Minggu, 11 Oktober 2009

Stop Berpikir Negatif


Kebanyakan dari kita cenderung lebih mudah melihat atau berpikir dari sisi negatif. Buktinya, dalam sebuah penelitian kecil yang saya lakukan pada salah satu kelas perkuliahan yang saya ampu kebanyakan mahasiswa menyebutkan hal-hal negatif terlebih dahulu saat diminta menilai dirinya dan orang lain.

Daftar hal – hal yang negatif juga lebih panjang daripada yang positif. Selain itu, dalam sebuah diskusi, beberapa mahasiswa mengakui bahwa lebih mudah menyebutkan hal – hal negatif daripada yang positif.

Berpikir negatif tampaknya menjadi bagian dari kehidupan kita sebagai manusia yang tidak sempurna. Tetapi tidak berarti kita menyerah pada pikiran negatif dan tidak juga berarti kita sama sekali tidak boleh berpikir negatif. Maksudnya, kita harus membatasi pikiran negatif!

Ada kalanya pikiran negatif membuat kita tetap waspada dan berjaga jaga. Misalnya seorang istri yang berpikiran negatif tentang suaminya atau curiga suaminya berselingkuh.

Kecurigaan tersebut dapat membantu si istri waspada dan berjaga – jaga, tetapi yang perlu diperhatikan adalah ia harus membatasi pikiran negatifnya.

Artinya adalah boleh saja ia waspada, tetapi berhenti mencurigai tanpa bukti yang kuat atau alasan yang jelas. Jangan biarkan pikiran negatif meracuni dirinya dan membuat suami istri bertengkar bahkan sampai akhirnya bercerai.

Pikiran negatif, STOP!!!


Lalu bagaimana kita membatasi atau mengatasi pikiran negatif yang muncul di kepala kita? Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, antara lain:

Pertama, batasi pikiran negatif dengan berpikir rasional. Ketika pikiran negatif muncul, kita harus melatih diri kita untuk berpikir rasional, berpikir dengan jernih, menimbang dan mencoba mencari bukti atau penjelasan. Pada kasus istri yang mencurigai suaminya berselingkuh, si istri sebaiknya tidak langsung menyerang, tetapi mengevaluasi keadaan tersebut, benarkan suaminya berselingkuh? Apa yang mungkin mendorong atau melatarbelakangi hal tersebut?

Kedua, sadari bahwa banyak hal di dunia ini memiliki sisi positif dan negatif, ada kelebihan dan ada kekurangan. Penyadaran tentang dua sisi ini dapat membantu agar tidak berat sebelah. Tidak terlalu memuji atau mengagungkan sesuatu, dan tidak terlalu merendahkan atau meremehkan sesuatu.

Menyadari kedua sisi secara utuh juga dapat mempersiapkan kita memutuskan dengan bijak dan menerima risiko. Pada kasus istri yang mencurigai suami, si istri dapat membatasi pikiran negatifnya dengan menyadari bahwa bukan hanya suaminya yang negatif (dalam hal ini mungkin berselingkuh), tetapi ia juga memiliki sisi negatif yang mungkin dapat membuat suaminya berselingkuh. Sehingga tidak hanya asal curiga, tetapi si istri juga bersedia mengevaluasi dirinya.

Ketiga, berpikirlah positif. Berpikir positif berarti menggunakan cara pandang yang positif. Apa yang dapat kita pelajari dari suatu kejadian? Hikmah apa yang bisa kita ambil dari pengalaman kita? Dengan berpikir positif, kita tidak lagi terpaku pada kekuatiran, kesedihan, kedukaan atau bahkan kehancuran yang kita alami. Tetapi kita dapat melihat hal – hal yang lebih berarti, yaitu pelajaran hidup yang dapat mengembangkan atau mengubah kehidupan kita.

Pada kasus istri yang mencurigai suaminya, jika si istri dapat berpikir positif, maka ia justru dapat membenahi dirinya, sehingga membuat suaminya tambah sayang dan batal selingkuh. Atau jika benar suaminya selingkuh, maka dengan berpikir positif, si istri dapat lebih tegar dan bersikap bijak menghadapi suaminya.

Siapapun Anda, kapan dan di manapun berada, ketika pikiran negatif mulai muncul, bersiaplah membatasinya. Pikiran negatif, STOP !!!


P. Henrietta, S.Psi, pengajar pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta


Jumat, 4 September 2009 | 17:13 WIB

KOMPAS.com
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/09/04/17135719/stop.berpikir.negatif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar