Ada orang yang berkata, Jing Ke sebelum pergi membunuh Kaisar Qin Shihuang, minum arak hingga mabuk, menangis meraung-raung selama tiga hari tiga malam, puas menangis, mengusap kering air mata, kemudian dengan teguh tanpa memalingkan kepala dia berangkat, akhirnya mati tergeletak di dalam istana.
Menangis meraung-raung, adalah sisi lain dari Jing Ke sebagai pembunuh pada urutan nomer satu.
Orang yang kuat dan berani bukan tidak takut mati, orang yang kuat dan berani juga adalah perpaduan antara keberanian dan kelemahan, tetapi begitu mengenakan topeng sebagai orang yang kuat dan berani, yang ada hanyalah maju pantang mundur yang tidak takut akan kematian, maka dari itu Jing Ke setelah mabuk-mabukan dan menangis meraung-raung, dia membuang segala ketakutannya, melangkah ke jalan yang tidak bisa kembali.
Tepat di hari kematian Jing Ke, segala kelemahan dan ketakutannya semuanya hilang, yang terlihat oleh orang awam hanyalah keberanian Jing Ke yang membuat orang terguncang.
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita semua mengenakan sangat banyak topeng yang berbeda, karena kita harus menghadapi sangat banyak keadaan yang berbeda pula, kadang kala kita mengetahui sangat jelas sekali bahwa kita sengaja melakukan hal itu, akan tetapi seringkali waktu kita sedang mengenakan topeng tanpa kita sadari.
Kehidupan dengan tanpa mengenakan topeng sesungguhnya tidak mungkin, karena kita tidak bisa tidak memperhatikan atau mempertimbangkan pengertian dan perasaan dari orang lain, justru disebabkan oleh karena setiap orang berada pada lingkungan, pendidikan dan keluarga yang berbeda, maka dari itu diantara kita semua pasti ada perbedaan jarak, dan kita semua secara sengaja maupun tidak sengaja akan melakukan penyesuaian.
Seperti hubungan antara atasan dan bawahan di dalam lapangan pekerjaan. Di bawah kewibawaan kekuasaan dari atasan, sebagai bawahan kecuali menurutkan perintah atasan dalam pekerjaan, acapkali juga bisa membawa "pengertian sebagai bawahan" ini ke dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun bukan di saat bekerja, bila kita bertemu dengan atasan juga akan secara otomatis mengenakan topeng, segera berubah menjadi berhati-hati, rendah hati dan hormat seperti pada saat di kantor. Bisa mempunyai reaksi semacam ini, tidak peduli dia mengambil muka (menjilat) atasannya atau bukan, semua tindakannya ini dipertimbangankan dari kepentingan diri dia sendiri, adalah suatu reaksi yang cerdik.
Ada banyak perempuan yang mempunyai tubuh langsing, dia tidak memakan ini dan itu, bukan karena dia tidak suka makan, bahkan ada yang sangat menyukai makanan itu, hanya saja dia ingin mempertahankan kelangsingan tubuh, memaksakan diri untuk tidak memakannya. Tindakan ini semuanya disebabkan demi memancarkan keindahan diri, ingin dikagumi oleh orang lain.
Seperti ini, demi membuat sesuatu hal untuk terjadi, atau untuk menghindari terjadinya sesuatu, orang-orang memakai kedok wajah yang rendah hati dan hormat, memakai kedok wajah pembatas, memakai berbagai macam kedok wajah.
Peran yang kita mainkan di dalam kehidupan adalah "berpura-pura, bukan diri kita sendiri", dalam jangka waktu yang panjang, saya yang berpura-pura dengan saya yang sesungguhnya berbaur menjadi satu, penampakan yang demikian telah menjadi bagian yang tidak dapat kita pisahkan.
Tidak perlu gelisah, ini adalah sebuah proses yang pasti harus kita lewati di saat kita dalam proses pertumbuhan serta proses menjadi matang.
Proses ini membuat kita lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat ini, membuat kita lebih bisa bergaul dengan orang lain dan saling mendapatkan keuntungan (manfaat), berfaedah tidak ada kerugiannya. (Huang Jinyuan/The Epoch Times/lin)
Era Baru Senin, 05 Oktober 2009
http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/5584-saya-yang-palsu-menjadi-saya-yang-sebenarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar