Kamis, 30 April 2015
Asal Usul Kata 'OK' Yang tercipta 176 Tahun Yang Lalu
Kata 'OK' mungkin sudah sangat familiar terdengar
di telinga kita. Kadang orang hanya cukup berkata 'OK' untuk menandakan sebuah
persetujuan atau ketika kita menyanggupi sesuatu kepada lawan bicara.
Namun pernahkan terpikir dibenakmu, apakah arti dari 'OK'? Apakah 'OK' adalah sebuah singkatan? Walaupun hal ini terdengar sangat sepele namun ternyata ada sejarah dibaliknya, seperti yang dirangkum brilio.net dari history.com
Satu hal yang kita ketahui bahwa kata OK pertama kali berasal dari Amerika Serikat (AS). Kebanyakan orang menganggap kata 'OK' adalah singkatan dari Okay, padahal anggapan tersebut ternyata salah besar. 'OK' sendiri sebenarnya adalah sebuah singkatan dari 'Oll Korrect', mengapa bukan 'All Correct' bukankah itu adalah tulisan yang benar?
Jadi pada tahun 1839 di AS sedang tren bahasa plesetan atau bahasa gaul atau yang biasa disebut dengan bahasa slang. Pada tahun tersebut juga bermunculan bahasa baru seperti 'KY' untuk 'Know Yuse' bahasa slang dari 'Know Use', 'OW' untuk 'Oll Wright' plesetan dari 'All Right', dan masih banyak lagi. Namun yang masih bertahan digunakan hingga saat ini hanyalah 'OK'.
Selain itu pada tahun 1840, AS sedang mengadakan pemilihan umum presiden. Salah seorang kandidat presiden, Martin Van Buren dijuluki 'Old Kinderhook' (nama tempat kelahirannya di New York), dan para pendukungnya saat itu membentuk sebuah club bernama 'OK Club'.
Kemudian hal ini sangat membantu untuk memopulerkan istilah 'OK' meskipun akhirnya Van Buren tidak terpilih kata ini bahkan abadi hingga saat ini.
Namun pernahkan terpikir dibenakmu, apakah arti dari 'OK'? Apakah 'OK' adalah sebuah singkatan? Walaupun hal ini terdengar sangat sepele namun ternyata ada sejarah dibaliknya, seperti yang dirangkum brilio.net dari history.com
Satu hal yang kita ketahui bahwa kata OK pertama kali berasal dari Amerika Serikat (AS). Kebanyakan orang menganggap kata 'OK' adalah singkatan dari Okay, padahal anggapan tersebut ternyata salah besar. 'OK' sendiri sebenarnya adalah sebuah singkatan dari 'Oll Korrect', mengapa bukan 'All Correct' bukankah itu adalah tulisan yang benar?
Jadi pada tahun 1839 di AS sedang tren bahasa plesetan atau bahasa gaul atau yang biasa disebut dengan bahasa slang. Pada tahun tersebut juga bermunculan bahasa baru seperti 'KY' untuk 'Know Yuse' bahasa slang dari 'Know Use', 'OW' untuk 'Oll Wright' plesetan dari 'All Right', dan masih banyak lagi. Namun yang masih bertahan digunakan hingga saat ini hanyalah 'OK'.
Selain itu pada tahun 1840, AS sedang mengadakan pemilihan umum presiden. Salah seorang kandidat presiden, Martin Van Buren dijuluki 'Old Kinderhook' (nama tempat kelahirannya di New York), dan para pendukungnya saat itu membentuk sebuah club bernama 'OK Club'.
Kemudian hal ini sangat membantu untuk memopulerkan istilah 'OK' meskipun akhirnya Van Buren tidak terpilih kata ini bahkan abadi hingga saat ini.
http://www.brilio.net/news/inilah-asal-usul-kata-ok-yang-tercipta-176-tahun-yang-lalu-asal-usul-ok-150429i.html
Sungguh, gelar Haji itu hanya ada di Indonesia, ini kisahnya
Tahukah kamu? bahwa gelar tambahan
"HAJI" itu hanya ada di Indonesia.
Di Arab Saudi maupun negara belahan dunia
manapun ketika seseorang pulang menunaikan ibadah haji tidak ada yang
menambahkan gelar tersebut di depan nama mereka. Lalu bagaimana sejarahnya
gelar 'Haji' itu bisa muncul di Indonesia?
Seperti yang telah dikutip brilio.net dari kemenag.go.id, pada zaman pendudukan Belanda, sudah banyak pahlawan Indonesia yang menunaikan ibadah haji seperti Pangeran Diponegoro, HOS Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantara dan masih banyak lagi. Namun tidak pernah kita mendengar mereka menggunakan gelar haji.
Kepulangan mereka dari haji banyak membawa perubahan untuk Indonesia, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Contohnya HOS Cokroaminoto, pulang berhaji, mendirikan Sarekat Islam. Begitu juga Ki Hajar Dewantara yang berjuang dalam bidang pendidikan.
Hal-hal seperti ini merisaukan pihak Belanda. Maka salah satu upaya Belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar haji di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah haji dan kembali ke Tanah Air.
Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Pemerintahan kolonial pun mengkhususkan Pulau Onrust dan Pulau Khayangan di Kepulauan Seribu jadi gerbang utama jalur lalu lintas perhajian di Indonesia.
Seperti disinggung sebelumnya, banyak tokoh yang membawa perubahan sepulang berhaji, maka pemakaian gelar H akan memudahkan pemerintah kolonial untuk mencari orang tersebut apabila terjadi pemberontakan.
Kebiasaan tersebut pada akhirnya menjadi turun temurun hingga saat ini.
Seperti yang telah dikutip brilio.net dari kemenag.go.id, pada zaman pendudukan Belanda, sudah banyak pahlawan Indonesia yang menunaikan ibadah haji seperti Pangeran Diponegoro, HOS Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantara dan masih banyak lagi. Namun tidak pernah kita mendengar mereka menggunakan gelar haji.
Kepulangan mereka dari haji banyak membawa perubahan untuk Indonesia, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Contohnya HOS Cokroaminoto, pulang berhaji, mendirikan Sarekat Islam. Begitu juga Ki Hajar Dewantara yang berjuang dalam bidang pendidikan.
Hal-hal seperti ini merisaukan pihak Belanda. Maka salah satu upaya Belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar haji di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah haji dan kembali ke Tanah Air.
Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Pemerintahan kolonial pun mengkhususkan Pulau Onrust dan Pulau Khayangan di Kepulauan Seribu jadi gerbang utama jalur lalu lintas perhajian di Indonesia.
Seperti disinggung sebelumnya, banyak tokoh yang membawa perubahan sepulang berhaji, maka pemakaian gelar H akan memudahkan pemerintah kolonial untuk mencari orang tersebut apabila terjadi pemberontakan.
Kebiasaan tersebut pada akhirnya menjadi turun temurun hingga saat ini.
Catatan tambahan :
Di zaman penjajahan belanda, pemerintahan kolonial sangat membatasi
gerak-gerik umat muslim dalam berdakwah, segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyebaran agama terlebih dahulu harus mendapat ijin dari pihak pemerintah
belanda. Mereka sangat khawatir dapat menimbulkan rasa persaudaraan dan
persatuan di kalangan rakyat pribumi, lalu menimbulkan pemberontakan.
Masalahnya, banyak tokoh yang kembali ke tanah air sepulang naik Haji membawa perubahan. Contohnya adalah Muhammad Darwis yang pergi haji dan ketika pulang mendirikan Muhammadiyah, Hasyim Asyari yang pergi haji dan kemudian mendirikan Nadhlatul Ulama, Samanhudi yang pergi haji dan kemudian mendirikan Sarekat Dagang Islam, Cokroaminoto yang juga berhaji dan mendirikan Sarekat Islam.
Hal-hal seperti inilah yang merisaukan pihak Belanda. Maka salah satu upaya belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar haji di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah haji dan kembali ke tanah air. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Pemerintahan kolonial pun mengkhususkan P. Onrust dan P. Khayangan di Kepulauan Seribu jadi gerbang utama jalur lalu lintas perhajian di Indonesia.
Jadi demikianlah, gelar Haji pertama kali dibuat oleh pemerintahan kolonial dengan penambahan gelar huruf “H” yang berarti orang tersebut telah naik haji ke mekah. Seperti disinggung sebelumnya, banyak tokoh yang membawa perubahan sepulang berhaji, maka pemakaian gelar H akan memudahkan pemerintah kolonial untuk mencari orang tersebut apabila terjadi pemberontakan.
Uniknya, pemakaian gelar tersebut sekarang malah jadi kebanggaan. Tak lengkap rasanya bila pulang berhaji tak dipanggil "Pak Haji" atau "Bu Hajjah". Ritual ibadah yang berubah makna menjadi prestise? Ironis...
Masalahnya, banyak tokoh yang kembali ke tanah air sepulang naik Haji membawa perubahan. Contohnya adalah Muhammad Darwis yang pergi haji dan ketika pulang mendirikan Muhammadiyah, Hasyim Asyari yang pergi haji dan kemudian mendirikan Nadhlatul Ulama, Samanhudi yang pergi haji dan kemudian mendirikan Sarekat Dagang Islam, Cokroaminoto yang juga berhaji dan mendirikan Sarekat Islam.
Hal-hal seperti inilah yang merisaukan pihak Belanda. Maka salah satu upaya belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar haji di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah haji dan kembali ke tanah air. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Pemerintahan kolonial pun mengkhususkan P. Onrust dan P. Khayangan di Kepulauan Seribu jadi gerbang utama jalur lalu lintas perhajian di Indonesia.
Jadi demikianlah, gelar Haji pertama kali dibuat oleh pemerintahan kolonial dengan penambahan gelar huruf “H” yang berarti orang tersebut telah naik haji ke mekah. Seperti disinggung sebelumnya, banyak tokoh yang membawa perubahan sepulang berhaji, maka pemakaian gelar H akan memudahkan pemerintah kolonial untuk mencari orang tersebut apabila terjadi pemberontakan.
Uniknya, pemakaian gelar tersebut sekarang malah jadi kebanggaan. Tak lengkap rasanya bila pulang berhaji tak dipanggil "Pak Haji" atau "Bu Hajjah". Ritual ibadah yang berubah makna menjadi prestise? Ironis...
Sering mengucek mata bisa bikin kebutaan
Biasanya kita
suka refleks mengucek mata kalau mata terasa perih atau gatal. Tapi tahu nggak
sih, ternyata mengucek mata bisa bikin otot di area mata jadi melemah alias
nggak bekerja dengan baik, lho.
Hal ini disebabkan karena ketika mengucek mata akan
terjadi gesekan, sehingga mata justru menjadi tambah merah dan perih. Apalagi
kalau tanganmu kotor, wah bisa-bisa jadi masalah yang serius tuh.
Menurut professor Charles McMonnies dari UNSW School
of Optometry and Vision Science, seperti dikutip brilio.net dari laman abc.net.au,Senin
(27/4), ada beberapa hal yang bisa menyebabkan peningkatan penekanan pada mata.
Contohnya, mengucek mata, yoga dengan kepala di bawah, tidur dengan wajah
menempel pada bantal, dan bahkan berenang.
Saat tangan menyentuh mata, maka akan terjadi
peningkatan tekanan pada kelopak. Peningkatan yang besar itu terjadi karena ada
kombinasi antara menutup mata dengan kekuatan mengucek mata tersebut. Bahkan
mengucek mata memiliki 3-5 kali tekanan yang lebih besar dibandingkan tekanan
pada mata saat terkena cahaya yang menyilaukan.
Masih menurut McMonnies, tekanan pada mata yang kuat
dalam jangka waktu yang lama dan terjadi secara berulang bisa mengakibatkan
kerusakan pada mata. Misalnya, glaukoma, rabun jauh, conical kornea, dan hingga
dapat menyebabkan kebutaan.
Salah satu cara untuk meminimalisasi penekanan adalah
dengan mengusap area kelopak mata dengan menggunakan tissue yang lembut atau
gunakan obat tetes mata untuk mengurangi gatal dan perih. Jika masih terus
berlanjut, lebih baik kamu periksa ke dokter mata saja
http://www.brilio.net/life/sering-mengucek-mata-bisa-bikin-kebutaan-1504273.html
Rutin minum kopi pahit terbukti bisa mencegah pikun
Kita pasti akan
menjadi tua suatu saat nanti. Tapi, menjadi tua bukan berarti kamu jadi nggak
bisa diandalkan, apalagi menjadi pelupa. Nah, biar nggak cepat pikun, jangan
lupa minum kopi pahit saat sarapan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh pakar
internasional dari University of Lisbon, bekerja sama dengan University of
Coimbra, Portugal, kafein yang terkandung dalam kopi dan teh dapat melindungi
tubuh dari penurunan kognitif yang biasanya sering terlihat pada orang yang
menderita demensia dan alzheimer.
Menurut Alexandre de Mendonca, salah satu dari
peneliti, seperti dikutip brilio.net dari Sciencedaily, Senin (27/4), konsumsi jumlah moderat
kafein berbanding terbalik dengan penurunan kognitif yang terkait dengan
penuaan. Bahkan dengan mengonsumsi kafein secara rutin setiap pagi, bisa
menghindarkan tubuh dari resiko terkena penyakit parkinson.
Berdasarkan jurnal Phytotherapy research, alzheimer
ditandai dengan penurunan asetilkolin. Nah kopi maupun teh pahit dipercaya
dapat menghambat aktivitas enzim acetylcholinosterase (AChW) yang memecah bahan kimia atau
neurotransmiter dan asetilkolin.
Tapi ingat, jangan kebanyakan ya? Karena kalau
berlebihan, justru bisa meningkatkan serangan stroke lantaran terjadi kerusakan
pada dinding pembuluh darah. Pada wanita hamil dapat meningkatkan denyut
jantung, menyerang plasenta, masuk ke dalam sirkulasi darah, dan yang lebih
parah bisa menyebabkan kematian.
http://www.brilio.net/life/rutin-minum-kopi-pahit-terbukti-bisa-mencegah-pikun-150427e.html
Flying eagle point of view #1
Pemandangan di Prancis ini diambil dari sebuah kamera yang diletakkan pada sayap seekor burung elang. Hasilnya ketika burung terbang terlihatlah pemandangan yang luar biasa.
Rabu, 29 April 2015
Musyawarah
Satu bukti bahwa Islam adalah agama universal dan komprehensif adalah ditetapkannya perintah musyawarah. Bahkan, Allah SWT menyejajarkanmusyawarah dengan ibadah shalat.
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Asy-Syura [42]: 38).
Secara eksplisit, orang beriman itu memiliki tiga tradisi penting, yakni shalat, musyawarah, dan gemar berinfak (membelanjakan hartanya di jalan Allah).
Ini menandakan musyawarah menduduki posisi penting dalam urusan
sosial kemasyarakatan, sama seperti pentingnya shalat bagi hubungan pribadi
kepada Allah Ta’ala.
Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan orang yang beriman itu tidak menunaikan satu urusan kecuali telah dimusyawarahkan, sehingga tidak ada salah paham. Tetapi, yang terjadi adalah saling mendukung, menguatkan, dan mengisi.
Oleh karena itu, di dalam ayat yang lain Allah SWT secara gamblang memerintahkan orang-orang beriman untuk bermusyawarah dalam menetapkan suatu urusan. “Dan, bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS Ali Imran (3): 159).
Rasulullah SAW sendiri, sebagai Nabi yang dijamin bebas dari dosa (maksum) telah memberikan keteladanan yang sangat baik dengan menjadikan musyawarah sebagai tahap akhir dalam pengambilan keputusan urusan keumatan.
Seperti pada peristiwa perang Khandaq. Rasulullah SAW mengajak sahabat-sahabatnya untuk bermusyawarah tentang strategi apa yang akan diterapkan menghadapi kelompok kafir yang memiliki jumlah pasukan sangat besar.
Atas saran Salman Al-Farisi, diputuskanlah untuk membuat parit. Padahal, Nabi SAW sebagai pribadi juga telah mengajukan pendapatnya.
Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan orang yang beriman itu tidak menunaikan satu urusan kecuali telah dimusyawarahkan, sehingga tidak ada salah paham. Tetapi, yang terjadi adalah saling mendukung, menguatkan, dan mengisi.
Oleh karena itu, di dalam ayat yang lain Allah SWT secara gamblang memerintahkan orang-orang beriman untuk bermusyawarah dalam menetapkan suatu urusan. “Dan, bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS Ali Imran (3): 159).
Rasulullah SAW sendiri, sebagai Nabi yang dijamin bebas dari dosa (maksum) telah memberikan keteladanan yang sangat baik dengan menjadikan musyawarah sebagai tahap akhir dalam pengambilan keputusan urusan keumatan.
Seperti pada peristiwa perang Khandaq. Rasulullah SAW mengajak sahabat-sahabatnya untuk bermusyawarah tentang strategi apa yang akan diterapkan menghadapi kelompok kafir yang memiliki jumlah pasukan sangat besar.
Atas saran Salman Al-Farisi, diputuskanlah untuk membuat parit. Padahal, Nabi SAW sebagai pribadi juga telah mengajukan pendapatnya.
Tetapi, karena beliau melihat saran Salman Al-Farisi memang
benar-benar brilian, beliau tidak ragu, apalagi gengsi untuk menerimanya
sebagai keputusan dalam musyawarah tersebut.
Subhanallah, musyawarah tersebut justru mengundang pertolongan Allah, sehingga kaum Muslimin yang dikepung pasukan sekutu (ahzab) itu Allah selamatkan dari kejahatan orang kafir. Dan, inilah salah satu hikmah dari dilaksanakannya perintah musyawarah.
Tuntunan musyawarah ini benar-benar menjadi perhatian utama orang-orang saleh terdahulu. Fudhail bin Iyadh, misalnya, ia berkata, “Musyawarah mendatangkan keberkahan, hingga saya pun mau mengajak musyawarah dengan hamba sahaya Etiopia yang nonpribumi ini.”
Jadi, adalah benar jika kemudian muncul perkataan hikmah, “Tidak akan merugi orang yang mau istikharah dan tidak akan menyesal orang yang mau bermusywarah.”
Subhanallah, musyawarah tersebut justru mengundang pertolongan Allah, sehingga kaum Muslimin yang dikepung pasukan sekutu (ahzab) itu Allah selamatkan dari kejahatan orang kafir. Dan, inilah salah satu hikmah dari dilaksanakannya perintah musyawarah.
Tuntunan musyawarah ini benar-benar menjadi perhatian utama orang-orang saleh terdahulu. Fudhail bin Iyadh, misalnya, ia berkata, “Musyawarah mendatangkan keberkahan, hingga saya pun mau mengajak musyawarah dengan hamba sahaya Etiopia yang nonpribumi ini.”
Jadi, adalah benar jika kemudian muncul perkataan hikmah, “Tidak akan merugi orang yang mau istikharah dan tidak akan menyesal orang yang mau bermusywarah.”
Dan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berpendapat, “Musyawarah
adalah pintu rahmat dan kunci keberkahan. Dengan keduanya, ide-ide tidak akan
tersesat dan impian-impian tidak akan musnah.”
Dengan demikian, mari biasakan diri bermusyawarah, utamanya terhadap hal-hal yang menyangkut terjaminnya hajat hidup umat, rakyat, bangsa, agama, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian, mari biasakan diri bermusyawarah, utamanya terhadap hal-hal yang menyangkut terjaminnya hajat hidup umat, rakyat, bangsa, agama, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh: Imam Nawawi
Kesempurnaan Iman
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya dan orang yang menjauhkan diri dari yang tidak berguna dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri mereka dan budak belian yang mereka miliki; maka sesungguhnya dalam hal seperti itu tidak tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang yang memelihara amanat, memelihara janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah yang akan mewarisi surga firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (QS al Mukminun [23]: 1-11).
Ayat di atas menjelaskan adanya relasi simbiosis antara iman (akidah) dan perilaku (amal) seorang manusia. Seorang mukmin akan khusyuk dalam shalat dan menjauhkan diri dari kehidupan yang sia-sia.
Ia akan selalu meninggalkan perbuatan buruk dan melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi dirinya serta lingkungan sekitar. Rasulullah SAW bersabda, “Dari kebaikan orang Islam adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya.” (HR HR Tirmidzi dam Ibnu Majah).
Oleh karena itu, tidak pantas bila seorang mukmin menyia-nyiakan waktu, masa muda, kesehatan, kekayaan, dan setiap peluang dalam hidupnya. Namun, tak sedikit dari kita menyia-nyiakan masa muda karena salah mengartikan apa itu masa muda.
Prinsip yang kurang benar masa muda tidak
akan kembali dipegang
kuat sehingga seluruh aktivitas hidupnya diisi dengan foya-foya dan melayangkan
angan tak nyata.
Orang yang percaya penuh pada Allah SWT akan senantiasa melaksanakan perintah-Nya, hidup hati-hati, menjaga shalat, membayar zakat, dan menjauhkan diri dari maksiat sehingga kehidupannya tetap terpelihara.
Orang beriman sadar betul kehidupan ini sementara dan segala amal akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Orang yang percaya penuh pada Allah SWT akan senantiasa melaksanakan perintah-Nya, hidup hati-hati, menjaga shalat, membayar zakat, dan menjauhkan diri dari maksiat sehingga kehidupannya tetap terpelihara.
Orang beriman sadar betul kehidupan ini sementara dan segala amal akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Karena itu, orang beriman selalu berprinsip keinginan dan
nafsu syahwat itu kalau diperturutkan akan mengakibatkan kesengsaraan jasmani
maupun ruhani.
Orang yang imannya sempurna selalu memegang janji dan menjaga amanah yang dibebankan padanya. Hifdzul amanah (menjaga amanah) adalah salah satu pekerjaan mulia dan sulit. Banyak orang yang diberi amanah jabatan dan amanah kepercayaan, namun mengkhianatinya.
Timbulnya krisis ekonomi yang menimpa suatu bangsa disebabkan kurangnya para pemimpin memelihara amanah yang diemban.
Orang yang imannya sempurna selalu memegang janji dan menjaga amanah yang dibebankan padanya. Hifdzul amanah (menjaga amanah) adalah salah satu pekerjaan mulia dan sulit. Banyak orang yang diberi amanah jabatan dan amanah kepercayaan, namun mengkhianatinya.
Timbulnya krisis ekonomi yang menimpa suatu bangsa disebabkan kurangnya para pemimpin memelihara amanah yang diemban.
Kondisi ini mengakibatkan banyak terjadi penyalahgunaan
wewenang, korupsi, kolusi, dan nepotisme menjadi suatu kebiasaan, yang akhirnya
menimbulkan krisis kepercayaan rakyat terhadap pemimpin.
Akhlak orang beriman akan selalu berdampak baik bagi dirinya dan lingkungan sekitar. Ia selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk Allah seluruhnya.
Akhlak orang beriman akan selalu berdampak baik bagi dirinya dan lingkungan sekitar. Ia selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk Allah seluruhnya.
Ia juga selalu takut pada Allah. Ketakutan ini merupakan
ketakutan yang positif. Seperti yang tercermin di dalam firman-Nya, “Padahal,
Allah-lah yang berhak kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”(QS
at-Taubah [9]: 13).
Oleh karena itu, keimanan yang kuat harus dimiliki siapa saja. Sebab, keimanan bisa mengatur manusia untuk selalu mengisi kehidupan di muka bumi dengan segenap kebajikan.
Keimanan membuat orang-orang secara tulus dan ikhlas melakukan hubungan dengan sesama manusia berdasarkan kerangka Ilahiah.
Oleh karena itu, keimanan yang kuat harus dimiliki siapa saja. Sebab, keimanan bisa mengatur manusia untuk selalu mengisi kehidupan di muka bumi dengan segenap kebajikan.
Keimanan membuat orang-orang secara tulus dan ikhlas melakukan hubungan dengan sesama manusia berdasarkan kerangka Ilahiah.
Segala gerak hidupnya, baik dalam rangka bekerja atau
berniaga, berpolitik atau memimpin dan bermuamalah, selalu merujuknya pada
pembenaran iman pada Allah SWT. Wallahua’lam
bis-shawab.
Oleh: Prof H Dadang Kahmad
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/04/29/nnknxs-kesempurnaan-iman
Senin, 27 April 2015
Ucapan Terima Kasih
Ustadz Sodik Mujjahid, ayah dari Almarhumah Asri
Sofia Marwah
Aswrwb Saudara2 ku terima kasih atas simpati empati dan
doanya..
Kami sekeluwarga sangat berduka...
Anaku yg wafat adalah panutan bagi adik2 nya...
Dia cum laude dari
Teknik Kimia ITB lalu mengajari adik2 nya shg semuanya bisa masuk ITB,
Dia mengajari adik2nya ttg tafsir AL Quran , ibadah dan
akhlakul karimah,
Dia jg yg menurut suaminya mendesak agar tabungan yg ada
segera dipake haji (alhamdulillah tahun kmrin berhaji),
Dia yg mengamalkan ajaran Rasul ttg sabar, tidak dendam,
tidak iri, tidak buruk sangka, tidak bicara kecuali yg benar dan baik..
Ketika orang banyak bicara dia hanya senyum,
ketika orang menggossip dia pura2 ke toilet,,,
Dia tertinggal oleh kedua adiknya dlm memperoleh
keturunan, setelah berdoa selama haji kemarin dan dlm bimbingan dokter, salah
satu rekomendasi dokter adalah "harus sering berbulan madu"...
Itulah sebabnya dgn suaminya banyak jalan berdua, di
amerika, di eropa dan tentu indonesia dgn hobi tambahan yakni "diving"
karena suaminya adlah instruktur,
Sbg pembelajar yg cepat dia jg sdh certified dan jadi
asisten...
Tapi hobi ini yg ternyata jd penghantar menjemput ajalnya
tadi siang ketika sdg menyelam dgn sang suami dgn jarak 1m...
Tgl 5 mei nanti dia akan genap usia 30 tahun, tapi Allah
memanggil anak baik itu lebih cepat...
Sangat berat bagi kami kehilangan dia yg begitu cepat,
Kami msh belum kenyang bercengkerama dgn dia yg lbh
banyak diam, banyak senyum tapi banyak bekerja,
Sangat berat bagi kami, tapi ternyata Allah SWT juga
rindu kpd anak baik ini,,,
Semoga anakku segera dlm pelukan Allah SWT,, spt janji-Nya
"Wahai jiwa yg tenang, segeralah kembali kpd Rabbmu,
dlm keadaan saling merindu dan mencinta, masuklah kedalam grup HambaKu,
nikmatilah surgaKu"
Selamat jalan Asri,,anakku tercinta,,,tunggu dan
jemputlah kami di surga spt kamu..
Sekali lagi terimakasih atas doa dan simpati
saudara-saudaraku..(perjalanan Denpasar-bdg -jkt)
Minggu, 26 April 2015
Jumat, 24 April 2015
Bertutur Kata
Dalam Alquran, tutur kata ada dua macam. Pertama, tutur kata yang baik yang disebut dengan al-kalimah ath-thayyibah (QS Ibrahim [14]:24 dan QS Faathir [35]:10). Sedangkan dalam hadis Nabi SAW disebut denganqowlan khairan (HR Bukhari).
Kedua, tutur kata yang buruk yang disebut dengan al-kalimah al-khabitsah (QS Ibrahim [14]:26) yang dapat berbentuk antara lain qowlan gharuran, yakni perkataan yang menipu (QS al An’am [6]:112) danqowlan al-zuur, yakni perkataan yang dusta (QS al Hajj [22]:30).
Kedua tutur kata tersebut memiliki dampaknya masing-masing dalam pembentukan karakter anak atau sesorang dalam hidupnya.
Anak yang dididik dan tumbuh dalam keluarga yang dihiasi
tutur kata yang baik akan menjadi anak yang santun dan lemah lembut tapi gagah,
bukan hanya dalam tutur kata, melainkan juga sikap dan lakunya.
Sementara, anak yang dibesarkan dalam lingkungan dengan tutur kata yang buruk akan tumbuh menjadi pribadi yang keras dan kasar (kurang beradab), baik dalam ucapan, sikap, maupun tingkah lakunya.
Tutur kata atau ucapan adalah wujud (buah) dari benih yang ditanamkan dalam hati seseorang (qalb). Jika hatinya bersih, tutur katanya pun bagus dan harum. Namun, jika hatinya rusak dan buruk, tutur katanya pun buruk dan busuk (HR Bukhari).
Tutur kata atau perkataan dalam kajian ilmiah disebut dengan komunikasi Islami. Alquran telah menjadi landasan dan tuntunannya, sementara Nabi SAW yang menjadi modelnya. Sehingga, kita dapat meneladani keduanya dalam berkomunikasi di berbagai konteks sosial yang dihadapi.
Ada enam konsep komunikasi Islami dalam Alquran.
Pertama, qawlan ma’ruufan (QS an-Nisa [4]:8). Dalam Tafsir al-Misbah, Prof HM Quraish Shihab menjelaskan maknanya sebagai perkataan yang menghibur hati kerena sedikitnya atau karena tidak ada yang diberikan kepada mereka (yatim dan miskin atau kerabat yang bukan ahli waris) saat pembagian harta warisan.
Kedua, qawlan sadiidan (QS an-Nisa [4]:9). Konsep ini lanjutan dari ayat sebelumnya dalam konteks yang sama, yakni perkataan yang benar dan mengenai tepat pada sasarannya. Pesan-pesan agama pun, jika bukan pada tempatnya, tidak diperkenankan untuk disampaikan.
Ketiga, qawlan baliighan (QS an-Nisa [4]:63), yakni tertampungnya seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan. Kalimatnya tidak bertele-tele, tidak pula singkat sehingga mengaburkan pesan dan cukup tidak berlebih atau kurang.
Keempat, qawlan kariiman (QS al Isra [17]:23), yakni perkataan yang indah dan baik (qawlan jamiilan wa hasanan), lembut lagi mudah (qawlan layyinan sahlan). Kelima, qawlan maysuuran (QS al Isra [17]:28) yang ditafsirkan hampir sama oleh Ibnu Jarir, yakni qawlan layyinan sahlan, ar-rifqi (lembut), dan qawlan jamiilan.
Konteks ayat ini berkaitan dengan ketidakmampuan untuk memberikan bantuan (hak-hak) kepada kaum kerabat, orang miskin, dan ibnu sabil.
Sementara, anak yang dibesarkan dalam lingkungan dengan tutur kata yang buruk akan tumbuh menjadi pribadi yang keras dan kasar (kurang beradab), baik dalam ucapan, sikap, maupun tingkah lakunya.
Tutur kata atau ucapan adalah wujud (buah) dari benih yang ditanamkan dalam hati seseorang (qalb). Jika hatinya bersih, tutur katanya pun bagus dan harum. Namun, jika hatinya rusak dan buruk, tutur katanya pun buruk dan busuk (HR Bukhari).
Tutur kata atau perkataan dalam kajian ilmiah disebut dengan komunikasi Islami. Alquran telah menjadi landasan dan tuntunannya, sementara Nabi SAW yang menjadi modelnya. Sehingga, kita dapat meneladani keduanya dalam berkomunikasi di berbagai konteks sosial yang dihadapi.
Ada enam konsep komunikasi Islami dalam Alquran.
Pertama, qawlan ma’ruufan (QS an-Nisa [4]:8). Dalam Tafsir al-Misbah, Prof HM Quraish Shihab menjelaskan maknanya sebagai perkataan yang menghibur hati kerena sedikitnya atau karena tidak ada yang diberikan kepada mereka (yatim dan miskin atau kerabat yang bukan ahli waris) saat pembagian harta warisan.
Kedua, qawlan sadiidan (QS an-Nisa [4]:9). Konsep ini lanjutan dari ayat sebelumnya dalam konteks yang sama, yakni perkataan yang benar dan mengenai tepat pada sasarannya. Pesan-pesan agama pun, jika bukan pada tempatnya, tidak diperkenankan untuk disampaikan.
Ketiga, qawlan baliighan (QS an-Nisa [4]:63), yakni tertampungnya seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan. Kalimatnya tidak bertele-tele, tidak pula singkat sehingga mengaburkan pesan dan cukup tidak berlebih atau kurang.
Keempat, qawlan kariiman (QS al Isra [17]:23), yakni perkataan yang indah dan baik (qawlan jamiilan wa hasanan), lembut lagi mudah (qawlan layyinan sahlan). Kelima, qawlan maysuuran (QS al Isra [17]:28) yang ditafsirkan hampir sama oleh Ibnu Jarir, yakni qawlan layyinan sahlan, ar-rifqi (lembut), dan qawlan jamiilan.
Konteks ayat ini berkaitan dengan ketidakmampuan untuk memberikan bantuan (hak-hak) kepada kaum kerabat, orang miskin, dan ibnu sabil.
Perkataan yang baik atau menghibur agar mereka tidak kecewa
karena tidak mendapat bagian. Keenam, qawlan layyinan (QS Thaha [20]:44), yakni sikap lemah
lembut, perkataan yang ramah, dan suasana kedamaian.
Bertutur kata yang baik (hifdz al-lisan) adalah akhlak karimah, kewajiban, dan kehormatan diri seorang Muslim. Hati-hatilah karena lisan (lidah) itu lebih tajam dari pedang. Jika pedang melukai badan masih ada obat penghilang. Tapi, jika lidah melukai hati, hendak ke mana obat dicari.Wallahu a’lam bish-shawab
Bertutur kata yang baik (hifdz al-lisan) adalah akhlak karimah, kewajiban, dan kehormatan diri seorang Muslim. Hati-hatilah karena lisan (lidah) itu lebih tajam dari pedang. Jika pedang melukai badan masih ada obat penghilang. Tapi, jika lidah melukai hati, hendak ke mana obat dicari.Wallahu a’lam bish-shawab
Oleh: Hasan Basri Tanjung MA
Prinsip Dasar Meraih Kebahagiaan
Kebahagiaan
merupakan milik semua orang yang menginginkannya. Namun, kita perlu merawat dan
memeliharanya, kemudian mengoptimalkan kecerdasan intelektual, emosional, dan
spiritual- agar kita selalu meraih kehidupan yang lebih baik dan menyenangkan.
Para pakar kebahagiaan telah mengungkapkan apa pun defenisi kebahagiaan itu,
yang jelas dan pasti, semua orang dapat hidup dalam bingkai kebahagiaan dan
kesejahteraan.
Akan tetapi, terkadang kita malah mengharapkan kebahagiaan yang berjarak, berada di luar diri kita. Salah satu anugerah terbesar dalam kehidupan ini adalah mempunyai jiwa yang selalu berbahagia. Karena dalam bingkai kebahagiaan, perjalanan hidup seseorang menjadi lebih produktif dan kreatif. Para peneliti kebahagiaan mengatakan bahwa kebahagiaan adalah seni yang perlu dipelajari. Jika mempelajarinya, kita akan mendapatkan berkah dalam hidup ini.
Sebenarnya, prinsip dasar meraih kebahagiaan adalah dengan memiliki kemampuan dalam menahan kepedihan dan beradaptasi dalam situasi apa pun. Oleh karena itu, kita tidak perlu larut dalam kesedihan dan tertekan dengan hal-hal sepele. Sebab, bila dilandasi dengan kejernihan hati, seseorang akan bersinar merona sekalipun di tempat yang paling gelap.
Ketika kita melatih diri untuk bersikap sabar dan berbesar hati, kesulitan dan malapetaka apa pun akan dengan mudah kita atasi. Tatkala Allah menurunkan penderitaan kepada umat manusia, janganlah ditafsirkan Allah sudah tidak lagi sayang dan peduli kepada hambanya. Sebagaimana dalam surah al-Baqarah dikatakan, “Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS al-Baqarah [Sapi Betina] [2]: 286).
Bahkan, Allah memberikan jalan keluar sehingga kita bisa mengatasi setiap kesulitan dan penderitaan hidup. Pepatah juga mengatakan, "If God close the door, He will open the windows." (Jika satu jalan tertutup, maka masih ada jalan yang lain).
Sayangnya, kebanyakan kita kurang terlatih dan peka menangkap pelajaran dari Allah. Pelajaran dari Allah sepertinya tersembunyi nun jauh di sana. Padahal, kalau kita berusaha sedikit bersusah payah memahami eksistensi Allah, tentu kita akan merasa dekat dengan Allah. Sebagaimana yang dikemukakan Allah, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam Kebenaran.” (QS al-Baqarah [Sapi Betina] [2]:186).
Jadi, kita tidak perlu berkecil hati! Ada banyak pintu yang dapat kita masuki untuk merasakan kehadiran Allah. Di antaranya, membantu orang-orang yang kekurangan, ketuklah pintu rumah Allah pada sepertiga malam saat yang sangat mustajab untuk mengadu atas semua penderitaan yang kita alami. Berkaitan dengan hal ini, orang bijak pernah mengemukakan; “Serahkanlah sepenuhnya apa pun yang menjadi milikmu secara keseluruhan, tenaga, pikiran, perasaan, emosi, jiwa, raga, kekuatan, dan kelemahanmu kepada Allah.”
Sebab, dalam hadis disebutkan, “Tiadalah sesuatu yang menimpa seorang mukmin, hingga duri yang menusuk, melainkan Allah menuliskan dengannya satu kebaikan atau dihapuskan darinya satu kesalahan (dosa).” (HR Mut-tafaqun Alaih)
Allah yang Maha, sangat memahami perilaku kita sebagai bagian dari Bani Adam. Sebagian besar di antara kita memiliki prilaku sangat malas hijrah dari cangkang comfort zone (kawasan aman risiko). Boleh jadi karena itulah, Allah mendidik kita dengan cobaan agar kita tersadar dari kemalasan, bangkit dari keterpurukan, dan tidak lagi menjadi bangsa yang kerdil seraya menunggu keberuntungan.
Akan tetapi, terkadang kita malah mengharapkan kebahagiaan yang berjarak, berada di luar diri kita. Salah satu anugerah terbesar dalam kehidupan ini adalah mempunyai jiwa yang selalu berbahagia. Karena dalam bingkai kebahagiaan, perjalanan hidup seseorang menjadi lebih produktif dan kreatif. Para peneliti kebahagiaan mengatakan bahwa kebahagiaan adalah seni yang perlu dipelajari. Jika mempelajarinya, kita akan mendapatkan berkah dalam hidup ini.
Sebenarnya, prinsip dasar meraih kebahagiaan adalah dengan memiliki kemampuan dalam menahan kepedihan dan beradaptasi dalam situasi apa pun. Oleh karena itu, kita tidak perlu larut dalam kesedihan dan tertekan dengan hal-hal sepele. Sebab, bila dilandasi dengan kejernihan hati, seseorang akan bersinar merona sekalipun di tempat yang paling gelap.
Ketika kita melatih diri untuk bersikap sabar dan berbesar hati, kesulitan dan malapetaka apa pun akan dengan mudah kita atasi. Tatkala Allah menurunkan penderitaan kepada umat manusia, janganlah ditafsirkan Allah sudah tidak lagi sayang dan peduli kepada hambanya. Sebagaimana dalam surah al-Baqarah dikatakan, “Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS al-Baqarah [Sapi Betina] [2]: 286).
Bahkan, Allah memberikan jalan keluar sehingga kita bisa mengatasi setiap kesulitan dan penderitaan hidup. Pepatah juga mengatakan, "If God close the door, He will open the windows." (Jika satu jalan tertutup, maka masih ada jalan yang lain).
Sayangnya, kebanyakan kita kurang terlatih dan peka menangkap pelajaran dari Allah. Pelajaran dari Allah sepertinya tersembunyi nun jauh di sana. Padahal, kalau kita berusaha sedikit bersusah payah memahami eksistensi Allah, tentu kita akan merasa dekat dengan Allah. Sebagaimana yang dikemukakan Allah, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam Kebenaran.” (QS al-Baqarah [Sapi Betina] [2]:186).
Jadi, kita tidak perlu berkecil hati! Ada banyak pintu yang dapat kita masuki untuk merasakan kehadiran Allah. Di antaranya, membantu orang-orang yang kekurangan, ketuklah pintu rumah Allah pada sepertiga malam saat yang sangat mustajab untuk mengadu atas semua penderitaan yang kita alami. Berkaitan dengan hal ini, orang bijak pernah mengemukakan; “Serahkanlah sepenuhnya apa pun yang menjadi milikmu secara keseluruhan, tenaga, pikiran, perasaan, emosi, jiwa, raga, kekuatan, dan kelemahanmu kepada Allah.”
Sebab, dalam hadis disebutkan, “Tiadalah sesuatu yang menimpa seorang mukmin, hingga duri yang menusuk, melainkan Allah menuliskan dengannya satu kebaikan atau dihapuskan darinya satu kesalahan (dosa).” (HR Mut-tafaqun Alaih)
Allah yang Maha, sangat memahami perilaku kita sebagai bagian dari Bani Adam. Sebagian besar di antara kita memiliki prilaku sangat malas hijrah dari cangkang comfort zone (kawasan aman risiko). Boleh jadi karena itulah, Allah mendidik kita dengan cobaan agar kita tersadar dari kemalasan, bangkit dari keterpurukan, dan tidak lagi menjadi bangsa yang kerdil seraya menunggu keberuntungan.
Oleh: Muslimin
Ulama yang Fakir
Hari ini, tentu tak ada orang yang mau hidup dalam kefakiran. Tapi, itu tidak berlaku bagi para ulama terdahulu.
Lihatlah sikap seorang ulama besar Islam bernama Al-Qadhi
Abu Abdillah Syarik Ibnu Abdillah an-Nakha’i al-Kufi. Dia adalah salah seorang
ulama besar pada zamannya (Tarikh Baghdad 9/288, al-Khatib al-Baghdadi).
Suatu hari, saat sahabatnya, Umar Ibnu Hayyaj Ibnu Sa’id al-Hamdani, berkunjung ke rumahnya pada pagi hari ia disambut oleh Al-Qadhi Syarik dalam keadaan tidak memakai pakaian sembari membawa bubur.
Suatu hari, saat sahabatnya, Umar Ibnu Hayyaj Ibnu Sa’id al-Hamdani, berkunjung ke rumahnya pada pagi hari ia disambut oleh Al-Qadhi Syarik dalam keadaan tidak memakai pakaian sembari membawa bubur.
Kemudian, sahabatnya itu berkomentar, “Engkau telah banyak
menyelesaikan masalah hukum, namun keadaanmu masih seperti ini.”
Mendengar hal itu, Al-Qadhi menjawab, “Bajuku dicuci kemarin, hingga sekarang belum juga kering. Aku masih menunggunya sampai kering. Silakan duduk, duduklah!”
Mendengar hal itu, Al-Qadhi menjawab, “Bajuku dicuci kemarin, hingga sekarang belum juga kering. Aku masih menunggunya sampai kering. Silakan duduk, duduklah!”
Keadaannya yang seperti itu tidak membuatnya mengurungkan
diri melayani sahabatnya. Mereka tetap mengobrol asyik membicarakan satu
permasalahan dari satu bab fikih nikah.
Apa yang dialami Al-Qadhi dialami juga oleh seorang ulama besar, tsiqah,petualang dari negeri timur (Khurasan) hingga Mesir untuk mencari hadis, seorang yang sangat zuhud. Dialah Zaid Ibnul Hubbab al-Khurasani.
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang lebih bersabar darinya dalam menjalani kefakiran. Aku banyak mengambil hadis darinya. Bahkan, muridnya sering datang berguru dengannya, namun ia tidak mau menemui mereka di hadapannya karena ia tidak mempunyai baju yang mampu menutupi auratnya. Sehingga, ia hanya menyampaikan ilmu dari balik pintu dan dengan suatu penghalang.” (Siyar A’lamin Nubala’ : 9/393, al-Hafidz adz-Dzahabi).
Imam Ahmad sendiri ketika berada di Yaman selama dua tahun tidak mempunyai uang sepeser pun. Ia pernah ditawari sejumlah uang oleh Abdurrazzaq ash-Shan’ani (gurunya), tapi ia menolaknya dengan halus. Untuk menjaga wara’-nya, ia menggadaikan sandalnya kepada tukang roti sebagai jaminan atas roti yang ia butuhkan.
Bahkan, pakaian-pakaian yang biasa digunakannya untuk belajar semuanya habis karena dicuri orang sehingga saat itu ia tidak bisa menghadiri majelis ilmu. Mendengar kejadian itu, gurunya menangis sedih jika disebut nama Ahmad bin Hanbal. (Thabaqatul Hanabilah: 1/209, al-Qadhi Ibnu Abi Ya’la).
Kefakiran juga pernah dialami Imam Bukhari dalam perjalanannya mencari ilmu. Umar Ibnu Hafsh al-Asyqar menceritakan, suatu saat semua orang di Basrah kehilangan Imam Bukhari dari majelis ilmu mereka.
Lalu, mereka mencarinya dan mendapatkannya ada di sebuah rumah dalam keadaan tidak berpakaian. Kemudian, mereka mengumpulkan sejumlah dirham guna membeli pakaian untuknya.
Apa yang dialami Al-Qadhi dialami juga oleh seorang ulama besar, tsiqah,petualang dari negeri timur (Khurasan) hingga Mesir untuk mencari hadis, seorang yang sangat zuhud. Dialah Zaid Ibnul Hubbab al-Khurasani.
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang lebih bersabar darinya dalam menjalani kefakiran. Aku banyak mengambil hadis darinya. Bahkan, muridnya sering datang berguru dengannya, namun ia tidak mau menemui mereka di hadapannya karena ia tidak mempunyai baju yang mampu menutupi auratnya. Sehingga, ia hanya menyampaikan ilmu dari balik pintu dan dengan suatu penghalang.” (Siyar A’lamin Nubala’ : 9/393, al-Hafidz adz-Dzahabi).
Imam Ahmad sendiri ketika berada di Yaman selama dua tahun tidak mempunyai uang sepeser pun. Ia pernah ditawari sejumlah uang oleh Abdurrazzaq ash-Shan’ani (gurunya), tapi ia menolaknya dengan halus. Untuk menjaga wara’-nya, ia menggadaikan sandalnya kepada tukang roti sebagai jaminan atas roti yang ia butuhkan.
Bahkan, pakaian-pakaian yang biasa digunakannya untuk belajar semuanya habis karena dicuri orang sehingga saat itu ia tidak bisa menghadiri majelis ilmu. Mendengar kejadian itu, gurunya menangis sedih jika disebut nama Ahmad bin Hanbal. (Thabaqatul Hanabilah: 1/209, al-Qadhi Ibnu Abi Ya’la).
Kefakiran juga pernah dialami Imam Bukhari dalam perjalanannya mencari ilmu. Umar Ibnu Hafsh al-Asyqar menceritakan, suatu saat semua orang di Basrah kehilangan Imam Bukhari dari majelis ilmu mereka.
Lalu, mereka mencarinya dan mendapatkannya ada di sebuah rumah dalam keadaan tidak berpakaian. Kemudian, mereka mengumpulkan sejumlah dirham guna membeli pakaian untuknya.
Hingga,
ia kembali mengajarkan ilmu kepada mereka. (Tarikh Baghdad: 2/13, al-Khatib
al-Baghdadi). Apakah kita pernah mengalami kondisi seperti para ulama panutan
umat di atas? Pernahkah kita sehari saja lapar?
Oleh: Bahron Ansori
Kamis, 23 April 2015
Surat Terbuka Kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
Sosiolog Imam B. Prasodjo, mengirimkan surat terbuka kepada Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo, sebagai bentuk keprihatinannya atas pelantikan
Jenderal Budi Gunawan sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia,
bertepatan dengan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
Berikut surat
yang ditulisnya itu.
SURAT UNTUK PRESIDEN
YANG MUNGKIN TAK AKAN PERNAH DIBACA
YANG MUNGKIN TAK AKAN PERNAH DIBACA
Jakarta, 22 April 2015
Kepada Yang Terhormat,
Presiden Joko Widodo,
Presiden Joko Widodo,
Kami tak dapat berkata apa pun melihat
begitu kasat mata arogansi kekuasaan diperagakan dan dibiarkan merajalela.
Peristiwa yang akan terjadi hari ini adalah simbol kecongkakan luar biasa yang
meruntuhkan kepercayaan paling dalam. Padahal, selama ini kepercayaan itu
dicoba dibangun dan ditumbuhkan, dan rakyat pun menyambut dengan gegap gempita.
Inilah episode peperangan kebatilan
melawan kejujuran dalam babak baru dalam bungkus politik hukum manipulatif yang
menjadi landasan utama. Lihatlah. Ketika proses hukum formal dijalankan
mengemas beragam kepentingan politik yang bekerja tanpa landasan kejujuran dan
tanggung-jawab, tidakkah kepercayaan yang akan menjadi taruhannya? Kepercayaan
itu pasti akan terkikis dan bahkan bisa lenyap sama sekali, tanpa bekas? Apakah
dikira kepercayaan rakyat yang tumbuh dari batin yang paling dalam ini, dapat
dicegah oleh kekuatan kekuatan argumen legalistik yang dibingkai berdasarkan
manuver pasal demi pasal akrobat advokat dan hakim bayaran yang sungguh
memuakkan? Sama sekali tidak!
Ketahuilah, semua itu tak akan mampu
menahan menjalarnya keraguan dan ketidak-percayaan. Apakah artinya kekuasaan
bila tak dilandasi kepercayaan rakyat banyak. Apakah artinya kebanggaan bila
tak disangga pemihakan pada kejujuran dan tanggung-jawab?
Bapak Presiden,
Kalimat yang tersusun ini memang terlalu abstrak untuk dicerna bagi siapa saja yang tak memahami betapa kini gejolak hati jutaan rakyat begitu hebat terjadi. Kalimat ini sulit difahami bagi mereka yang tak mampu berempati pada tersendatnya denyut nadi orang-orang biasa yang selama ini menjadi saksi kemungkaran yang terjadi di negeri ini. Apakah dikira mereka diam tak memahami semua kepalsuan di balik semua kejadian ini?
Kalimat yang tersusun ini memang terlalu abstrak untuk dicerna bagi siapa saja yang tak memahami betapa kini gejolak hati jutaan rakyat begitu hebat terjadi. Kalimat ini sulit difahami bagi mereka yang tak mampu berempati pada tersendatnya denyut nadi orang-orang biasa yang selama ini menjadi saksi kemungkaran yang terjadi di negeri ini. Apakah dikira mereka diam tak memahami semua kepalsuan di balik semua kejadian ini?
Bapak Presiden,
Tentu Bapak melihat begitu banyak rakyat biasa semula sangat berharap bahwa negeri ini, kali ini, akan memulai langkah penuh arti untuk dimulainya perubahan nyata bagi kehidupan bangsa. Di tengah gelapnya awan oligarki yang menutup bumi Indonesia, banyak yang berharap bahwa kali ini, akan ada seberkas sinar terang yang mampu menembus awan, memberi harapan pada perbaikan. Itulah harapan perubahan kehidupan rakyat banyak yang jelata, lepas dari cengraman elit ketamakan dan kerakusan.
Tentu Bapak melihat begitu banyak rakyat biasa semula sangat berharap bahwa negeri ini, kali ini, akan memulai langkah penuh arti untuk dimulainya perubahan nyata bagi kehidupan bangsa. Di tengah gelapnya awan oligarki yang menutup bumi Indonesia, banyak yang berharap bahwa kali ini, akan ada seberkas sinar terang yang mampu menembus awan, memberi harapan pada perbaikan. Itulah harapan perubahan kehidupan rakyat banyak yang jelata, lepas dari cengraman elit ketamakan dan kerakusan.
Siapa pengusung seberkas sinar pemberi
harapan itu? Orang berharap ia adalah orang biasa, orang sederhana yang lugu,
orang yang tak punya kepentingan apa apa, dan orang yang bukan berasal dari
siapa siapa. Tetapi orang itu punya nyali karena ia dianggap akan berani
melawan siapa saja yang melawan kepentingan orang biasa. Ia berani karena
justru ia lugu, ia tak memiliki kepentingan pribadi dan ia bahkan tak tertarik
pada kekuasaan yang dipegangnya. Karena itu, orang itu diharapkan bisa
melakukan apa pun, dengan resiko apa pun, karena bila ia terkena imbas dari
langkah yang diambilnya, ia tak akan kehilangan apa-apa karena ia semula memang
bukan siapa siapa.
Bapak Presiden,
Andalah orang biasa itu yang diharapkan mengawal seberkas sinar pembawa harapan itu. Begitu banyak rakyat menunggu langkah nyata itu yang kini harus dilakukan di saat situasi kritis. Jangan biarkan oligarki awan gelap menutup dan menghalangi sinar pembawa harapan dan kepercayaan yang semula tumbuh menyebar menyinari negeri ini.
Andalah orang biasa itu yang diharapkan mengawal seberkas sinar pembawa harapan itu. Begitu banyak rakyat menunggu langkah nyata itu yang kini harus dilakukan di saat situasi kritis. Jangan biarkan oligarki awan gelap menutup dan menghalangi sinar pembawa harapan dan kepercayaan yang semula tumbuh menyebar menyinari negeri ini.
Sekali lagi, saat inilah langkah nyata
harus dilakukan Presiden dengan bekal mandat sebagian besar rakyat yang sudah
dengan penuh keikhlasan diberikan.
Jangan kacaukan pemahaman bahwa pemberi
mandat itu adalah segelintir tokoh elit penikmat kelanggengan kursi kekuasaan.
Kini jelas rakyat menunggu langkah
Presiden menggunakan “keluguan” sebagai modal melangkah “cerdas” untuk memihak
jutaan rakyat biasa, orang biasa, dan logika biasa. Jangan khianati kejujuran
dengan melakukan pembiaran pada kezaliman. Pembiaran itu sama saja dengan
pemihakan pada mereka para kenikmatan kekuasaan dan nafsu ketamakan.
Yakinlah dalam melangkah dengan
landasan suara hati. Itulah landasan yang paling dapat dipercaya. Itulah nurani
kebenaran yang pasti ada di dalam dada. Selamatkan Indonesia! Jangan biarkan
orang orang penuh kepalsuan bertengger menempati jabatan yang dapat menghancurkan
kepercayaan dan menghancurkan bangsa.
Kami,
Suara Orang Tak Jelas
Yang Mencoba Bersuara
Suara Orang Tak Jelas
Yang Mencoba Bersuara
Jumat, 17 April 2015
contoh minta alamat
Bismillahirrahmaanirrahim,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Izinkan kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara untuk hadir dan memberikan do’a restu pada acara pernikahan putera / puteri kami,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Izinkan kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara untuk hadir dan memberikan do’a restu pada acara pernikahan putera / puteri kami,
Danang & Risa….
Merupakan Suatu Kehormatan dan kebahagiaan
bagi kami apabila Bapak/Ibu/Saudara hadir di acara pernikahan Putera / Puteri kami.
Hari : Minggu
Hari : Minggu
Tanggal:
10 Mei 2015
Jam :
19.00 –
21.00
Tempat :
Nareswara Ballroom
SME
Tower (SMESCO) Main Building,
Jln
Jend Gatot Subroto Kav 94 Lantai 4
Jakarta Selatan
Untuk itu Kami mohon Bapak/Ibu/Saudara bisa memberikan Nama lengkap beserta Alamat rumah yang lengkap…
Untuk itu Kami mohon Bapak/Ibu/Saudara bisa memberikan Nama lengkap beserta Alamat rumah yang lengkap…
Salam,
Hilman Muchsin & Wenny Saman
Cara Berbisnis MLM dengan Allah
Pemasaran berjenjang multilevel marketing (MLM) adalah strategi
pemasaran di mana tenaga penjual (sales) tidak hanya mendapatkan kompensasi
atas penjualan yang mereka hasilkan, tetapi juga atas hasil penjualan sales
lain yang mereka rekrut. Tenaga penjual yang direkrut tersebut dengan anggota
downline. Dalam praktiknya, sistem MLM menuai pro dan kontra karena dianggap
melanggar prinsip-prinsip keadilan dan transparansi serta metode perekrutan
yang kebanyakan bersifat "memperdaya", hanya menjelaskan keuntungan
tanpa menjelaskan kerugian bergabung dengan MLM kepada anggota baru.
Dalam Islam, aktivitas ekonomi, transaksi bisnis, dan pengembangan usaha diatur tersendiri dalam Fiqih Muamalat. Sedangkan, sistem MLM berlaku dalam aktivitas yang bernuansa akhirat karena keuntungan yang diperoleh juga bukan dalam bentuk materi, melainkan dalam bentuk pahala. Karena itu, MLM yang berlaku dalam Islam adalah MLM pahala, bukan MLM dalam bentuk berbagi keuntungan (fee) yang bersifat duniawi. Dalam MLM pahala yang membagi keuntungan bukan manusia yang punya sisi subjektivitas dan vested interest, melainkan Allah SWT yang Maha Kaya dan Maha Adil.
Sistem MLM pahala dijelaskan Rasulullah SAW melalui sabdanya, “Siapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (hidayah), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim).
Hadis di atas menjelaskan bahwa seseorang yang mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan, pahala kebaikan tersebut bukan hanya diterima oleh orang yang melakukan, melainkan juga oleh orang yang mengajak kepada kebaikan tanpa mengurangi pahala dari orang yang melakukan kebaikan. Dengan prinsip seperti ini, wajar jika Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, orang pertama yang menerima dakwah Islam dari Rasulullah SAW, memiliki timbangan pahala yang sangat besar. Sampai-sampai, Rasulullah SAW mengatakan, “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat ini maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (Syu’abul Iman, Bab Al-Qaul fii Ziyadatil Iman wa Naqshanih).
Rasulullah SAW sendiri pernah memuji keislaman Abu Bakar, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa Al-Nihayah, “Tiada aku mengajak seorang masuk Islam tanpa ada hambatan, keraguan, tanpa mengemukakan pandangan dan alasan. Hanya Abu Bakar. Ketika aku menyampaikan ajakan tersebut, dia langsung menerimanya tanpa ragu sedikit pun.”
Sistem MLM pahala seharusnya memotivasi kita berlomba-lomba mengajak orang lain melakukan kebaikan. Dengan cara inilah kita akan terus memproduksi kebaikan demi kebaikan yang pada akhirnya kebaikan itu akan menyingkirkan keburukan, sebagaimana aliran air sungai yang jernih meminggirkan sampah atau mendorongnya ke hilir sungai. Wallahu a’lam bish shawab.
Dalam Islam, aktivitas ekonomi, transaksi bisnis, dan pengembangan usaha diatur tersendiri dalam Fiqih Muamalat. Sedangkan, sistem MLM berlaku dalam aktivitas yang bernuansa akhirat karena keuntungan yang diperoleh juga bukan dalam bentuk materi, melainkan dalam bentuk pahala. Karena itu, MLM yang berlaku dalam Islam adalah MLM pahala, bukan MLM dalam bentuk berbagi keuntungan (fee) yang bersifat duniawi. Dalam MLM pahala yang membagi keuntungan bukan manusia yang punya sisi subjektivitas dan vested interest, melainkan Allah SWT yang Maha Kaya dan Maha Adil.
Sistem MLM pahala dijelaskan Rasulullah SAW melalui sabdanya, “Siapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (hidayah), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim).
Hadis di atas menjelaskan bahwa seseorang yang mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan, pahala kebaikan tersebut bukan hanya diterima oleh orang yang melakukan, melainkan juga oleh orang yang mengajak kepada kebaikan tanpa mengurangi pahala dari orang yang melakukan kebaikan. Dengan prinsip seperti ini, wajar jika Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, orang pertama yang menerima dakwah Islam dari Rasulullah SAW, memiliki timbangan pahala yang sangat besar. Sampai-sampai, Rasulullah SAW mengatakan, “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat ini maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (Syu’abul Iman, Bab Al-Qaul fii Ziyadatil Iman wa Naqshanih).
Rasulullah SAW sendiri pernah memuji keislaman Abu Bakar, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa Al-Nihayah, “Tiada aku mengajak seorang masuk Islam tanpa ada hambatan, keraguan, tanpa mengemukakan pandangan dan alasan. Hanya Abu Bakar. Ketika aku menyampaikan ajakan tersebut, dia langsung menerimanya tanpa ragu sedikit pun.”
Sistem MLM pahala seharusnya memotivasi kita berlomba-lomba mengajak orang lain melakukan kebaikan. Dengan cara inilah kita akan terus memproduksi kebaikan demi kebaikan yang pada akhirnya kebaikan itu akan menyingkirkan keburukan, sebagaimana aliran air sungai yang jernih meminggirkan sampah atau mendorongnya ke hilir sungai. Wallahu a’lam bish shawab.
Oleh: Syamsu Hilal
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/04/15/nmue21-cara-berbisnis-mlm-dengan-allah
Alasan Pentingnya Menahan Amarah
Marah merupakan sikap yang tak baik bagi setiap manusia. Jika
seseorang memiliki sikap marah maka sering kali ia dapat stigma negatif sebagai
pemarah. Perlu dipahami bahwa sikap pemarah dampaknya sangat besar bagi
kehidupan. Orang yang pemarah akan menjadi orang yang sangat sensitif.
Demikian juga biasanya pemarah tidak mempunyai banyak teman. Karena sikapnya yang pemarah maka orang-orang akan menjauh darinya, boleh jadi rezekinya pun begitu. Mengapa demikian? Karena, rezeki itu bukan langsung diberikan atau diturunkan Allah begitu saja kepada kita, melainkan lewat orang di sekitar kita dengan berbagai cara. Maka, disebabkan hal-hal yang demikian Rasulullah dengan tegas melarang kita agar tidak marah.
Sebalikanya, sikap ramah dan pemaaflah yang seharusnya kita munculkan bagi setiap orang. Tentunya, dengan menjadi orang yang ramah teman akan banyak dan begitu juga jalan rezeki yang insya Allah, akan banyak dan mudah. Karena, satu di antara sekian banyak kerugian dari seorang pemarah adalah memiliki musuh yang banyak dan begitupun sebaliknya.
Dua hal di atas sangat berlawanan dan keduanya merupakan akhlak buruk dan akhlak baik. Hal ini dijelaskan Allah lewat firmannya, “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 3)
Penjelasan di atas memberikan pemahaman keuntungan menjadi orang yang ramah juga pemaaf. Sedang kan kerugian menjadi pemarah tidak hanya di dunia, tapi juga akhirat. Karena, pemaaf merupakan amal kebaikan yang sangat disukai Allah dan digolongkan sebagai orang yang bertakwa.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan at- Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah, Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang menahan marah padahal dia mampu melampiaskannya maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di atas kepala para makhluk hingga dipilihkan baginya bidadari yang dia sukai.”
Maka, hal ini mengajarkan kepada kita bahwa pemarah bukan sifat yang baik bagi seorang Muslim. Sebab Islam mengajarkan untuk menjadi orang yang ramah dan pemaaf. Sikap ramah dan menjalin hubungan baik dengan orang membuat seseorang terus berkembang, baik segi pengetahuan, bisnis, atau pengalaman hidup. Karena, kata Rasulullah, siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia bersilaturahim.
Ramah juga boleh diartikan dengan silatu rahim yang memiliki peranan penting, khususnya dalam kehidupan seseorang Muslim. Silaturahim menjadi tonggak yang mengokohkan banyak hal. Mulai dari persatuan, perhatian, kasih sayang, mata pencaharian, hingga memudahkan seseorang me masuki surga-Nya. Walllahu a’lam.
Demikian juga biasanya pemarah tidak mempunyai banyak teman. Karena sikapnya yang pemarah maka orang-orang akan menjauh darinya, boleh jadi rezekinya pun begitu. Mengapa demikian? Karena, rezeki itu bukan langsung diberikan atau diturunkan Allah begitu saja kepada kita, melainkan lewat orang di sekitar kita dengan berbagai cara. Maka, disebabkan hal-hal yang demikian Rasulullah dengan tegas melarang kita agar tidak marah.
Sebalikanya, sikap ramah dan pemaaflah yang seharusnya kita munculkan bagi setiap orang. Tentunya, dengan menjadi orang yang ramah teman akan banyak dan begitu juga jalan rezeki yang insya Allah, akan banyak dan mudah. Karena, satu di antara sekian banyak kerugian dari seorang pemarah adalah memiliki musuh yang banyak dan begitupun sebaliknya.
Dua hal di atas sangat berlawanan dan keduanya merupakan akhlak buruk dan akhlak baik. Hal ini dijelaskan Allah lewat firmannya, “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 3)
Penjelasan di atas memberikan pemahaman keuntungan menjadi orang yang ramah juga pemaaf. Sedang kan kerugian menjadi pemarah tidak hanya di dunia, tapi juga akhirat. Karena, pemaaf merupakan amal kebaikan yang sangat disukai Allah dan digolongkan sebagai orang yang bertakwa.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan at- Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah, Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang menahan marah padahal dia mampu melampiaskannya maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di atas kepala para makhluk hingga dipilihkan baginya bidadari yang dia sukai.”
Maka, hal ini mengajarkan kepada kita bahwa pemarah bukan sifat yang baik bagi seorang Muslim. Sebab Islam mengajarkan untuk menjadi orang yang ramah dan pemaaf. Sikap ramah dan menjalin hubungan baik dengan orang membuat seseorang terus berkembang, baik segi pengetahuan, bisnis, atau pengalaman hidup. Karena, kata Rasulullah, siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia bersilaturahim.
Ramah juga boleh diartikan dengan silatu rahim yang memiliki peranan penting, khususnya dalam kehidupan seseorang Muslim. Silaturahim menjadi tonggak yang mengokohkan banyak hal. Mulai dari persatuan, perhatian, kasih sayang, mata pencaharian, hingga memudahkan seseorang me masuki surga-Nya. Walllahu a’lam.
Oleh: Abdul Hamid Nasution
Kamis, 16 April 2015
Hati mereka dicondongkan untuk cinta pada kebaikan. Merekalah yang kelak akan aman dari siksa Allah di hari kiamat.
Kiamat, rasanya tidak ada
habis-habisnya jika kita membahas tentang peristiwa yang sangat dahsyat ini.
Kiamat sudah pasti akan terjadi, entah kapan waktunya namun Allah telah
menetapkan perkara kiamat itu.
Rasulullah
dan Alquran sudah menggambarkan bagaiamana peristiwa itu terjadi dan bagaimana
keadaan manusia di hari kiamat.
Namun
hingga kini masih banyak orang yang tidak memperdulikan bekal masa depan di
akhirat, padahal sudah banyak yang menggambarkan tentang kiamat tersebut baik
dari Alquran, Hadits, bahkan ada film yang menggambarkan kejadian tersebut.
Bahkan, terasa hati ini tak kuasa melihat kejadian yang tak mungkin dapat
selamat darinya.
Rasulullah
SAW bersabda, “Allah SWT mempunyai hamba-hamba yang dikhususkan melayani
kepentingan manusia. Hati mereka dicondongkan untuk cinta pada kebaikan.
Merekalah yang kelak akan aman dari siksa Allah di hari kiamat.”
Masjidil Haram & Masjid Nabawi Bercahaya Putih Ramai di Twitter
Masjidil Haram bercahaya putih di tengah Makkah (Twitter)
Anton Shkaplerov
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi adalah destinasi religi paling utama bagi traveler muslim. Foto 2 masjid ini yang bercahaya putih dilihat dari luar angkasa, beberapa hari ini ramai dibicarakan di Twitter.
Foto yang beredar di Twitter memang bukan foto main-main. Yang menjepretnya adalah kosmonot Russia bernama Anton Shkaplerov dengan akun @AntonAstrey. Dia bertugas di International Space Station (ISS).
Dia dan rekan-rekannya sering memotret permukaan Bumi di berbagai sisinya. Salah satu yang dipotret Astrey adalah Kota Makkah dan Kota Madinah di waktu malam. Foto itu diambil pada 26 Januari 2015 dan mengundang decak kagum banyak orang.
"Amazing night view of #Mecca and #Medina from the #ISS," kicau @AntonAstrey saat itu.
Foto Shkaplerov malah baru ramai di Indonesia dalam beberapa hari terakhir ini. Kedua foto itu memang mengagumkan. Ketika umumnya lampu-lampu malam tampak temaram kuning atau putih, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi malah memancarkan cahaya putih yang sangat terang.
Terangnya ini melebihi terangnya lampu-lampu lain di Makkah dan Madinah yang digabungkan sekaligus. Dalam foto tampak semburat putih dari kedua masjid itu mengalahkan cahaya lain yang ada di kota tersebut. Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tampak seperti permata yang putih di tengah aneka lampu kuning yang menyala di kota masing-masing.
"Amazing RT @AntonAstrey: Amazing night view of #Mecca and #Medina from the #ISS," kicau @pacocavalera, tweeps Indonesia yang mengomentari foto itu.
Banyak traveler muslim pengguna Twitter yang terkagum-kagum dengan foto itu. Mereka mengatakan cahaya putih itu adalah bukti kebesaran Allah. Nah, di lini masa Astrey, diskusi semacam itu malah sudah berlangsung duluan.
"@AntonAstrey Beautiful! Why is there a cluster of white lights? Heart of the city?" kicau @AnnaCanavan.
"They r the two holy mosques on both cities. Search for Macca Mosque & Madena Almonaurah Mosque for more pictures," kicau @ABIIDT menjawab pertanyaan @AnnaCanavan.
"It's because there are 100's of powerful flood lights there," sahut @SamAbbasi mencoba memberi penjelasan ilmiah.
http://travel.detik.com/read/2015/04/15/192418/2888593/1382/masjidil-haram--masjid-nabawi-bercahaya-putih-ramai-di-twitter
Rabu, 15 April 2015
TANGGUH BERBISNIS
Karakter
yang jujur dan kapabel menjadi rahasia sukses Mohammad As'ad (alumni TK77 -ITB red) bersaing di industri perminyakan dunia. Perjuangan sepanjang 26 tahun dari
pendiri sekaligus direktur PT OBM Drilchem membawa produknya menguasai pasar
produk kimia untuk pengeboran di industri peminyakan global. Bahkan,
mempertahankan kualitas dibandingkan produk sejenis milik perusahaan raksasa
minyak dunia, Halliburton dan Schlum berger.
Dalam
satu kesempatan di komunitas pengajian Muslim di Perth, Western Australia,
As'ad membeberkan rahasia suksesnya untuk menjadi inspirasi dan penyemangat
bagi umat Islam di seluruh Indonesia agar berjaya di dunia bisnis. Sebelum
menukik mengulas rahasia ketangguhan bisnis, As'ad mengingatkan ada kesamaan
antara bisnis dan kehidupan, yaitu dalam hal negosiasi.
Bila
kita ingin menjadi manusia sukses, termasuk berbisnis, hal pertama adalah
mengajarkan diri untuk membuang rasa tinggi hati dan menanamkan sifat rendah
hati. Berbisnis seperti mema suki hutan yang di dalamnya tersimpan emas permata
atau obat menyehatkan. Namun, bila kita memasuki hutan itu dalam perasaan diri
merasa paling benar dan paling tahu, kita akan berakhir dalam malapetaka dan
kegagalan.
Rasulullah
mengajarkan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Di Jepang prinsip ini
dikenal sebagai Kaizen atau di Barat continuous improvement. Perusahaan yang
unggul menjadikan karakter perbaikan berkelanjutan ini menjadi budaya
korporasi. Tentu budaya ini perlu diterapkan pada setiap diri yang ingin meraih
kesuksesan hidup.
Motivasi
dan keyakinan dalam berbisnis jadi kunci utama keberhasilan. Berbisnis berarti
berkegiatan yang tujuannya menghasilkan keuntungan. Tanpa laba, perusahaan tak
bisa beroperasi dengan baik apalagi memperluas usaha.
Bila
kita melihat keuntungan dari diri pribadi, itu tak akan menghasilkan motivasi
bisnis luar biasa. Yang akan membuat pebisnis sanggup bergerak maju dan
berkembang melintasi generasi. Usman bin Affan, khalifah ketiga, adalah contoh
pebisnis yang bisnisnya masih terus berkembang hingga kini.
Untuk
mendapatkan motivasi kuat, seorang pebisnis harus punya keyakinan berbisnis
akan memampukannya memberi nafkah pekerjanya. Keuntungan pribadi akan
memampukannya melakukan amal saleh, baik bersedekah, naik haji atau menghajikan
orang lain, mendirikan masjid, dan sebagainya. Keyakinan bahwa menjadi kaya dan
mengayakan orang lain itu mulia, akan menambah motivasi kuat pelaku bisnis.
Keyakinan
bahwa produk atau jasa yang dihasilkan bisnisnya bermanfaat bagi masyarakat
serta lingkungan hidup akan memperkuat motivasi. Kombinasi motivasi pribadi dan
menyejahterakan sebanyak mungkin orang akan menjelma menjadi motivasi luar
biasa kuat.
Demikian
juga Usman bin Affan, dengan prinsip 50 persen keuntungan dari lahan kurmanya
yang luas untuk pengembangan usaha dan 50 persen lainnya untuk sedekah bagi
fakir miskin, perusahaannya bertahan 1.400 tahun. Selain dari memberi gaji
ribuan karyawan nya, amal jariyah beliau terus mengalir hingga hari kiamat
kelak.
Dalam
memulai bisnis, pilihlah yang kita memiliki keahlian di bidang yang kita
senangi, sekaligus kita yakini manfaatnya dibutuhkan masyarakat luas, artinya
ada marketnya, ada uangnya.
Tidak
ada kata terlalu tua atau terlalu muda dalam memulai bisnis. Kol Harland
Sanders baru di usia 70 tahun memulai bisnis ayam goreng yang mendunia (KFC).
Moh As'ad sendiri memulai bisnis setelah bosan menjadi karyawan di usia 33
tahun, tiga tahun sebelum menikah. Tentu ada usia ideal bagi seseorang memulai
bisnis. Usia 20 tahun dapat dikatakan sangat ideal karena pada usia ini, energi
dan semangat sedang tinggi-tingginya, rasa takut gagal justru sedang
rendah-rendahnya.
Salah
satu rumus kebangkitan Moh As'ad adalah menjaga kepercayaan sehingga mampu
menjadi figur tepercaya. Trust, tentu mensyaratkan karakter jujur dan bisa
dipercaya. Kombinasi karakter dan kemampuan menyebabkan As'ad muda meraih
kepercayaan dari kenalan.
Maka,
mulailah alumni ITB ini bangkit melalui penguasaan atas pengetahuan produk
kimia untuk eksplorasi minyak.
Hingga
kini, As'ad sangat meyakini bahwa orang Indonesia sebetulnya lebih pintar dan
inovatif sehingga mampu menghasilkan produk unggul. Terbukti, produk yang
dihasilkannya, Fracseal, Drill-Ezy, Stoploss, dan Solu-Seal unggul bersaing
dengan raksasa perminyakan Halliburton dan Schlum berger. Bahkan, Aramco di Arab
Saudi meminta mencantumkan "Indonesia Produce" pada produk yang
dihasilkannya.
As'ad
sangat meyakini bahwa nilai- nilai yang diajarkan Islam adalah kunci ke
unggulan. Pertama, As'ad sangat yakin kebenaran Alquran yang menekankan jujur
dan amanah. Bahkan, kejujuran akan kapasitas dan keterbatasan pun seringkali
memberi nilai lebih, yaitu mencegah timbulnya rasa kecewa bagi rekan bisnis
atau pelanggan.
Kedua,
dorongan Rasulullah untuk menyerahkan urusan kepada ahli nya. Ini memotivasi
pebisnis semakin ahli dan kredibel di bisnis yang ditekuni.
Lainnya,
doa kelurga dan orang di sekitar kita. Apa yang ingin dikerjakan, sebaiknya
dibicarakan dengan orang tua dan minta dinasihatkan dan didoakan.
Rahasia
lainnya adalah bersedekah. Selaku pengusaha, As'ad pernah dihadapkan pada
kondisi ancaman mogok kerja dan tuntutan pembayaran pesangon yang memberatkan
perusahaan.
Karena
motivasi menyejahterakan karyawan tertanam kuat, yang terpikir oleh As'ad
adalah para karyawan yang mogok ini ingin merasakan seumur hidupnya memegang
uang pesangon dalam jumlah yang belum pernah mereka terima sebelumnya.
Dalam
tempo 24 jam, sejak uang pesangon itu dibagikan, Allah secara ajaib membalas
keikhlasannya. Allah dengan cara yang sangat logis memberikan balasan berupa
order perusahaannya melonjak drastis. Order tiga bulan melebihi order selama
dua tahun. Sebagai seorang peneliti, As'ad tidak menemukan alasan lain yang
menjadi sebab peningkatan omzet dan keuntungan perusahaannya selain keikhlasan
karena faktor membahagiakan karyawan dengan menyetujui pesangon itu.
Islam
sangat menganjurkan mencari rezeki melalui bisnis karena 9 dari 10 pintu rezeki
melalui bisnis. Jika kita dapati saat ini persentase populasi pengusaha Muslim
yang sukses masih terbatas, artinya terdapat ladang amal yang sangat luas bagi
pengusaha Muslim yang sukses untuk menginspirasi, melatih, dan mendampingi
generasi muda Islam agar kian banyak memilih bisnis sebagai salah satu ladang
amal.
PRAYUDHI
AZWAR
PhD
in Economics Candidate University of Western Australia
_______________________________________________
Langganan:
Postingan (Atom)