Jumat, 16 Oktober 2009
Sebuah teori baru tentang hubungan antara pikiran dan materi.
Menurut ilmuwan Dr. Joe Dispenza, setiap kali kita belajar atau mengalami sesuatu yang baru, ratusan juta neuron (sel syaraf) menyusun ulang dirinya sendiri. Peneliti tersebut dikenal di seluruh dunia karena teori inovatifnya tentang hubungan antara pikiran dan materi. Tapi mungkinkah ia telah mengetahui semua ini pada kehidupan sebelumnya dan kini hanya mengingatnya kembali? Dr. Dispenza mungkin cukup terkenal sebagai salah satu ilmuwan yang ditonjolkan dalam drama kisah nyata 2004 "What the Bleep Do We Know." Karyanya telah membantu mengungkap karakteristik luar biasa dari pikiran dan kemampuannya untuk menciptakan sambungan sinaptis - dengan secara hati-hati memusatkan perhatian.
Apa yang terjadi ketika kita punya pengalaman baru? Suatu sambungan sinaptis terbentuk dalam otak kita. Dengan setiap sensasi, penglihatan atau emosi yang tidak pernah tereksplorasi sebelumnya, suatu proses yang tak terelakkan mengambil alih - pembentukan hubungan baru antara dua dari 100 ribu juta lebih sel-sel otak tidak dapat terhindarkan. Untuk membuat jejak abadi dalam pikiran kita, fenomena ini perlu memfokuskan penguatan untuk membawa perubahan yang nyata. Jika pengalaman tersebut berulang dalam waktu yang relatif singkat, maka sambungannya akan menjadi lebih kuat. Jika interval antar pengalaman baru tidak terjadi lagi dalam waktu yang lama, maka sambungan tersebut bisa menjadi lemah atau hilang.
Ilmu pengetahuan percaya bahwa otak kita adalah statis dan terprogram, dengan sedikit kemungkinan berubah. Namun, penelitian terbaru dalam ilmu saraf telah menemukan bahwa pengaruh setiap pengalaman jasmani dalam organ pemikiran kita (dingin, ketakutan, kelelahan, kebahagiaan) bekerja untuk membentuk otak kita.
Jika angin sejuk mampu mengangkat semua bulu pada lengan seseorang, adalah pikiran manusia yang mampu menciptakan sensasi serupa dengan hasil yang identik?
Barangkali mampu lebih banyak lagi.
"Bagaimana jika, hanya dengan berpikir, kita membuat chemistry internal kita bertemu di luar kisaran normal begitu sering sehingga sistem pengaturan-diri tubuh akhirnya mengubah keadaan abnormal ini sebagai keadaan biasa?" tanya Dispenza dalam bukunya di tahun 2007, "Evolve Your Brain , The Science of Changing Your Mind." "Ini merupakan proses yang halus, tapi mungkin kita tidak pernah memberinya banyak perhatian hingga kini. "
Ketika kita berpikir demikian! Dispenza berpendapat bahwa otak tidak mampu membedakan antara sensasi fisik nyata dan pengalaman internal, sehingga mungkin menipu otak kecerdasan kita berbalik kembali pada kondisi kesehatan yang buruk ketika pikiran kita secara kronis terfokus pada pikiran-pikiran negatif.
Para ilmuwan selama bertahun-tahun telah meneliti cara-cara pikiran mendominasi materi. Dari efek plasebo (di mana seseorang merasa lebih baik setelah minum obat palsu) hingga ke praktisi Tummo (suatu praktek dari agama Buddha Tibet di mana orang benar-benar berkeringat ketika bermeditasi pada suhu di bawah nol), pengaruh dari porsi "spiritual" seseorang atas diri fisik tak terbantahkan menantang konsep pemikiran tradisional di mana materi diatur oleh hukum-hukum fisika, dan pikiran hanyalah produk sampingan dari interaksi antar neutron.
Di luar dugaan
Penyelidikan Dr. Dispenza's berawal dari masa kritis dalam hidupnya. Setelah tertabrak mobil saat mengendarai sepeda, para dokter menegaskan bahwa Dispenza perlu sebagian vertebra-nya (ruas tulang belakang) dipadukan agar berjalan lagi - prosedur yang mungkin akan menyebabkan ia sakit kronis selama sisa hidupnya.
Namun, Dispenza, yang seorang chiropractor (orang yang menyembuhkan penyakit dengan pengobatan tulang punggung), memutuskan untuk menantang ilmu pengetahuan dan benar-benar mengubah keadaan cacatnya melalui kekuatan pikirannya - dan ternyata berhasil. Setelah sembilan bulan program terapi yang terfokus, Dispenza berjalan lagi. Didorong oleh keberhasilan ini, ia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya guna mempelajari hubungan antara pikiran dan tubuh. Bermaksud menjelajahi kekuatan pikiran untuk menyembuhkan tubuh, "dokter otak" itu telah mewawancarai puluhan orang yang mengalami apa yang para dokter sebut "remisi spontan." Mereka merupakan individu dengan penyakit serius yang telah memutuskan untuk mengabaikan pengobatan konvensional, namun telah sepenuhnya sembuh.
Dispenza menemukan bahwa subyek ini semua memberikan suatu pemahaman bahwa pikiran mereka menentukan keadaan kesehatan mereka. Setelah mereka memusatkan perhatian pada mengubah pemikiran mereka, penyakit mereka secara ajaib terpecahkan. Fenomena ini serupa dengan orang-orang yang telah melakukan latihan sejati Falun Dafa dan bisa pulih seumur hidup, melemahkan penyakit. Paragraf berikutnya membuktikan lebih lanjut prinsip-prinsip efektif yang dijabarkan dalam latihan Falun Dafa, sebagaimana yang diajarkan Master Li kepada para pengikutnya. Dr. Dispenza menjelaskan proses tersebut dari sudut pandangnya.
Kecanduan emosi
Demikian pula, Dispenza menemukan bahwa manusia sebenarnya memiliki kecanduan tanpa sadar terhadap emosi tertentu, negatif maupun positif. Menurut penelitiannya, emosi mengutuk seseorang berperilaku berulang, mengembangkan suatu "kecanduan" terhadap kombinasi zat kimia spesifik bagi setiap emosi yang membanjiri otak dengan frekuensi tertentu. Tubuh merespons emosi ini dengan bahan kimia tertentu yang pada gilirannya mempengaruhi pikiran untuk memiliki emosi yang sama. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa orang yang ketakutan adalah "kecanduan" dengan perasaan takut. Dispenza menemukan bahwa ketika otak pada individu seperti itu mampu membebaskan diri dari kombinasi kimia ketakutan, reseptor (sel yang peka rangsangan) otak untuk unsur semacam itu sama-sama terbuka. Hal yang sama berlaku untuk depresi, kemarahan, kekerasan, dan nafsu lainnya. Lagi-lagi ini membuktikan bahwa kita benar-benar seperti yang kita pikirkan.
Banyak yang skeptis terhadap penemuan Dispenza, meskipun kemampuannya untuk menunjukkan bahwa pikiran dapat mengubah kondisi fisik seseorang. Umumnya dianggap sebagai genre pseudo-science, teori "meyakini realitas sendiri" tidak terdengar ilmiah. Tetapi ilmu pengetahuan seperti sekarang ini - bahwa apa yang tidak dapat dibuktikan melalui studi double-blind tidak diterima, meskipun menyajikan suatu kenyataan. Ilmu pengetahuan mungkin tidak siap untuk mengakui bahwa fisik dapat diubah melalui kekuatan pikiran, tetapi Dr. Dispenza dan lainnya meyakinkan kita bahwa proses itu terjadi.
Saya menemukan komentarnya, "Kita tidak perlu menunggu ilmu pengetahuan untuk memberi kita izin melakukan hal yang luar biasa, atau melampaui apa yang telah kita beritahukan adalah mungkin. Jika kita lakukan, kita membuat ilmu pengetahuan menjadi bentuk lain dari agama. Kita harus maverick (organisasi inkonvensional); kita harus berlatih melakukan hal yang luar biasa. Ketika kita menjadi konsisten dalam kemampuan kita, kita secara harfiah sedang menciptakan ilmu pengetahuan baru." (sc/bud)
Oleh : Maia Pagan
Jumat, 16 Oktober 2009
http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/5955-pikiran-dan-materi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar