Rabu, 14 Oktober 2009

WHO IS POOR AND WHO IS RICH?

Sore tadi sebelum buka puasa, saya berdiskusi dengan teman tentang buku terbaru yang sedang dia tulis. Beliau berkisah bahwa dua bulan yang lalu beliau pergi ke Singapura. Di suatu tempat, dia melihat orang sedang membaca buku di Kinokuniya sambil menangis. Kemudian dia mendekati orang tersebut dan bertanya, apa gerangan yang terjadi. Ternyata dia sedang membaca buku yang inti ceritanya mengisahkan seseorang yang awalnya sangat susah dan miskin, tapi melalui banyak perjuangan dan tantangan serta hinaan, akhirnya dia menjadi sukses. Dari peristiwa itulah dia mendapat inspirasi untuk menulis buku karya terbarunya dengan topik dan bahasan yang sangat memotivasi, yang beliau himpun dengan mewawancarai sosok teladan di negeri kita, dan akan menyajikan success story mereka untuk kita. Hmm, pasti luar biasa.

Dari diskusi di atas, saya pun kembali teringat sebuah kisah yang saya ingin sampaikan kepada sahabat semua beberapa waktu yang lalu, namun timbul dan tenggelam seiring riuh gelombang kehidupan. Dan akhirnya sekarang mendapat momentum untuk menyajikannya di sini.

Berikut kisahnya…

***

One day, the father of a very wealthy family took his son on a trip to the country with the express purpose of showing him how poor people live.

They spent a couple of days and nights on the farm of would be considered a very poor family.

On their return from their trip, the father asked his son, “How was the trip?”.

“It was great, Dad.”

“Did you see how poor people live?”, the father asked.

“Oh yeah”, said the son.

“So, tell me, what you learned from the trip?”, asked the father.

The son answered, “I saw that we have one dog and they have four. We have a pool that reaches to the middle of our garden and they have a creek that has no end…”

“We have imported lanterns in our garden and they have the stars at night. Our patio reaches to the front yard and they have the whole horizon. We have a small piece of land to live on and they have fields that go beyond…”

“We have servants who serve us, but they serve others. We buy our food, but they grow theirs. We have walls around our property to protect us; they have friends to protect them…”

The boy’s father was speechless, then his son added, “Thanks Dad for showing me how poor we are…”

***

Sahabatku, bukankah kisah di atas menunjukkan kepada kita sebuah perspektif yang menakjubkan dalam menilai suatu keadaan; yang membuat kita sadar apa yang akan terjadi jika kita bersyukur atas segala yang kita miliki, alih-alih mencemaskan dan meratapi sesuatu yang tidak kita miliki…

Sahabat-sahabatku, hargailah semua yang kita miliki, dari yang paling sederhana hingga sesuatu yang kita anggap sangat berharga. Janganlah kita menjadi sombong oleh sebab banyaknya materi atau tingginya jabatan yang kita miliki, karena sesungguhnya—dengan perspektif yang berbeda—betapa miskinnya kita…

Bagi yang merasa miskin, janganlah gundah gulana, dan menganggap Tuhan tidak adil oleh sebab sesuatu yang tidak kita miliki, apalagi sampai sirna rasa syukur kita—karena sesungguhnya andalah orang yang paling kaya.

Sahabatku, dari kisah di atas, kita tahu bahwa semua dari kita hidup dengan karunia yang lengkap. Hanya saja kita lebih sering memandang yang lain lebih beruntung, lebih bahagia dan lebih segala-galanya. Jika saja kita pandai bersyukur, sesungguhnya kitalah orang yang paling kaya…

http://agusriyanto.wordpress.com/2009/09/18/who-is-poor-and-who-is-rich/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar