Kamis, 08 Oktober 2009
Merangsang Daya Kritis Anak Lewat Dongeng
Mendongeng atau bercerita sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari kita, lebih-lebih ketika kita masih kanak-kanak. Ketika kita di rumah maupun di bangku sekolah, khususnya sekolah taman kanak-kanak, mendongeng acap kali menjadi primadona yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Bagi sebagian masyarakat umum, mendongeng lebih sering diartikan sebagai suatu cerita bohong, bualan, khayalan, mengada-ada, bahkan tidak ada manfaatnya. Sangat benar kalau dongeng adalah rekaan atau fiksi semata, tetapi dalam kerangka pendidikan untuk anak-anak, mendongeng ternyata sangat bermanfaat.
Mendengarkan dongeng atau ketika kita mendongeng untuk anak-anak, bisa melahirkan sebuah proses kreatif. Dalam arti, mendongeng tidak hanya melatih otak kiri anak tetapi juga melatih simpul-simpul otak kanan kita. Hal tersebut terjadi karena cerita dalam dongeng yang didengarkan anak, secara alami akan mengaktifkan aspek-aspek intelektual anak, juga aspek kepekaan, imajinasi, kehalusan budi, emosi, imajinasi dan fantasi mereka. Bagi orang dewasa yang mendongeng juga akan mengalami hal yang sama, apalagi jika dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh. Eksplorasi dalam alam pikiran si pendongeng akan menghidupkan imaginasi yang tersalurkan dalam alur cerita dongeng yang hidup dan kuat. Selanjutnya secara alami, simpul-simpul otak kiri dan kanan akan aktif dan kian terasah.
Cerita dalam dongeng bisa menawarkan sebuah kesempatan bagi dunia anak-anak untuk menginterpretasikan apa yang didengar dengan kehidupan nyata, seperti apa yang pernah dialami, dilihat dan dirasakan anak. Melalui dongeng, anak-anak juga dikenalkan pada berbagai pendekatan, pola dan tingkah laku manusia, sehingga mereka akan mendapatkan bekal untuk menghadapi masa depan.
Dongeng: Komunikasi Menarik Untuk Anak
Komunikasi adalah sebuah usaha atau kebutuhan manusia untuk mempertahankan eksistensinya. Segala ilmu, pengalaman, informasi dan lain sebagainya, akan menjadi bermakna dan bermanfaat setelah dikomunikasikan. Begitu juga dengan cara orang dewasa berkomunikasi dengan anak-anak. Orang dewasa mengalami kesulitan untuk masuk dalam dunia anak-anak jika mereka tidak mampu memposisikan komunikasinya dalam dunia anak-anak. Mengapa bisa demikian? Karena anak-anak mempunyai pola pikir, pengalaman serta cara pandang yang berbeda dengan orang dewasa.
Daya imajinasi dan daya kritis anak sangatlah tinggi. Beberapa ahli mengutarakan imajinasi dan kretifitas anak akan meningkat pada usia 3 tahun dan akan mencapai puncaknya pada usia 5 tahun. Dengan mendongeng, kesulitan dan perbedaan cara pandang tersebut bisa dijembatani. Rasa keingintahuan anak yang sangat tinggi menjadikan media mendongeng sangat bisa masuk dalam alam pikiran anak-anak, sehingga melalui dongeng, komunikasi yang terbangun niscaya disukai oleh anak-anak.
Mendongeng, Memicu Daya Kritis Anak
Terkadang kita mendengar keinginan dari anak-anak untuk dibacakan atau diceritakan tentang sesuatu yang belum pernah diketahui. Ketika seorang anak dihadapkan untuk memilih suatu cerita, misalnya cerita manusia atau hewan, kebanyakan dari anak-anak akan memilih hewan. Cerita hewan atau robot? Mereka akan memilih robot. Cerita robot atau makhluk luar angkasa, mereka akan memilih makhluk luar angkasa. Artinya, seorang anak akan memilih sesuatu yang baru dan belum pernah dia ketahui. Dengan demikian, media dongeng akan menghantarkan secara alami daya tangkap anak terhadap sesuatu yang belum diketahuinya dengan kritis.
Pengalaman daya kritis anak untuk mengungkapkan sesuatu yang kadang belum pernah mereka pikirkan sebelumnya, menjadikan kepekaan anak terhadap sebuah fenomena akan terlatih. Kesalahan fatal kita selaku orang yang lebih dewasa pada anak-anak adalah dengan hanya mengenalkan anak kita pada satu alternatif yang kita anggap paling benar. Bayangkan apabila anak-anak di sekitar kita hanya mengenal satu alternatif untuk menyelesaikan masalah. Padahal, dalam setiap permasalahan ada banyak pilihan cara untuk mengatasinya, dan dalam masyarakat ada beragam pendapat/pandangan tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Tentunya hal tersebut jangan sampai terjadi pada kita dan anak-anak Indonesia ke depan, karena mereka adalah tumpuan masa depan kita bersama. (Irfan/Divisi PU Kakak)
Era Baru Selasa, 07 Oktober 2008
http://erabaru.net/kehidupan/41-cermin-kehidupan/153-merangsang-daya-kritis-anak-lewat-dongeng
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar