Jumat, 16 Oktober 2009

Apa Artinya Amal Tanpa Keikhlasan ............

Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany - Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany, hari Selasa bulan Sya’ban tahun 545 H di Madrasahnya

Belajarlah, lalu amalkan, dan ikhlaslah dalam beramal, hingga anda bisa tajrid (menepiskan) makhluk dari hatimu. “Katakankan: “Allah”. Lalu tinggalkan mereka dalam kesesatanannya mereka bermain.” (Al-An’aam: 91)

Seperti ungkapan Nabi Ibrahim as:
“Sesunggunya mereka itu musuh bagiku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Asy-Syu’ara’: 77)

Hindari makhluk (dari hatimu) dan singkirkan mereka sepanjang mereka membuatmu berbahaya. Bila tauhidmu sudah benar dan kotoran syirik keluar dari hatimu, baru anda bergaul dengan mereka dan memberikan manfaat pada mereka melalui pengetahuan dan petunjuk menuju Pintu Tuhan mereka Azza wa-Jalla.

“Kematian” diri seorang Ulama’ Khos adalah mati dari totalitas makhluk Allah, yaitu kematian hasrat dan ikhtiarnya sendiri. Jika seseorang benar dalam kematian ini, benar pula hidupnya yang abadi bersama Allah Azza wa-Jalla. Maka pada saat itlah anda merasakan betapa kematian lahiriyah hanya sejenak belaka, seperti ketaksadaran dalam tidur, lalu bangun.

Bila anda ingin meraih kematian ini, anda harus meraih inti ma’rifat dan taqarrub serta tidur di hamparan Al-Haq Azza wa-Jalla, hingga dirimu diraih oleh Tangan Rahmat dan Anugerah, lalu anda hidup dalam keabadian. Karena nafsu butuh makanan, qalbu juga butuh makanan, begitu pula rahasia qalbu juga butuh makanan. Di sinilah Nabi saw, bersabda:
“Aku sebenarnya berlindung pada Tuhanku, lalu Dia memberi makan dan minum kepadaku.” (Hr Ahmad)

Yakni makanan rahasia maknawi, yang dimakan oleh ruhku yang ruhani, lalu Dia memberi konsumsi dengan makanan yang spesial padaku.
Pada awalnya menanjak dengan lahiriyahnya dan qalbunya, setelah itu lahiriyahnya terhadang dan hatinya yang menanjak serta rahasia hatinya, baru beliau hadir di tengah publik manusia. Begitu pula para pewaris Nabi saw, yang secara hakiki memadukan antara ilmu, amal, keikhlasan dan pendidikan terhadap makhluk.
Wahai kaum Sufi, makanlah dan minumlah dari sisa-sisa mereka…! Wahai orang yang mengaku berpengetahuan. Apa artinya pengetahuan tanpa amaliah, dan apa artinya amal tanpa keikhlasan, karena amal tanpa ikhlas ibarat jasad tanpa ruh.

Tanda keikhlasan anda, manakala anda tidak menengok lagi pada pujian makhluk, juga tidak terpengaruh oleh cacian mereka, bahkan tidak berharap pada jasa makhluk. Bahkan anda melakukannya demi menegakkan Hak Ketuhanan. Anda beramal bagi Sang Pemberi nikmat, bukan demi nikmatNya. Hanya bagi Sang Pemilik, bukan pada milikNya. Bagi Yang Haq, bukan pada yang batil.

Apa yang ada di sisi makhluk hanyalah kulit, sedangkan isinya ada pada Tuhan Azza wa-Jalla. Jika kejujuran hatimu dan ikhlasmu benar bagiNya, dan wukufmu di hadapan Rabb benar, Allah memberi konsumsi dirimu dari minyaknya isi tersebut. Dan anda diperlihatkan isi sejati, dan rahasianya rahasia, maknanya makna, maka saat itulah anda lepas dari segala hal selain Allah swt.

Lepas telanjang hanya di hati bukan di fisik. Zuhud itu bagi hati, bukan jasad. Berpaling itu hanya pada batin, bukan pada dzohir. Memandang itu pada makna-maknanya bukan pada kerangkanya. Memandnag itu pada Al-Haq Azza wa-Jalla, bukan pada makhluk. Yang urgen adalah bagaimana anda bersama Allah bukan bersama makhluk. Maka akhirat dan dunia sirna, lalu tanpa dunia dan tanpa akhirat. Tak ada selain Dia Azza wa-Jalla.

Maka, para pecinta menikmati kecintaannya bersama Allah Azza wa-Jalla, mereka adalah kalangan terpilih dari makhlukNya, disebabkan cobaan yang menimpa mereka secara fisik. Orang-orang syuhada’ adalah orang yang mati berperang akibat pedang orang kafir, dimana cobaan fisik menimpa mereka. Bagaimana dengan Syuhada’ yang mati karena pedang-pedang cinta?

Maksiat menyebabkan hancurnya bangunan-bangunan tembok dan fondasi agama. Maksiat telah menghancurkan negeri dan pasra hamba Allah. Anda juga demikian, ketika anda maksiat, maka fisikmu juga roboh, lalu merobohkan agamamu, karena anda mengalami kebutaan jiwamu, roboh dan sirnanya kekuatanmu. Lalu banyak sekali penyakit yang datang, membuat anda miskin, hartamu hancur, lalu anda meminta-minta pada kawan-kawan anda dan musuh anda.
Celaka anda wahai munafiq, jangan engkau khianati Allah azza wa-Jalla, karena anda mengamalkan untuk Allah Azza wa-Jalla, tetapi nyatanya untuk makhluk. Anda pamer pada mereka, bermunafiq pada mereka, mencari muka pada mereka, sedangkan anda lupa pada Tuhanmu Azza wa-Jalla. Dalam waktu dekat engkau keluar dari dunia dalam keadaan bangkrut.

Hai orang sakit! Anda mesti berobat, dan inilah obatnya. Obat itu tidak ada kecuali ada di tangan orang-orang saleh dari para hamba Allah Azza wa-Jalla. Ambillah obat dari mereka dan gunakan dengan benar, maka anda akan sembuh selamanya, bagi penyakit pikiranmu, hatimu, dan rahasia batinmu, bahkan bagi sunyimu bersama Tuhanmu Azza wa-Jalla. Lalu kedua matahatimu terbuka, dan anda memandang Tuhanmu Azza wa-Jalla. Maka jadilah anda tergolong pecinta yang menetap di PintuNya, yang tiada memandang kecuali hanya kepadaNya. Namun bagaimana hati yang diharubiru bid’ah bisa memandang Al-Haqq Azza wa-Jalla?

Wahai kaum sufi, ikutilah perintah Allah swt, jangan berbuat bid’ah. Berselaraslah denganNya dan jangan kontra. Taatlah padaNya dan ikhlaslah, jangan sampai kalian musyrik pada selainNya. Jalanlah menuju kepadaNya, jangan tinggalkan pintuNya. Mohonlah padaNya jangan mohon selainNya. Mohonlah pertolongan padaNya jangan pada lainNya. Tawakkallah padaNya jangan tawakal pada lainNya. Anda yang terpilih, serahkan jiwamu padaNya, ridholah atas aturanNya, lebih sibuklah untuk berdzikir padaNya disbanding meminta padaNya. Dalam firmanNya di hadits Qudsyi, Allah swt berfirman: “Siapa yang sibuk dengan dzikir kepada Ku, dibanding memohon pada Ku, Aku akan memberikan yang lebih utama dibanding apa yang Aku berikan pada orang yang meminta kepadaKu.” (Hr. At-Tirmidzy).

Siapa yang yang sibuk dengan dzikir kepadaNya dan hatinya remuk redam di hadapanNya, lebih ridho kepada pemberianNya, bahwa Allah mendampingiNya, itulah yang disebut oleh Allah Azza wa-Jalla:
“Akulah pendamping orang yang berdzikir padaKu.” (Hr. Al-Ajluny)
“Akulah berada di sisi orang yang remuk redam hatinya demi Aku.” (Hr. Az-Zubaidy)

Anak-anak sekalian….Dzikirmu padaNya, mendekatkan hatimu kepadaNya, dan engkau memasuki rumah taqarrubNya, anda jadi tamuNya. Tamu itu dihormati, apalagi tamunya sang Raja. Lalu sampai kapan anda sibuk dengan harta, demi harta, sedangkan dalam waktu dekat harta milikmu berpisah denganmu. Dalam waktu dekat anda masuk di akhirat, dan dunia seperti tak ada, dan yang ada hanya akhirat.
Kalian jangan lari dariku, karena aku tidak butuh kalian, tidak butuh manusia baik dari timur maupun barat.
Apa yang kukehendaki dari kalian, adalah demi kepentingan kalian. Jangan sampai anda berbuat bid’ah dalam agama Allah Azza wa-Jalla sedikit pun. Ikutilah mereka yang berpengetahuan dan mampu mempresentasikan nyata atas Kitab dan Sunnah, karena keduanya yang menghantar diri anda kepada Rabbmu Azza wa-Jalla. Kalau anda berbid’ah, maka buktimu hanyalah akal dan hawa nafsumu. Maka keduanya hanya akan menghantarmu ke neraka, mempertemukan anda pada Fir’aun, Haman dan pasukan - pasukannya.

Janganlah anda berebut bagian dariNya, hingga anda tidak diterima. Anda mesti masuk ke dalam rumah pengetahuan dan pendidikan, lalu mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Kalau anda bersama diri anda saja, tak dapat sesuatu pun, Anda harus menempuh pendidikan dan mengamalkannya tanpa orientasi duniawi. Jangan sampai dunia menjadi sesuatu anda tempuh, karena akan putus. Tempuhlah perjalananmu yang berguna.
Sesorang berdiri dan mengalami ekstase, dan berkata, “Apakah tak ada penghantar pengantin ini, hingga ada tabuhlah rebana?” Lalu ia berkata, “Sungguh cinta pemuda ada sebelum rebana…”.

Wahai anak-anak sekalian. Anda inginkan dan anda sampai pada ridho Tuhanmu Azza wa-Jalla. Sebab jika Dia Ridho padamu, Dia mencintaimu, dan anda tak peduli dengan susahnya rizki dalam hatimu, karena Allah azza wa-Jalla mendatangkan rizki padamu tanpa anda harus pusing, sibuk dan payah. Jadikanlah satu- satunya hasrat hatimu adalah Allah Azza wa-Jalla. Jika anda berbuat demikian, makaAllah menyelsaikan seluruh kesusahanmu. Kesusahanmu adalah apa yang anda hasrati. Jika hasratmu adalah akhirat, anda akan menyertainya. Jika hasratmu makhluk anda pun menyertai mereka. Jika hasratmu Allah Azza wa-Jalla, anda bersamaNya dunia dan akhirat.

Thursday, 24 September 2009 06:25
SufiNews.Com
http://www.sufinews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=489%3Aapa-artinya-amal-tanpa-keikhlasan&catid=81%3Apengajian-&Itemid=277&limitstart=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar