Selasa, 27 Oktober 2009

Rakyat dan Wakil Rakyat, jilid 2

Karena setiap hari mendapat kritik, maka lama-lama kuping para Wakil Rakyat generasi baru akhirnya panas juga. Maka digelarlah sidang paripurna yang membentuk Pansus penyelesaian Kedudukan Wakil rakyat terhadap rakyat.

Setelah bekerja siang-malam selama 3 bulan, dengan mengundang berbagai pakar dari dalam dan luar negeri, ijasah asli maupun ijasah beli, akhirnya Pansus ini berhasil menyelesaikan tugasnya dan melaporkan hasilnya dalam Sidang Paripurna yang diliput oleh seluruh media baik cetak, elektronik, maupun ghoib.

Berikut laporan Ketua Pansus:


"Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang saya cintai, telah lama kami para Wakil Rakyat, yang mewakili sudara-saudara di Parlemen, mendpat berbagai kritik. Intinya, kritik2 mengatakan bahwa sebagai Wakil Rakyat maka kami tidak boleh segala-galanya melebihi rakyat."

"Kritk ini telah terdengar dan beredar selama bertahun-tahun tanpa ada penyelesaian sehingga kami dianggap tuli. Oleh karena itu, kami para wakil rakyat yang baru memutuskan bahwa maasalah kedudukan ini harus segera diselesaikan, agar kepercayaan rakyat segera pulih", katanya.

Tepuk tangan membahana di ruang sidang maupun di rumah-rumah pemirsa TV dan pendengr radio. "Ini dia wakil rakyat idaman ".... "Hidup wakil rakyat periode baru " .... "Hidup Pemilu" .... dan berbagai teriakan lainnya terdengar di mana-mana.

" Saudara-sudara setanah air yang sangat kami cintai dan kami hormati ", lanjut Ketua Pansus, "Kami telah melakukan serangkaian kunjungan kerja ke berbagai negara, berdiskusi dengan puluhan pakar, mengadakan puluhan seminar, dan berbagai penjaringan aspirasi masyarakat lainnya. Akhirnya, Pansus mengakui bahwa apa yang menjadi pergunjingan masyarakat itu memang benar", tepuk tangan membahana lagi di seluruh Nusantara. "Oleh karena itu kami memutuskan bahw tidak selayaknya kami wakil rakyat berada di atas rakyat, melainkan harus di bawah rakyat, seperti Wakil Presiden di bawah Presiden, Wakil Bupati di bawah Bupati, dan para Wakil-wakil lainnya berada di bawah yang di wakilinya". Kembali tepuk tangan bergemuruh. Terdegar teriakan2 "Hidup Wakil Rakyat...hidup Wakil Rakyat...." di mana2.

"Saudara-saudara se Tanah Air yang saya cintai, kami dari Pansus menyimpulkan bahwa sesuai dengan standar para Wakil, kesejahteraan mereka rata2 80% dari yang di wakili, maka kami memutuskan bahwa demi rakyat Indonesia yang belum sejahtera, demi rakyat Indonesia yang masih miskin, maka tingkat kesejahteraan kami cukup 50% saja dari yang kami wakili. Kami tidak ingin lebih. Kami ingin yang kami wakililah yang harus dua kali lebih sejahtera dari kami". Kembali gemuruh tepuk tangan membahana di seluruh Indonesia. Rakyat bersuka ria. Mereka melihat masa depan negara yang lebih baik dan lebih cerah.

Kemudian Ketua Pansus melanjutkan laporannya, "Oleh karena itu, Pansus mengusulkan untuk disetujui dalam Sidang Paripurna ini, bahwa karena rata2 seorang Wakil Rakyat di sini mewakili 200 ribu rakyat, maka tingkat kesejahteraan yang kami usulkan adalah 50% kali 200 ribu, artinya kesejahteraan seorang Wakil Rakyat adalah 100 ribu kali seorang rakyat yang diwakilinya, kehormatan seorang Wakil rakyat juga 100 ribu kali kehormatan seorang rakyat, tidak boleh lebih, tidak boleh kurang"

Serentak terdengan suara membahana lagi " SETUJU........" dari ruang Sidang Paripurna dan diikuti suara ketokan palu yang sangat keras. Dan RUU Kedudukan Wakil Rakyat akhirnya diterima dengan aklamasi. Dan jadilah kesejahteraan Wakil Rakyat 100 ribu kali lebih besar dibandingkan kesejahteraan seorang rakyat.


Prof.Dr.Ir. marsudi W. Kisworo
marsudi.kisworo@gmail.com

*****************

Rakyat dan Wakil Rakyat, jilid 1



Di sebuah Sekolah Dasar sedang diterapkan sebuah mata pelajaran baru, yaitu PMWR alias Pelajaran Mengenal Wakil Rakyat. Kemudian si Guru memulainya dengan memberikan beberapa pertanyaan pada murid-muridnya.

Guru : "Bupati dan Wakil Bupati, manakah yang lebih tinggi dan harus dihormati ?"

Murid: "Bupati, Bu!!!"

Guru : "Gubernur dan Wakil Gubernur, manakah yang lebih tinggi dan harus dihormati?"

Murid: "Gubernur, Bu!!"

Guru : "Presiden dan Wakil Presien, manakah yang lebih tinggi dan harus dihormati?"

Murid: "Presiden, Bu!!"

Guru : "Rakyat dan Wakil Rakyat, manakah yang lebih tinggi dan harus dihormati?"

Murid: "Seharusnya sih Rakyat, Bu!!"

Guru : "Kok, pakai seharusnya?"

Murid: "Karena sekarang malah terbalik Bu guru."

Guru : "Bagus, terus tanda supaya kita kenal sama Wakil Rakyat kita bagaimana?"

Murid: "Yang pasti mereka suka warna abu-abu."

Guru : "Betul, terus apalagi?"

Murid: "Suka konspirasi politik"

Guru : "Demi apa?"

Murid: "Kepentingan, Bu!!"

Guru : "Tepat sekali, sering muncul dimana mereka?"

Murid: "Di televisi, Bu!"

Guru : "Karena apa?"

Murid: "Karena skandal dan kasus, Bu!!"

Guru : "Aduh, anak murid Ibu pinter-pinter, terus ciri Wakil Rakyat apalagi?"

Murid: "Pasti sering mendadak tajir, Bu!!"

Guru : "Darimana, kok bisa gitu?"

Murid: "Diam-diam kan nyolong, Bu. Kalau nggak ya dapat hibah gono-gini gak jelas."
Murid: "Dari yang pengin diuntungkan."

Guru : "Terus kan Wakil Rakyat sering mengadakan sidang, berapa tahun sekali?"

Murid: "Setiap hari, Bu!!"

Guru : "Kok bisa, alasannya?"

Murid: "Kan biar dapat tunjangan dan komisi rapat."

Guru : "Biasanya yang dibahas apa?"

Murid: "Nggak ada Bu, masuk telinga kiri keluar telinga kanan."

Guru : "Jadi Rakyat dengan Wakil Rakyat, yang mana bosnya?"

Murid: "Ya, semestinya Rakyat dong, Bu!!"

Guru : "Kenapa semestinya?"

Murid: "Karena aneh, Bu!"

Guru : "Aneh kenapa?"

Murid: "Masak bos kekurangan beras di rumahnya, Bu! Sedangkan Wakilnya malah asik impor beras. Nimbun juga bisa kali, Bu."

Guru : "Bagus-bagus, ternyata sebelum diajari kalian sudah banyak tahu tentang Wakil Rakyat ya."

Murid: "Iya dong Bu, kan sudah jadi bukan rahasia lagi. Rakyat sudah banyak yang tahu, Bu."

Guru : "Sudah banyak yang tahu mengapa asik ongkang-ongkang kaki di Parlemen?"

Murid: "Kan,nggak tahu malu, Bu."


http://ketawa.com/humor-lucu/det/6034/rakyat_dan_wakil_rakyat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar