Minggu, 11 Oktober 2009

Berpacu Melawan Hipertensi


Lima tahun lalu tekanan darah Salomo--sebut saja demikian--mencapai 145/85 milimeter air raksa. Dua tahun setelah itu, tekanan darahnya naik menjadi 160/90 milimeter air raksa. Salomo tidak merasa ada keluhan khas, cuma kadar kolesterolnya meninggi. Obat yang diresepkan dokter kadang diminum kadang tidak, kemudian Salomo berhenti mengkonsumsi obat karena merasa tak lagi ada keluhan.

Tiga bulan belakangan, pria berusia 56 tahun ini mudah lelah. Tekanan darahnya pun melonjak hingga 170/95 milimeter air raksa. Menurut dokter, jantungnya sudah membesar. Lelaki itu divonis mengalami kerusakan organ sasaran akibat hipertensi, yaitu jantung. Pria berbobot 75 kilogram dan bertinggi 165 sentimeter ini seorang perokok dan ayahnya pernah mengalami stroke akibat darah tinggi.

Kardiologis Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, Dr Santoso Karo Karo Surbakti, SpJP, mengatakan hipertensi bisa menyebabkan kerusakan pada organ sasaran target. Penyakit ini menyerang otak, jantung, ginjal, pembuluh darah, dan mata--khususnya retina. "Bahkan pembuluh darah di penis," ujar Santoso seusai diskusi mengenai hipertensi di Jakarta beberapa waktu silam.

Hipertensi adalah kondisi di mana tubuh tidak mampu mengendalikan tekanan darah hingga berlebihan. Akibatnya, volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Sebab, jantung memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel dalam tubuh.

Menurut Santoso, banyak orang membiarkan hipertensinya. Banyak orang percaya bahwa penyakit keturunan ini tidak berbahaya, kecuali sudah tinggi sekali. "Faktanya, ketika tekanan darah (mencapai) 160/90 milimeter air raksa, ada pasien yang langsung terkena stroke," katanya. Tekanan darah normal dalam beberapa literatur ada pada angka 120/80 milimeter air raksa.

Mitos yang berkembang dalam masyarakat adalah hipertensi memiliki keluhan khas, seperti sakit kepala, tengkuk pegal, dan pusing-pusing. "Padahal tidak begitu," Santoso menjelaskan. Penyakit ini tidak punya gejala khas karena bisa jadi keluhan itu adalah penyakit lain.

Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga pada 2004 oleh Departemen Kesehatan, prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang berusia di atas 35 tahun mencapai 15,6 persen.
Di negara maju seperti Amerika Serikat, setiap dua menit terjadi kematian akibat hipertensi dan komplikasinya. Yang jelas, menurut Santoso, risiko hipertensi biasanya lebih tinggi pada orang gemuk, perokok, alkoholik, dan tukang minum kopi. "Apalagi ada faktor keturunan dan usia."

Menurut Santoso, hipertensi, stroke, dan penyakit kardiovaskuler lain bisa dikendalikan dengan obat serta perbaikan gaya hidup, meski ada faktor risiko yang muskil dikendalikan, seperti usia dan keturunan.

Hasil studi Kyoto Heart terkini menunjukkan bahwa penambahan Valsartan--obat anti hipertensi--menurunkan angka kejadian kardiovaskuler pada pasien hipertensi sebanyak 45 persen. Profesor Dr. Hiroaki Matsubara, peneliti studi Kyoto Heart, mengatakan Valsartan mengurangi total insiden komplikasi hipertensi pada jantung, otak, dan vaskuler pada pasien berisiko tinggi penyakit kardiovaskuler.

"Studi ini menunjukkan adanya manfaat penghambatan sistem renin angiotensin--sistem pengatur tekanan darah dalam tubuh--pada pasien di Asia Timur," kata profesor cardiovascular medicine dari The Kyoto Prefectural University of Medicine, Kyoto, Japan ini seperti saat dilansir produsen obat Novartis di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut Santoso, tujuan terapi obat hipertensi sejatinya ada dua. Pertama, supaya tekanan darah bisa dikontrol. Kedua, menekan efek samping akibat obat itu sendiri. Namun, sebagai pencegahan dini, sebaiknya seseorang memperbaiki gaya hidupnya dulu, seperti melakukan olahraga ringan, banyak makan sayur dan buah, serta mengurangi garam dan jangan merokok. "Selain itu, periksa tekanan darah sejak remaja, apalagi pada usia memasuki lapangan kerja."


TEKANAN DARAH DIUKUR TENSIMETER

Tekanan Darah Sistolik (angka pertama) Diastolik (angka kedua)

Darah rendah atau hipotensi di bawah 90 di bawah 60
Normal 90-120 60-80
Pre-hipertensi 120-140 80-90
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 1) 140-160 90-100
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 2) di atas 160 di atas 100

Contoh, 120/80 milimeter air raksa. Angka pertama (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, disebut tekanan sistolik (tekanan atas). Angka kedua (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, disebut tekanan diastolik (tekanan bawah).


Faktor Risiko Darah Tinggi

- Keturunan. Orang berisiko lebih besar menderita darah tinggi jika orang tuanya penderita hipertensi. Faktor ini tak bisa dikendalikan.
- Usia. Semakin tua semakin tinggi risiko hipertensi. Namun, dapat dikendalikan agar jangan melewati batas atas normal.
- Kolesterol. Lemak berlebih dalam darah mengakibatkan timbunan kolesterol di dinding pembuluh darah. Pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah meningkat. Untungnya faktor ini bisa dikendalikan.
- Kegemukan. Berisiko lebih besar menderita hipertensi.
- Stres. Kondisi emosi memicu tekanan darah tinggi.
- Rokok, alkohol, dan kopi.

HERU TRIYONO


Senin, 12 Oktober 2009 | 08:27 WIB
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/10/12/brk,20091012-202055,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar