bahkan seorang wali kota dan panglima perang. Mengenai panglima perang ini, disamping aktif bersama Rasullulah saw di medan perang , juga memimpin pertempuran .

Huzaifah memimpin pertempuran dalam membebaskan kota-kota antara lain Hamdan,Rai dan Dainawar. Dia salah seorang panglima yang membebaskan seluruh Iraq. Dalam pertempuran besar di Nahawand melawan tentera musuh yang berjumlah tidak kurang dari 150,000 orang. Huzaifah  merupakah panglima besar kedua setelah Nu'man bin Muqarfin yang gugur di medan perang dan di tangan Huzaifah bendera islam terus berkibar dan beroleh kemenangan terakhir.

Tidak jemu-jemunya dia berpesan kepada kaum muslimin:"Tidaklah termasuk yang terbaik diantara kamu yang meninggalkan dunia untuk kepentingan akhirat dan tidak pula meninggalkan akhirat untuk kepentingan dunia, tetapi hanyalah mengambil bahagian keduanya."

Karena ketajamannya dalam ilmu batin dan perkara yang boleh merosakkan kejernihan hati maka Huzaifah dianggap sebagai sahabat yang menjadi tunas yang bakal tumbuh suburnya ilmu sufi sejati. Sufi yang masih asli dari sumbernya yaitu Nabi Muhammad saw.

Petikan ;

Buku "Himpunan Kisah Para Sufi"
Halaman 24-27
Muhammad Ibrahim Salim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar