Sabtu, 03 Oktober 2009
Sosok Muslimah Idola
Keteladanan Siti Hajar
Maha Suci Allah yang mengundang hamba-hambaNya berangkat haji ataupun umroh ke tempat yang di sucikan oleh Allah SWT. Ketika kita berangkat ke Mekkah, tidak hanya kita melaksanakan umroh ataupun haji, tetapi kita juga berusaha mencari hikmah dari setiap perjalanan ibadah selama haji ataupun umroh.
Dan ternyata ada dua sosok muslimah yang sering kita dengar, yang sering kita pelajari bertapa dua sosok muslimah ini mudah-mudahan menjadi target kaum wanita khususnya di bulan Ramadhan ataupun dibulan lainnya untuk berlatih, bercita-cita ingin menjadi dua sosok wanita yang insyaAllah dijamin Syurga.
Siapakah beliau -beliau ini ? Beliau adalah Siti Hajar dan Siti Khadijah. Disaat sekarang ini banyak kaum wanita yang kadang-kandang salah mengidolakan, saya bercita-cita ingin seperti A ingin seperti B, yang sepertinya akan membahagiakan hidupnya, tetapi justru tidak membuat bahagia. Padahal jika kita mengidolakan dua wanita ini, tidak hanya berbahagia di dunia tapi insyaAllah juga akan berbahagia di akhirat kelak.
Mari kita renungkan kembali siapakah tokoh wanita yang patut kita idolakan. Yang Pertama adalah Siti Hajar. Siti Hajar adalah seorang muslimah yang sangat taat kepada suaminya. Siti Hajar hanya seorang muslimah yang ditakdirkan oleh Allah SWT menjadi seorang budak, sepertinya rendah, tetapi dihadapan Allah sangat-sangat mulia. Karena beliau adalah seorang wanita di saat menghadapi kesulitan, ada perintah dari Allah, sami'na wa atho'na, kami dengar dan kami taat. Disampaikan oleh suaminya, dan tidak ada kata-kata membantah, beliau langsung taat bahwa ini adalah perintah Allah dan saya ingin menjadi seorang wanita yang taat kepada suami karena ini perintah Allah.
Kalau sekiranya dijaman sekarang ini, kaum wanita disaat diperintahkan oleh suami dan perintahnya itu adalah perintah yang tidak menyalahi aturan Allah, lalu dia selalu taat pada perintah suami tersebut, maka insyaAllah dia akan menjadi sosok muslimah, sosok seorang ibu seperti Siti Hajar yang dimuliakan didunia juga dimuliakan di akhirat.
Nah ini pertanyaannya bagi kita, bagi para muslimah mudah-mudahan bisa selalu berlatih, saya harus menjadi seorang istri yang taat kepada suami, apa yang diperintahkan oleh suami, selama itu sebuah kebenaran dan kebaikan di jalan Allah, sami'na wa atho'na, kami dengar dan kami taat.
Mudah-mudahan ketika ada seorang suami yang memerintahkan sesuatu, misalnya dari hal-hal yang sangat sederhana, "Mah tolong titip harta yang ada dirumah, jangan sampai saya salah memanfaatkan, salah menggunakan" Itu perintah dari suami, itu sebuah kebaikan dan kebenaran. Maka harus dipegang baik-baik, ini uang amanah dari suami. Kalau suami pergi berarti saya harus menjaganya baik-baik. Kalau ada kebutuhan berarti saya harus bilang kepada suami. Tiba-tiba ada godaan ada cobaan, ini uang padahal untuk kepentingan anak-anak, terbesit ingin beli sesuatu. Ini ujian dari Allah, apakah saya ini ingin seperti Siti Hajar yang taat kepada suami, benar-benar menjaganya, atau malah kita memanfaatkan uang yang tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh suami.
Inilah latihan sekarang mari kita sama-sama para ibu, para istri yang benar-benar ingin mencontoh Siti Hajar bagaimana ketaatan kepada suaminya, dan bagaimana ketaatan kepada Allah SWT.
Kemudian yang kedua yang dimiliki oleh Siti Hajar adalah ketawakalan Siti Hajar disaat beliau ditinggalkan oleh suami tercinta. Kita bisa membanyangkan bagaimana beliau hanya berdua dengan seorang bayi yang masih merah. Betapa beratnya harus memberikan ASI kepada bayi tapi saat itu tidak ada minum seteguk airpun, tetapi dengan kepasrahan yakin Allah pasti akan mencukupi, pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya. Dengan ketegaran nya beliau berusahan penuh ketawakalan berlari tujuh keliling, akhirnya Allah memberikan pertolongan dengan mengeluarkan air Zam-zam.
Ini pelajaran berharga untuk kita para ibu, bahwa penting sekali disaat kita mendapatkan kesulitan dalam keluarga, kalau ingat Siti Hajar, ternyata dengan memasrahkan seluruh urusan kepada Allah SWT tidak bergantung kepada manusianya, pasti pertolongan Allah akan datang.
Contoh kecilnya, misalnya para ibu maaf ada yang tiba-tiba suaminya di PHK, atau tiba-tiba suaminya diambil duluan, padahal masih sehat, masih menjadi suami yang menanggung biaya keluarga, tiba-tiba tidak ada, itu pasti kita akan sangat kaget. Tetapi lihatlah Siti Hajar, Subhanallah kalau kita niat berusaha, Ya Allah ini semua takdirMu saya pasrahkan kepadaMu, saya ingin seperti Siti Hajar, tidak bergantung kepada mahluk, kenapa takut tidak bisa membiayai keluarga karena memang suami harus diambil.
Apa yang dilakukan oleh Siti Hajar tidak hanya bertawakal kepada Allah, Siti Hajar berlari-lari sampai tujuh keliling. Subhanallah ternyata penting sekali disaat kita mendapatkan kesulitan dan sendirian, satu sisi kita memasrahkan semua urusan kepada Allah, tapi sisi lain Siti Hajar sambil berusaha dengan berlari-lari mencari air. Artinya betapa pentingnya kepasrahan diri dan betapa pentingnya kita untuk berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh kita.
Nah Inilah para pendengar, mudah-mudahan kita bisa siap menghadapi setiap kesulitan seperti yang di alami oleh Siti Hajar. Ini bisa menjadi contoh untuk anak-anak kita, disaat kita mendapatkan ujian ataupun mendapatkan kesulitan, anak-anak bisa melihat, ternyata ibu saya adalah seorang ibu yang hebat, seorang ibu yang tegar tidak mudah menyerah, seorang ibu yang kuat tawakalnya kepada Allah, seorang ibu yang sangat gigih untuk mencari penyelesaian masalah dalam hidup, anak-anak akan benar-benar kagum memiliki seorang ibu seperti ini.
Maka lihatlah bagaimana Siti Hajar dengan ketawakalannya, kegigihannya, ketaatan kepada Allah, taat kepada suami. Allah memberikan keturunan yang mulia. Keturunannya siapa ? Keturutannya adalah nabi Ismail, seorang nabi yang di cintai oleh Allah, seorang nabi yang sangat kuat keimanannya.
Mudah-mudahan kalau kita memulai dari kita sebagai seorang ibu, seorang istri, yang taat kepada suami dan Allah, nanti Allah menolong untuk bisa melahirkan anak-anak yang sholeh seperti nabi Ismail.
Alhamdulillah ini baru Siti Hajar, insyaAllah nanti dilain waktu kita sambung membahas tentang Siti Khadijah. Ya itulah untuk sementara pengalaman selama di sini di Mekkah ini. Mudah-mudahan para jamaah disini yang berangkat umroh bertekat terus untuk menjadi seorang istri, seorang ibu seperti Siti Hajar.
Apalagi dalam situasi saat ini yang sedang banyak masalah, memang sangat dibutuhkan pendamping yang tangguh, pendamping yang teguh imannya, gigih ikhtiarnya dan itulah yang banyak mendatangkan pertolongan Allah.
Friday, 03 November 2006
Oleh: Ummu Ghaida Muthmainnah (Teh Ninih)
Intisari Siaran MQ Pagi
http://www.dtjakarta.or.id/content/view/111/33/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar