Minggu, 11 Oktober 2009

Toleransi Beragama Sudah Lama Tumbuh Subur Di China


Toleransi antar umat beragama sudah tumbuh subur sejak abad ke-7 di China. Ini terbukti dengan berkembang pesatnya syiar agama Islam, didukung pemerintah dan rakyat China yang beragama non-Islam.

Sekarang, ekonomi dan sosial masyarakat Muslim China berkembang pesat. Walau minoritas, umat Islam pun mendapat tempat di arena politik. Peranan peranakan China di Indonesia juga tidak kalah pentingnya dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, di samping suku bangsa non-China.

Demikian lain yang terungkap dalam seminar internasional Budaya Islam Nus-Tiongkok, Rabu (28/5) di Jakarta, dengan pembicara Vice Secretary General China Islamic Association Amuer Zhang Guanglin, Vice President China Islamic Institute Esa Gao Zhanfu, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah M Ikhsan Tanggok, dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat.

Esa Gao Zhanfu mengatakan, penyebaran agama Islam di China sejak abad ke-7 dilaksanakan dengan cara damai. Kebanyakan pemerintahan pusat dari dinasti-dinasti zaman dulu mempergunakan kebijakan dan sikap toleransi terhadap agama Islam.

" Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok 1 Oktober 1949, agama Islam mulai memasuki babak baru. Muslim suku-suku minoritas di Tiongkok atau China tidak hanya memperoleh hak sederajat di bidang politik, juga sungguh-sungguh menikmati hak menganut agama secara bebas. Oleh karena itu secara luar biasa telah membangkitkan antusiasme cinta negara dan cinta agama pada umat muslim," katanya.

Umat Muslim di China jumlahnya ada sekitar 21 juta jiwa dengan jumlah masjid sekitar 35 ribu unit. Ada 10 institut agama Islam, ratusan sekolah bagi kalangan rakyat untuk belajar bahasa Arab dan kebudayaan agama Islam. Saat ini telah dibentuk sebuah organisasi bernama Asosiasi Islam Tiongkok dan melancarkan kegiatan pelayanan untuk umat Muslim. Masyarakat muslim China saat ini terus menuju harmonisasi dan kemakmuran.

Tentang perekonomian, Guanglin mengatakan, perekonomian umat Islam di China berkembang pesat, terbukti dengan terus meningkatnya jumlah umat Islam yang menunaikan ibadah haji dari tahun ke tahun. Sebagian dari mereka sudah menjadi kaya raya dan sering bepergian ke luar negeri.

"Umat Islam China di samping menunaikan rukun Islam dan melebarkan wawasan, mereka juga telah membawa pulang model bangunan masjid negara-negara Islam di Arab, agar bangunan Islam di China muncul model baru yang luar biasa. Sebagian besar masjid yang ada sekarang sangat mewah dan modern, serta perangkat fasilitasnya berkualitas tinggi," katanya.

Menurut Guanglin, tolerasi beragama sudah tumbuh subur sejak dinasti Tang dan dinasti Song. Pedagang-pedagang dari Arab diizinkan pemerintah berdagang dan menyebarkan agama Islam, termasuk mendirikan masjid. Hubungan orang Arab dengan pemerintah dan rakyat setempat sangat baik.

Ikhsan Tanggok dalam paparannya menjelaskan tentang penyebaran agama Islam di Indonesia yang dilakukan oleh orang-orang China yang datang dari daratan China dan juga oleh peranakan China di Indonesia. " Agama Islam masuk ke Indonesia bukan saja berasal dari Mekkah, Medinah, dari India dan Persia, tetapi juga berasal dari negeri China yang dibawa langsung oleh utusan-utusan kaidar dan para pedagang China, " ungkapnya.

Menurut dia, dari dua buku yang ditulis Ma Huan berjudul Pemandangan Indah di Seberang Samudera (terbitan tahun 1433) dan oleh Fei Hsin berjudul Menikmati Pemandangan Indah dengan Rakit Sakti (terbitan tahun 1436), yang menyertai perjalanan Cheng Ho (muslim China) ke berbagai daerah di Asia, termasuk Indonesia, terungkap bahwa orang China mempunyai andil yang cukup besar dalam rangka memperkenalkan Islam di Nus, terutama di Pulau Sumatera dan Jawa dan juga menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia.

Komaruddin Hidayat mengatakan, agama dan budaya tak bisa dipisahkan. Ketika agama berkembang, kebudayaan yang menyertainya juga turut berkembang. " Jika bicara ritual agama, acuan Islam adalah ke Mekkah dan Madinah. Akan tetapi, jika bicara kebudayaan (Islam) orang mengacu ke Irak dan China. Ketika Islam masuk ke China dan ke Indonesia, ada faktor yang mempermudah, yaitu masjid. Namun tradisi China jauh lebih tua dibanding Islam, makanya ada hadits mengatakan; belajarlah sampai ke negeri China," ujarnya.(Yurnaldi)


http://agama.infogue.com/toleransi_beragama_sudah_lama_tumbuh_subur_di_china

Tidak ada komentar:

Posting Komentar