Jumat, 16 Oktober 2009

Memenuhi Harapan, Mengikuti Mimpi


Sebelum saya mulai praktek kedokteran, saya sering mengalami mimpi aneh yang sama.

Setiap kali, ketika saya terbangun dari mimpi, saya masih dapat mengingat setiap detail dari mimpi itu dengan jelas.

Awalnya saya tidak begitu memikirkannya. Seiring berjalannya waktu, mimpi ini mulai makin dan makin sering terjadi dan selalu sama. Saya mulai berpikir mengapa saya terus mengalami mimpi ini dan apa artinya.


Beberapa waktu kemudian, ketika saya harus memilih antara pergi ke sekolah kedokteran atau menjadi musisi profesional, mungkin bawah sadar saya sedang bekerja, saya memilih sekolah kedokteran tanpa ragu-ragu. Yang mengejutkan, sejak hari itu, saya sudah tidak bermimpi ini lagi, tapi berbagai pemandangan mengejutkan dalam mimpi itu tertanam dalam ingatan saya.

Dalam mimpi itu, saya melarikan diri bersama istri dan putra saya saat kekacauan perang. Saya membawa banyak barang. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan banyak prajurit yang terluka dan pengemis yang menyedihkan. Beberapa dari mereka kehilangan kaki atau lengan, beberapa dari mereka berdarah-darah karena kepalanya terluka. Mereka mengulurkan tangan ke arah saya sambil menangis, "Dokter! Dokter! Tolong saya! Tolong!" Mengabaikan mereka semua, saya terus lari dalam kepanikan. Saya hanya berharap meninggalkan tempat ini secepat mungkin dengan keluarga saya. Namun kaki saya terasa berat, dan di dalam hati saya tahu bahwa saya telah membiarkan orang-orang yang membutuhkan saya.

Sekarang ketika saya berpikir tentang semua pasien yang saya miliki sejak pertama kali saya membuka klinik dua belas tahun yang lalu, sepertinya kebanyakan dari mereka dikirim ke saya secara misterius. Saya merasa berkewajiban meringankan penderitaan fisik mereka dan mengurangi penderitaan emosional mereka.

Suatu hari seorang pasien baru datang ke klinik saya dan tiba-tiba ia membuat saya mengerti apa yang dimaksud mimpi lawas itu. Mimpi itu, sebuah teka-teki yang telah membingungkan saya begitu lama, sudah terpecahkan sepenuhnya secara kebetulan.
Barbara datang mengunjungi kerabatnya dan melakukan tamasya. Pada malam setelah kedatangannya, ia tidur dengan jendela terbuka. Dia lelah karena perjalanannya. Dia juga punya banyak stres waktu itu. Keesokan harinya ketika ia bangun, ia mendapati wajahnya benar-benar lumpuh. Dia tidak bisa menutup mata atau pun mulutnya. Ia menjadi sangat ketakutan. Saudaranya, Sue, yang adalah pasien saya, segera membawa Barbara ke klinik saya.

Segera setelah saya melihat Barbara, ia mengingatkan saya pada wajah bengkok dalam mimpi saya. Saya terkejut dan melangkah mundur secara otomatis. Lalu saya menenangkan diri dan menyadari bahwa apa pun jenis takdir pertemuan ini, saya tidak dapat melarikan diri lagi. Saya mulai mengobatinya. Saya hanya menempatkan jarum di dua titik akupunkturnya sebelum bengkak di wajahnya mulai mereda tepat di depan mata kami. Sakit yang berdenyut-denyut di belakang telinganya juga menghilang. Wajahnya perlahan-lahan kembali normal dan kerutan di dahinya akhirnya bisa terlihat. Dia bisa memejamkan mata sedikit dan perlahan-lahan menggerakkan sudut bibirnya. Dia mampu menghentikan air liur yang mengalir keluar dari mulutnya. Menyaksikan semua perubahan ini yang terjadi begitu cepat dan ajaib, dalam kegembiraan, adiknya Sue menitikkan air mata.

Barbara terus menatap saya dan tiba-tiba berkata, "Katakanlah, anda tampak begitu familiar. Saya rasa saya pernah bertemu anda di suatu tempat sebelumnya."
"Bagaimana bisa mungkin?" Sue menyela. Dan kemudian ia berpaling kepada saya dan bertanya, "Apakah anda pernah ke South Carolina?"
Saya tidak menjawab pertanyaannya. Saya berpikir sendiri, "Dalam mimpi itu saya berlari begitu cepat sehingga anda tidak bisa mengejar saya."

Saya tahu bahwa ketika saya berlari untuk nyawa saya dan tidak menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan orang lain di masa lampau, saya harus memiliki banyak utang yang tak bisa dilunasi. Kini saya membayar hutang saya, sedikit demi sedikit. (sc/bud)

Dr. Yu Lin / Secret China
Jumat, 16 Oktober 2009
http://erabaru.net/kehidupan/41-cermin-kehidupan/5983-memenuhi-harapan-mengikuti-mimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar