Daripada Ibni Mas’ud, berkata Ia :
Bersabda Junjungan Nabi
s.a.w.:
“Barangsiapa yang membaca dua ayat daripada akhir surah
Al-Baqarah pada malam hari nescaya mencukupi keduanya akan dia.”
Adapun dua ayat tersebut ialah :
1. Firman Allah Ta’ala : ( Aamanar rasuulu bimaa unzila
llaihi mir rabbihi wal muminuun. Kullun aamana billaahi wamalaaikatihi
wakutubihii warusulihii laa nufarriqu baina ahadim mir rusulihii waqaaluu
sami’naa wa atha’naa ghufraanaka rabbanaa wailaikal mashiir).
285. Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman
kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan
Rasul-rasulNya”. Mereka berkata lagi: “Kami dengar dan kami ta’at. (Kami
pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali”.
2. ( Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa lahaa maa
kasabat wa’alaihaa maktasabat. Rabbanaa laa tu aakhiznaa in nasiinaa au
akhtha-naa, rabbanaa walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamal tahuu ‘alal
ladziina min qablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih.
Wa’fu ‘annaa waghfir lanaa warhamnaa, anta maulanaa fanshurnaa alal qaumil
kaafiriin.)
286. Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya
olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang di usahakannya, dan ia juga
menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdo’a dengan berkata):
“Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami terlupa atau
kami tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan
yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang
terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan ma’afkanlah kesalahan kami,
serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong
kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum
yang kafir”.
Surah Al-Baqarah (Ayat 285-286)
Makna mencukupi keduanya bagi sesiapa yang membacanya ialah
mencukupi kepadanya daripada melakukan ibadah pada malam hari, atau daripada
melakukan bacaan Al-Qur’an, ataupun dapat menolak keduanya kejahatan dan
bencana syaitan atau manusia dan jin, atau mencukupi untuk menambah kekuatan
iqtikadnya, kerana dua ayat itu ada mengandungi makna iman dan amal secara
ringkas.
Sabda Rasulullah s.a.w:
“Barangsiapa membaca dua ayat di akhir surah Al-Baqarah pada
malam hari nescaya Allah taala akan menjaganya dari segala gangguan musuh dan
syaitan.”
Sabda Rasulullah s.a.w:
“Sesungguhnya Allah taala telah mengakhiri surah Al-Baqarah
dengan dua ayat yang mana ianya adalah perbendaharaan Allah di bawah ‘Arasy,
maka belajarlah kamu akan ayat itu dan ajarkanlah ia kepada isteri-isteri kamu
dan anak-anak kamu. Maka sesungguhnya ia adalah solat, doa dan Quran.”
Keterangan
Surah Al Baqarah.
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Janganlah kau jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan, sesungguhnya setan
akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah."
(Diriwayatkan oleh Muslim)
Ayat Kursi.
Dari Ubai bin Ka'ab ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda,
"Wahai Abu Munzir, tahukah engkau ayat manakah dalam Al Qur'an yang paling
agung menurutmu?" Aku menjawab, "Allahu laailaaha illa huwalhayyul
qoyyuum (ayat kursi)",
Lalu beliau menepuk dadaku dan bersabda, "Semoga Allah memudahkan
ilmu bagimu wahai Abu Munzir." (Diriwayatkan oleh Muslim)
ASBABUN NUZUL :
1.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu
Hurairah, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang
terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh
Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka
datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata
mereka, 'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup
memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah kalian hendak mengatakan
seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 'Kami dengar
dan kami langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi.
Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah
orang-orang itu berusaha membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak
karenanya, maka Allah pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...'
(Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan
menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut
kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan
pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.
2.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu
Hurairah, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang
terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh
Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. Mereka
datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata
mereka, 'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup
memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah kalian hendak mengatakan
seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 'Kami dengar
dan kami langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi.
Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' Setelah
orang-orang itu berusaha membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak
karenanya, maka Allah pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...'
(Q.S. Al-Baqarah 285) Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan
menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'"
(Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas
dari Ibnu Abbas.
TAFSIR :
1.
Surah Al-Baqarah dimulai dengan menerangkan bahwa Alquran tidak
ada keraguan padanya dan juga menerangkan sikap manusia terhadapnya, yaitu ada
yang beriman, ada yang kafir dan ada yang munafik. Selanjutnya disebutkan
hukum-hukum salat, zakat, puasa, haji, pernikahan, jihad, riba, hukum
perjanjian dan sebagainya. Ayat ini adalah sebagai ayat penutup surah
Al-Baqarah yang menegaskan sifat Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya
terhadap Alquran itu. Mereka mempercayainya, menjadikannya sebagai pegangan
hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan ayat ini juga
menegaskan akan kebesaran dan kebenaran Nabi Muhammad saw. dan orang-orang yang
beriman, dan menegaskan bahwa hukum-hukum yang tersebut itu adalah hukum-hukum
yang benar.
Dengan ayat ini Allah
swt. menyatakan dan menetapkan bahwa Rasulullah saw. dan orang-orang yang
beriman, benar-benar telah mempercayai Alquran, mereka tidak ragu sedikit pun
dan mereka meyakini benar Alquran itu.
Pernyataan Allah
swt. ini terlihat pada diri Rasulullah saw. dan pribadi-pribadi orang mukmin,
terlihat pada kesucian dan kebersihan hati mereka, ketinggian cita-cita mereka,
ketahanan dan ketabahan hati mereka menerima cobaan-cobaan dalam menyampaikan
agama Allah, sikap mereka di waktu mencapai kemenangan dan menghadapi
kekalahan, sikap mereka terhadap musuh-musuh yang telah dikuasai, sikap mereka
di waktu ditawan dan sikap mereka di waktu memasuki daerah-daerah luar Jazirah
Arab.
Sikap dan watak
yang demikian adalah sikap dan watak yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran
Alquran dan ketaatan melaksanakan hukum Allah swt. Inilah yang dimaksud dengan
jawaban Aisyah r.a. ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw. beliau
menjawab:
ألست تقرأ القرآن؟ قلت بلي قالت : فإن خلق نبي الله كان القرآن
Artinya:
Bukankah engkau
selalu membaca Alquran?" Jawabnya: "Ya." Aisyah berkata:
"Maka sesungguhnya akhlak Nabi itu sesuai dengan Alquran." (HR
Muslim)
Seandainya Nabi
Muhammad saw. tidak meyakini benar ajaran-ajaran yang dibawanya dan tidak
berpegang kepada kebenaran dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tentulah ia dan
pengikutnya tidak akan berwatak demikian. Ia akan ragu-ragu dalam melaksanakan
cita-citanya, ragu-ragu menceritakan kejadian-kejadian umat yang dahulu yang
tersebut di dalam Alquran, terutama dalam menghadapi reaksi orang-orang Yahudi
dan Nasrani. Apalagi mengingat bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah
orang yang banyak pengetahuan mereka tentang sejarah purbakala di masa itu,
karena itu Nabi Muhammad selalu memikirkan dan tetap meyakini kebenaran setiap
yang akan beliau kemukakan kepada mereka.
Dalam pada itu
orang-orang yang hidup di zaman Nabi, baik pengikut beliau maupun orang-orang
yang mengingkari, semuanya mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang
kepercayaan, bukan seorang pendusta.
Tiap-tiap orang
yang beriman itu yakin akan adanya Allah Yang Maha Esa, hanya Dia sendirilah
yang menciptakan makhluk, tidak berserikat dengan sesuatu pun. Mereka percaya
kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan-Nya kepada para Nabi-Nya,
percaya kepada malaikat-malaikat Allah, dan malaikat yang menjadi penghubung
antara Allah swt. dengan rasul-rasul-Nya, pembawa wahyu Allah. Mengenai keadaan
zat, sifat-sifat dan pekerjaan-pekerjaan malaikat itu termasuk ilmu Allah,
hanya Allah swt. yang Maha Tahu. Percaya kepada malaikat merupakan pernyataan
percaya kepada Allah swt.
Dinyatakan pula
pendirian kaum muslimin terhadap para rasul, yaitu mereka tidak membeda-bedakan
antara rasul-rasul Allah; mereka berkeyakinan bahwa semua rasul itu sama, baik
pengikutnya sedikit maupun banyak, baik hukum-hukum yang dibawanya ringan atau
berat, banyak atau sedikit, semuanya adalah sama, perbedaan itu disesuaikan
dengan keadaan, kesanggupan dan kemaslahatan umat-umat mereka.
Firman Allah
swt.:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (136)
Artinya:
Katakanlah (hai
orang-orang mukmin), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kamu dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan
anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang
pun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (Q.S Al Baqarah:
136)
Dalam pada itu
Allah swt. menerangkan bahwa masing-masing rasul itu mempunyai keutamaan
dibandingkan dengan rasul-rasul yang lain. Suatu keutamaan yang dipunyai
seorang rasul mungkin tidak dipunyai oleh rasul yang lain, dan rasul yang lain
itu mempunyai keutamaan pula.
Berfirman Allah
swt.:
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى
Artinya:
Rasul-rasul itu
kami lebihkan sebahagian (dari) mereka atas sebahagian yang lain. (Q.S Al
Baqarah: 253)
Ayat ini
mengisyaratkan keutamaan umat Islam atas umat-umat lainnya yang membedakan
rasul-rasul Allah. Ada yang mereka percayai dan ada yang tidak mereka percayai.
Bahkan sebahagian dari para rasul itu semasa hidupnya mereka
perolok-olokkan.
Allah swt.
menerangkan lagi sifat-sifat lain yang dimiliki orang Islam. Yaitu apabila
mereka mendengar sesuatu perintah atau larangan Allah, mereka mendengar dengan
penuh perhatian, melaksanakan perintah-perintah itu, dan menghentikan
larangan-larangan-Nya, karena mereka merasakan kebesaran kekuasaan Allah dan
yakin bahwa hanya Allah sajalah yang wajib disembah dan ditaati.
Oleh karena
orang-orang mukmin mempunyai sifat-sifat yang demikian, maka mereka selalu
memanjatkan doa kepada Allah, yaitu: "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan
kepada Engkaulah kami kembali."
Sesungguhnya doa-doa
orang-orang yang beriman bukanlah sekedar untuk meminta ampun kepada Allah swt.
atas kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat, bahkan juga memohon ke hadirat
Allah agar selalu diberi-Nya taufik dan hidayat, agar dapat melaksanakan segala
perintah-Nya dan menghentikan segala larangan-Nya.
Dari doa ini dapat
dipahami juga bahwa orang-orang yang beriman selalu berusaha melaksanakan
perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya setelah mereka
mendengar, memahami perintah dan larangan itu. Dalam pada itu mereka sadar
bahwa mereka seorang manusia yang tidak sempurna, tidak luput dari
kekurangan-kekurangan. Sekalipun hati dan jiwa mereka telah berjanji akan
melaksanakan perintah dan larangan Allah setelah mendengar dan mmahaminya
tetapi tanpa mereka sadari, mereka sering tersalah, lupa dan lalai, sehingga
mereka mengabaikan perintah dan larangan itu. Sekalipun mereka telah mengetahui
bahwa Allah swt. tidak akan menghukum manusia karena tersalah, lupa dan lalai,
tetapi orang-orang yang beriman merasa dirinya wajib memohon ampun dan bertobat
kepada Allah, agar Allah swt. tidak menghukumnya karena perbuatan yang demikian
itu.
Pengaruh iman yang
demikian tampak pada tingkah laku sifat-sifat, tindakan dan perbuatan mereka.
Semuanya itu dijuruskan dan diarahkan ke jalan yang diridai Allah. Hal ini
dipahami dari pernyataan mereka: "Hanya kepada Engkaulah kami
kembali."
Pernyataan ini
mengungkapkan hakekat hidup manusia yang sebenarnya, menggariskan pedoman hidup
dan tujuan akhir yang harus dicapai oleh manusia.
2.
Ayat ini menerangkan bahwa dalam mencapai tujuan hidup itu
manusia diberi beban oleh Allah swt. sesuai kesanggupannya, mereka diberi
pahala lebih dari yang telah diusahakannya dan mendapat siksa seimbang dengan
kejahatan yang telah dilakukannya.
Dengan ayat ini
Allah swt. mengatakan bahwa seseorang dbebani hanyalah sesuai dengan
kesanggupannya. Agama Islam adalah agama yang tidak memberati manusia dengan
beban yang berat dan sukar. Mudah, ringan dan tidak sempit adalah asas pokok
dari agama Islam.
Allah berfirman:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
Artinya:
....dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.... (Q.S
Al Hajj: 78)
Dan firman Allah
swt.:
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا (28)
Artinya:
Allah hendak
memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S An
Nisa': 28)
Dan firman-Nya
pula:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Artinya:
Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.... (Q.S Al Baqarah:
185)
Kemudian Allah
swt. menerangkan hasil beban yang telah dibebankan dan dilaksanakan oleh
manusia, yaitu amal saleh yang dikerjakan mereka, maka balasannya akan diterima
dan dirasakan oleh mereka berupa pahala dan surga. Sebaliknya perbuatan dosa
yang dikerjakan oleh manusia, maka hukuman karena mengerjakan perbuatan itu
akan dirasakan dan ditanggung pula oleh mereka, yaitu siksa dan azab di
neraka.
Ayat ini mendorong
manusia agar mengerjakan perbuatan yang baik serta menunaikan
kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh agama.
Ayat ini memberi
pengertian bahwa perbuatan baik itu adalah perbuatan yang mudah dikerjakan
manusia karena sesuai dengan watak dan tabiatnya, sedang perbuatan yang jahat
adalah perbuatan yang sukar dikerjakan manusia karena tidak sesuai dengan watak
dan tabiatnya.
Manusia dilahirkan
dalam keadaan fitrah yang suci dan telah tertanam dalam hatinya jiwa
ketauhidan. Sekalipun manusia oleh Allah swt. diberi persediaan untuk menjadi
baik dan persediaan menjadi buruk, tetapi dengan adanya jiwa tauhid yang telah
tertanam dalam hatinya sejak ia masih dalam rahim ibunya, maka tabiat ingin
mengerjakan kebajikan itu lebih nyata dalam hati manusia dibanding dengan
tabiat ingin mengerjakan kejahatan.
Adanya keinginan
yang tertanam pada diri seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang baik
akan memberikan kemungkinan baginya untuk mendapat jalan yang mudah dalam
mengerjakan pekerjaan itu apalagi bila ia berhasil dan dapat menikmati usahanya
itu, maka dorongan dan semangat untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain
semakin bertambah pada dirinya.
Segala macam
pekerjaan jahat adalah pekerjaan yang bertentang dan tidak sesuai dengan tabiat
manusia. Mereka melakukan perbuatan jahat pada mulanya adalah karena terpaksa.
Bila ia mengerjakan perbuatan jahat, maka timbullah pada dirinya semacam rasa
takut, selalu khawatir akan diketahui oleh orang lain. Perasaan ini akan
bertambah setiap melakukan kejahatan. Akhirnya timbullah rasa malas, rasa
berdosa pada dirinya dan merasa dirinya dibenci oleh orang lain.
البر حسن الخلق والإثم ما حاك في صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس
Artinya:
Kebaikan itu
adalah budi pekerti yang baik, dan dosa itu adalah apa-apa yang tergores di
dalam hatimu sedang engkau tidak suka orang lain mengetahuinya.
(HR Muslim)
Kesukaran yang
timbul akibat perbuatan jahat ini akan bertambah terasa oleh manusia bila ia
telah mulai menerima hukuman langsung atau tidak langsung dari perbuatannya
itu.
Dari ayat ini juga
dipahami pula bahwa seseorang tidak akan menerima keuntungan atau kerugian
disebabkan perbuatan orang lain; mereka tidak akan diazab karena dosa orang
lain. Mereka diazab hanyalah karena kejahatan yang mereka lakukan
sendiri.
Allah swt.
berfirman:
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (39)
Artinya:
(Yaitu) bahwasanya
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S An Najm:
38-39)
Termasuk usaha
manusia ialah anaknya yang saleh yang mendoakannya, sedekah jariyah yang
dikeluarkannya dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat yang diajarkannya.
إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث : ولد صالح يدعو له أو صدقة جارية أوعلم ينتفع به
Artinya:
Apabila seseorang
telah meninggal dunia, putuslah (pahala) amalnya kecuali tiga hal, yaitu anak
yang saleh yang mendoakannya, sedekah jariah, dan ilmu yang bermanfaat. (HR
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Setelah Allah swt.
menerangkan sifat orang-orang yang beriman dan menyebutkan karunia yang telah
dilimpahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, yaitu tidak membebani hamba dengan yang
tidak sanggup mereka kerjakan, maka Allah swt. mengajarkan doa untuk selalu
dimohonkan kepada-Nya agar diampuni dari segala dosa karena mengerjakan
perbuatan terlarang disebabkan lupa atau tersalah.
Allah swt.
mengajarkan doa kepada hamba-hamba-Nya bukanlah sekedar untuk dibaca dan
diulang-ulang lafaznya saja, melainkan maksudnya ialah agar berdoa itu dibaca
dengan tulus ikhlas dengan sepenuh hati dan jiwa, di samping melakukan segala
perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya, sesuai dengan kesanggupan hamba itu
sendiri.
Doa erat
hubungannya dengan tindakan dan perbuatan. Tindakan dan perbuatan erat pula
hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Sebab itu orang yang berdoa belumlah dapat
dikatakan berdoa, bila ia tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang harus
dikerjakan serta menjauhi larangan yang harus dihentikannya. Ia bertindak,
berbuat dan beramal haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan itu. Ada amal yang
sanggup dikerjakannya dan ada amal yang tidak sanggup dikerjakannya, ada amal
yang dikerjakan dengan sempurna dan ada pula amal yang tidak dapat dikerjakan
dengan sempurna. Untuk menyempurnakan kekurangan ini, maka Allah swt.
mengajarkan doa kepada hamba-Nya. Dengan perkataan lain doa itu menyempurnakan
amal yang tidak sanggup dikerjakan dengan sempurna.
Dari doa yang
diajarkan Allah swt. itu dipahami bahwa pada hakekatnya perbuatan terlarang
yang dikerjakan karena lupa atau tersalah ada juga hukumannya dan hukuman itu
ditimpakan kepada pelakunya. Karena itu Allah swt. mengajarkan doa tersebut
kepada hamba-Nya agar dia terhindar dari hukuman itu.
Setelah Allah swt.
mengajarkan doa kepada hamba-Nya supaya ia mohonkan ampunan kepada Allah dari
segala perbuatan yang dilakukannya karena lupa dan tersalah, maka Allah swt.
mengajarkan doa yang lain untuk memohon agar ia tidak diberati beban yang berat
sebagaimana yang telah dibebankan Allah swt. kepada orang-orang dahulu.
Misalnya kepada Bani Israil pernah dibebankan kewajiban untuk memotong bahagian
pakaian yang kena najis, dan membayar zakat seperempat dari jumlah harta, dan
sebagainya. Kemudian Allah juga mengajarkan doa untuk memohon kepada-Nya agar
ia tidak diberati beban yang tidak sanggup dilaksanakannya.
Doa ini merupakan
kabar gembira dari Allah swt. kepada Nabi saw. dan orang yang mengikutinya,
bahwa agama yang dibawa Nabi saw. adalah agama yang mudah, tidak sempit, tidak
sulit, bahkan memudahkan bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Di antara doa
orang-orang yang beriman ini ialah yang berbunyi sebagai berikut: "Ya
Allah, hapuskanlah bekas-bekas kesalahan kami, baik yang telah diampuni maupun
yang belum dan janganlah kami diazab karena dosa perbuatan yang telah kami
kerjakan, janganlah kami disiksa karenanya, berilah kami taufik dan hidayah
dalam segala perbuatan kami, sehingga kami dapat melaksanakan perintah-perintah
Engkau dengan mudah."
Pada
akhir ayat ini Allah mengajarkan agar memanjatkan doa kepada-Nya, memohon
pertolongan-Nya dalam menghadapi orang-orang kafir. Pertolongan yang dimohonkan
di sini ialah pertolongan agar mencapai kemenangan. Yang dimaksud kemenangan
ialah kemenangan dunia dan akhirat, bukan semata-mata kemenangan dalam
peperangan.