Keutamaan Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah pada Waktu
Malam
Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu
malam, maka ia akan diberi kecukupan. Sebagian ulama ada yang mengatakan, ia
dijauhkan dari gangguan setan.
Ada juga yang mengatakan, ia dijauhkan dari penyakit.
Ada juga ulama yang menyatakan bahwa dua ayat tersebut sudah
mencukupi dari shalat malam. Benarkah?
Dua ayat tersebut,
Allah Ta’ala berfirman,
آَمَنَ
الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ
وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا
إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا
تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)
وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا
إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا
تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)
Amanar-rasulu
bima unzila ilayhi min rabbihi wal-muminun
Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian juga orang-orang yang beriman.
Kullun amana billahi wa mala ikatihi wa kutubihi wa rusulih
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.
La nufarriqu bayna ahadin min rusulih
(Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasu-rasul-Nya,
Wa qalu sami’na wa a-ta’na ghufranaka rabbana wa ilaykal masir (285)
dan mereka berkata: Kami dengar dan taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan Engkaulah tempat kembali.
Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian juga orang-orang yang beriman.
Kullun amana billahi wa mala ikatihi wa kutubihi wa rusulih
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.
La nufarriqu bayna ahadin min rusulih
(Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasu-rasul-Nya,
Wa qalu sami’na wa a-ta’na ghufranaka rabbana wa ilaykal masir (285)
dan mereka berkata: Kami dengar dan taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan Engkaulah tempat kembali.
La
yukallifullahu nafsan illa wus’aha
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Laha ma kasabat wa alayha maktasabat
Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya, dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.
Rabbana la tu akhidhna in nasina au akhta’na
(Mereka berdo’a),”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.
Rabbana wa la tahmil alayna isran kama
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat
Hamaltahu alalladhina min qablina
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Rabbana wa la tuhammilna ma la taqata lanabih
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya.
Wa’fu anna, waghfir lana, warhamna
Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami,
Anta maulana fansurna alal-qaumil-kafirin (286)
Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Laha ma kasabat wa alayha maktasabat
Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya, dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.
Rabbana la tu akhidhna in nasina au akhta’na
(Mereka berdo’a),”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.
Rabbana wa la tahmil alayna isran kama
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat
Hamaltahu alalladhina min qablina
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Rabbana wa la tuhammilna ma la taqata lanabih
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya.
Wa’fu anna, waghfir lana, warhamna
Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami,
Anta maulana fansurna alal-qaumil-kafirin (286)
Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.
Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu
‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ
بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى
لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Siapa yang
membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan
diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)
Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan dua ayat
terakhir surat Al-Baqarah.
Para ulama menyebutkan bahwa siapa yang membaca dua ayat
terakhir surat Al-Baqarah, maka Allah akan memberikan kecukupan baginya
untuk urusan dunia dan akhiratnya, juga ia akan dijauhkan dari kejelekan.
Ada juga ulama yang mengatakan bahwa dengan membaca ayat
tersebut imannya akan diperbaharui karena di dalam ayat tersebut ada sikap
pasrah kepada Allah Ta’ala.
Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ayat tersebut bisa
sebagai pengganti dari berbagai dzikir karena di dalamnya sudah terdapat
do’a untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat. Lihat bahasan Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha
dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 400-401.
Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan bahwa makna hadits bisa jadi
dengan membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan mencukupkan dari shalat
malam.
Atau orang yang membacanya dinilai menggantungkan hatinya
pada Al-Qur’an.
Atau bisa pula maknanya terlindungi dari gangguan setan
dengan membaca ayat tersebut.
Atau bisa jadi dengan membaca dua ayat tersebut akan
mendapatkan pahala yang besar karena di dalamnya ada pelajaran tentang
keimanan, kepasrahan diri, penghambaan pada Allah dan berisi pula do’a
kebaikan dunia dan akhirat. (Ikmal Al-Mu’allim, 3: 176, dinukil
dari Kunuz Riyadhis Sholihin, 13: 83).
Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa maksud dari memberi
kecukupan padanya –menurut sebagian ulama- adalah ia sudah dicukupkan dari
shalat malam. Maksudnya, itu sudah pengganti shalat malam.
Ada juga ulama yang menyampaikan makna bahwa ia dijauhkan
dari gangguan setan atau dijauhkan dari segala macam penyakit. Semua makna
tersebut kata Imam Nawawi bisa memaknai maksud hadits. Lihat Syarh
Shahih Muslim, 6: 83-84.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan tentang
keutamaan dua ayat tersebut ketika dibaca di malam hari, “Ketahuilah para
ikhwan sekalian, kedua ayat ini jika dibaca di malam hari, maka akan
diberi kecukupan.
Yang dimaksud diberi kecukupan di sini adalah dijaga dan
diperintahkan oleh Allah, juga diperhatikan dalam do’a karena dalam ayat
tersebut terdapat doa untuk maslahat dunia dan akhirat.” (Ahkam
Al-Qur’an Al-Karim, 2: 540-541).
Semoga bisa mengamalkan untuk membaca dua ayat terakhir
Al-Baqarah ini mulai dari malam ini.
Semoga kita meraih kebaikan dan keberkahan.
Semoga Allah
memberi taufik.
Referensi:
Ahkam Al-Qur’an Al Karim. Cetakan pertama tahun 1428 H. Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul Wathan.
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama tahun 1433 H.
Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadhis Shalihin. Cetakan pertama tahun 1430 H.
Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Kunuz Riyadhis Sholihin. Cetakan pertama tahun 1430 H. Prof. Dr. Hamad bin Nashir bin
‘Abdurrahman
Al-‘Ammar. Penerbit Dar Kunuz Isybiliyya. Nuzhah Al-Muttaqin.
Cetakan pertama tahun 1432 H. Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dkk. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Al-‘Ammar. Penerbit Dar Kunuz Isybiliyya.
Cetakan pertama tahun 1432 H. Prof. Dr. Musthafa Al-Bugha dkk. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar