Senin, 05 Oktober 2009

Kebebasan Berbicara Membawa Kemakmuran Dinasti Tang

Dalam sejarah Tiongkok, Dinasti Tang adalah dinasti yang berkembang paling baik dari segi ekonomi, budaya dan politik. Juga sebuah dinasti dengan kebebasan berbicara. Karena alasan itulah, kemudian dikenal sebagai "jaman kemakmuran".

Dalam apa yang disebut 'jaman kemakmuran' itu, orang-orang menikmati kehidupan mereka dalam masyarakat stabil yang menyediakan mereka kekayaan materi, makanan dan pakaian berlimpah, dan yang paling penting, kebebasan berbicara. Ini dianggap sifat-sifat dasar yang berkontribusi pada masyarakat yang sejahtera.

Meskipun banyak hal yang dianggap tabu untuk dibicarakan secara terbuka atau ditulis, ruang lingkup tabu sebagian besar terbatas pada masalah-masalah pribadi. Umumnya orang bisa berbicara pada kebanyakan masalah. Orang-orang menulis puisi untuk mengkritik kaisar dan para selir, dan bahkan membesar-besarkan kisah-kisah ini. Dengan berbuat demikian mereka akan terhindar dari masalah.

Ketika selir terkenal Yang masih hidup, para penulis saat itu menilainya dengan penuh ejekan dan mengkritik keluarganya. Setelah ia dicekik sampai mati di Ma Twei-yi, ceritanya dengan cepat berhasil masuk ke sastra, dan menjadi topik yang populer seiring berjalannya waktu. Secara bertahap, para sastrawan dari Dinasti Tang mengambil kisah Yang sebagai pengetahuan umum.

Dalam puisi terkenal "Nyanyian Penyesalan Abadi" (The Song of Everlasting Regret), yang ditulis oleh Pao Chu-yi, ia menguraikan secara lengkap kejadian tentang Kaisar Yuen-chong dan selir Yang mandi di kolam Gunung Li. Dia menuduh Kaisar sebagai "pemerintah malas", "kebijakan kelaparan" dan juga "kekacauan politik." Li Shang-yin, seorang penyair Dinasti Tang terkenal lainnya juga ditolerir hingga ke tingkat yang mengejutkan setelah mengkritik pidato kerajaan.

Lingkungan dengan kebebasan berbicara mempunyai dampak luas pada vitalitas dan kreativitas dari sebuah peradaban. Dalam Dinasti Qing, Pengadilan Qing tidak merevisi dan menata buku-buku seperti "Keterpaduan buku Kuno dan Modern" (Integrated Ancient and Modern books), "Salinan Lengkap Empat Kabinet" (Full Copies of Four Cabinets). Namun beberapa orang masih bisa dengan jelas melihat arti sesungguhnya di balik buku-buku itu. Seorang cendikiawan dengan nama Wang Qing berkata, "Bergerak ke arah apa yang disebut revisi buku-buku, sebenarnya merupakan 'kematian' dari semua buku-buku kuno!"

Menurut penelitian baru-baru ini, dalam proses merevisi "Salinan Lengkap Empat Kabinet", sejumlah lebih dari 100.000 jenis buku-buku kuno telah dihancurkan! Setiap buku-buku yang mengungkapkan ketidakpuasan terhadap penguasa dari Dinasti Qing atau dengan memori tentang Dinasti Ming semua dilarang dan dihancurkan. Buku-buku lain yang menunjukkan pemikiran-pemikiran yang tidak konsisten dari penguasa Dinasti Qing juga dilarang. Hukuman penjara bagi para pengarang kemudian menyusul, menghancurkan vitalitas dan kreativitas masyarakat pada umumnya.

Lu Shen, seorang penulis modern terkenal, mengatakan bahwa para penguasa Qing telah benar-benar membasmi harga diri dan integritas moral dari ras 'Han'. Tn. Lu juga mengatakan bahwa Dinasti Qing adalah "Tiongkok Bisu." Yang disebut 'Jaman Kemakmuran Kangxi dan Qianlong' merupakan akibat dari penindasan kebebasan berbicara yang dilakukan dengan melemparkan sejumlah besar cendikiawan ke dalam penjara!
Selama Keseluruhan Jaman Dinasti Tang, hanya ada satu catatan penjara sastra.

Sebelum Kaisar Tang, Gou-chung, memutuskan untuk berperang melawan Korea, seorang penyair bernama Yuan man-jing, menulis sebuah puisi untuk orang-orang Korea: " Prajurit bersenjata Tang akan segera menyerang, bersiap-siaplah untuk membela rintangan alami Sungai Shou '. Akibatnya, pasukan Tang mundur dari tepi sungai. Yuan benar-benar melakukan pelanggaran khianat; kejahatan seperti ini biasanya tidak akan diampuni. Kaisar Tang tidak memotong kepalanya untuk menenangkan kemarahan publik, tetapi hanya membuangnya ke daerah terpencil Lingnan. Namun, tidak lama setelah ini, ia dipanggil kembali dan diangkat sebagai pejabat yang bertugas menulis buku.

Kaisar Tang, Wu Zetian, adalah penguasa yang paling terkenal di antara kaisar Tang, tapi dia sangat murah hati, bebas dan mudah terhadap para sastrawan. Pada 684 SM, Xu Jingye memimpin kampanye propaganda melawan Kaisar Wu. Salah satu dari empat cendikiawan terkenal pada awal Dinasti Tang, Luo Bin-wan, menulis sebuah artikel mencela Wu. Isi dari artikel tersebut sangat mengutuk Kaisar tentang semua hal-hal jahat yang telah ia lakukan. Ini menunjukkan bahwa perilaku Wu adalah jahat dan menuduhnya sangat licik. Ketika Wu membaca artikel itu, dia hanya tertawa terkekeh. Bukan saja ia tidak menghukum Luo, tapi bahkan setelah prajuritnya membersihkan "kelompok kontra-revolusioner Luo", dia menyalahkan Sekretaris Negara karena tidak membawa sebelumnya orang seberbakat Luo!

Dibandingkan dengan kaisar dari Dinasti Qing, para kaisar Dinasti Tang memiliki kewibawaan juga toleransi! Mereka tidak hanya mentolerir pemberontak seperti Luo, tetapi juga mentolerir orang-orang yang jelas-jelas memiliki "kehendak kemerdekaan dan kebebasan jiwa" seperti Li Bai, Bao Chu-yi, dll. Orang-orang ini berani menulis puisi untuk menyinggung penguasa saat itu, atau menyindir mantan kaisar. Sulit membayangkan bahwa mereka begitu berani menyinggung para penguasa. Bahkan lebih mengejutkan adalah bahwa kaisar tidak menangkap atau menjebloskan mereka ke dalam penjara.

Rakyat Tang menikmati kehidupan damai. Mereka bisa duduk tenang dan rileks, merasa bebas untuk menulis puisi dan minum alkohol kapan pun mereka inginkan. Jawaban seperti apa 'jaman kemakmuran' itu, mungkin dapat ditemukan dengan melihat kembali Dinasti Tang.(Kanzhongguo/Secret China/Bud)

Era Baru Sabtu, 03 Oktober 2009
http://erabaru.net/sejarah/56-sejarah/5513-kebebasan-berbicara-membawa-kemakmuran-dinasti-tang-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar