Minggu, 11 Oktober 2009

Waspadai Resiko Hipertensi


Mendengar ibunya jatuh sakit, Vina, 29 tahun, langsung menelepon kakaknya yang satu kota dengan orang tuanya itu. "Biasa, tekanan darah mami naik lagi," ini penjelasan si kakak dengan nada enteng. Tekanan darah tinggi itu biasa? Kalimat itu membuat ibu muda beranak satu itu langsung mengernyitkan kening. Benarkah?

Dr Santoso Karokaro, SpKJ, menyebutkan, sekelompok masyarakat memang menganggap remeh soal tekanan darah tinggi. "Orang menganggap hipertensi tidak berbahaya karena tidak banyak orang meninggal akibat penyakit ini." Justru sebaliknya, ia mengungkapkan, hipertensi sangat berbahaya. "Penderita bisa mati akibatnya dan benar-benar mati karenanya," ia menegaskan. Di Amerika Serikat, orang meninggal setiap dua menit karena tekanan darah tinggi dan komplikasinya.

Spesialis jantung dan pembuluh darah ini pun menjabarkan, penyakit ini meningkatkan risiko gagal jantung, penyakit jantung koroner, demensia, kerusakan ginjal, stroke, kebutaan, hingga kematian. Ada fakta penting pula bahwa seseorang dengan hipertensi tidak harus menunggu bertahun-tahun sebelum mengalami komplikasi. "Hipertensi bisa menyerang tanpa peringatan dan serangan pertama bisa merupakan serangan yang terakhir."

Apalagi, ia menyebutkan, hipertensi tidak membuahkan keluhan, dan tanda khas akibat hal itu disebut "pembunuh diam-diam". Diperkirakan satu dari empat penderitanya tidak mengetahui tekanan darahnya tinggi. Dan jelas-jelas, Santoso menegaskan, kondisi hipertensi tidaklah normal. Meski banyak orang menyebutkan bahwa tekanan darah di atas normal sebagai hal wajar. "Hipertensi dianggap hal biasa karena terkait gaya hidup modern juga." Ia menyebutkan, kegemukan, asupan garam yang tinggi, dan alkohol adalah penyebab yang sering ditemukan dari waktu ke waktu.

Karena itu, dalam manajemen hipertensi, dilakukan diet khusus. Salah satunya dengan pengurangan asupan garam. Karena itulah, tahun ini tema Hari Hipertensi Dunia yang diperingati setiap 17 Mei menyangkut garam dan hipertensi. Studi juga menunjukkan hubungan linear antara asupan garam yang berlebih dan tekanan darah tinggi.

Dalam diskusi dan demo masak yang digelar perusahaan farmasi Novartis dan Yayasan Jantung Indonesia, Santoso menyebutkan, bila asupan garam dikurangi menjadi 6 gram per hari, akan menyebabkan penurunan tekanan darah hingga mengurangi 24 persen risiko kematian akibat stroke dan 18 persen kematian karena penyakit jantung koroner. Belum langkah lain yang mencakup gaya hidup, seperti penurunan berat badan, diet khusus untuk hipertensi yang disebut dietary approaches to stop hipertension (DASH), latihan fisik, dan pengurangan asupan minuman beralkohol. Setiap langkah itu memberi efek yang berarti bagi penurunan tekanan darah (lihat tabel).

Ketua Indonesian Society of Hipertension, dr Adre Mayza, SpSK, pun mengingatkan, sebagai silent killer, hipertensi tak hanya mengundang kematian yang tinggi, tapi juga biaya nan besar. "Komplikasi pada pasien hipertensi membuat pembiayaan menjadi tinggi," ujar spesial saraf ini. Lengkaplah penderitaan!

RITA NARISWARI


Info


1. Tiga dari 10 orang dewasa menderita tekanan dari tinggi karena terlalu banyak mengkonsumsi garam.
2. Rata-rata asupan garam per hari di banyak negara 12 gram per hari atau lebih dari dua kali lipat rekomendasi WHO. Di Indonesia, menurut data InaSF, bahkan mencapai 15 gram.
3. Ada hubungan linear antara asupan garam tinggi dan hipertensi.
4. Mengurangi asupan garam sedikit saja bisa berdampak besar untuk kesehatan. Namun, tentu saja bisa mengurangi risiko hipertensi.
5. Peluang tekanan darah tinggi meningkat seiring pertambahan usia.
6. Tekanan darah nan tinggi mengundang risiko gagal jantung, penyakit jantung koroner, demensia, kerusakan ginjal, stroke, kebutaan, hingga kematian. l


Senin, 18 Mei 2009 | 13:01 WIB
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/05/18/brk,20090518-176860,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar