Minggu, 18 Oktober 2009

Siapa Sejatinya Pengikut Ahlul bait Nabi saw ?

Berikut ini akan saya sebutkan dua riwayat hadis yang menarik kita renungkan.
Dewasa ini tidak sedikit kaum muslimin mengecam orang-orang yang menisbatkan dirinya sebagai pengikut Ahlul bait Nabi saw. Karena mereka tidak tahu siapa sejatinya pengikut Ahlul bait (sa)? Orang mudah mengaku sebagai pengikut Ahlul bait (sa), tapi ia belum tentu sebagai pengikut Ahlul bait (sa) sebagimana mereka yang mengaku pengikut Salafush sholeh, belum tentu mereka pengikut mereka yang sejati.

Sekiranya mereka pengikut Ahlul bait (sa) dan pengikut Salafush sholeh benar-benar sejati, tentu tak akan terjadi saling mengecam. Mengapa? Karena Ahlul bait Nabi saw dan Salafush sholeh adalah orang-orang yang dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya dan terpuji di sisi-Nya. Mana mungkin orang-orang yang terpuji dan dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya saling mengecam? Dan mana mungkin para pengikut orang-orang terpuji saling melaknat dan mengkafirkan? Kalau memang benar-benar pengikut sejati mereka tanpa kepentingan-kepentingan duniawi.

Dan mana mungkin hanya perbedaan pendapat bisa saling mengecam dan saling mengkafirkan? Tentu sebelum kita menisbatnya sebagai pengikut mereka, kita mesti meluruskan niat dan pemahaman tentang siapa Ahlul bait Nabi saw? Dan siapa Salafus Sholeh itu? Jangan-jangan mereka itu subtansi dan mishdaqnya sama. Hanya kita yang berbeda memahami mereka.

Agar di antara kita tidak salah memahami, maka pada kesempatan ini saya akan menyampaikan siapa sejatinya pengikut Ahlul bait Nabi saw. Berikut ini salah satu cirikhas pengikut Ahlul bait Nabi saw yang dikenal dengan istilah syiah Ahlul bait (sa):
Muhammad bin 'Ajlan berkata: Pada suatu hari aku bersama Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa), lalu datanglah seseorang dan mengucapkan salam.
Imam Ja’far (sa) bertanya kepadanya: Bagaimana saudara-saudaramu (pengikut Ahlul bait sa) di masyarakatmu?

Ia menjawab: Mereka akhlaknya bagus, prilakunya bersih, dan mereka sangat terpuji.

Imam Ja’far (sa) bertanya lagi: Bagaimana tentang kunjungan orang-orang yang kaya kepada fakir-miskin?

Ia menjawab: Sedikit sekali.

Imam Ja’far (sa) bertanya: Bagaimana tentang keperdulian orang-orang kaya terhadap fakir-miskin?

Ia menjawab: Sedikit sekali.

Imam Ja’far (sa) bertanya: Bagaimana tentang silaturrahmi orang-orang yang kaya kepada fakir-miskin dalam hal harta yang mereka miliki?

Ia menjawab: Engkau menanyakan akhlak yang sangat sedikit dilakukan di kalangan kami.

Imam Ja’far (sa) menjawab: Bagaimana mungkin mereka mengaku sebagai syiah Ahlul bait Nabi saw?

(Al-Wasail 6: 290, hadis ke 3)

Abu Ismail berkata: aku pernah bertanya kepada Imam Muhammad Al-Baqir (sa): Jadikan aku tebusanmu, para pengikut Ahlul bait (sa) di masyarakat kami banyak sekali. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) bertanya: Apakah yang kaya bersikap kasih sayang kepada yang fakir? Dan apakah orang yang berbuat baik memaafkan pada orang yang berbuat salah, dan di antara mereka saling menghibur? Aku menjawab: Tidak. Beliau berkata: "Bukan, mereka bukan syiah Ahlul bait (sa). Pengikut Ahlul bait (sa) melakukan hal itu."


(Al-Wasail 6: 299, hadis ke 4)

Jadi, tidaklah mudah menjadi syiah Ahlul bait (sa). Tak ubahnya pemuda yang mengaku dan menyatakan cinta kepada seorang yang gadis yang cantik nan suci dan sebaliknya, tapi sayang cintanya ditolak karena tidak memenuhi persyaratan.

Jika demikian, maka yang dikecam dan dikafirkan oleh sebagian kaum muslimin itu adalah bukan syiah Ahlul bait (sa). Juga yang mengecam dan mengkafirkan itu bukan pengikut Salafush sholeh? Lalu siapa mereka itu? Carilah jawabannya dalam diri kita masing-masing. Karena kita sendiri yang lebih mengetahui kualitas diri kita. Adapun kepastian kualitas diri kita pasti akan diungkap di Mahkamah Ilahi di hadapan Allah dan Rasul-Nya serta Ahlul baitnya (sa). Dan kita menyaksikan kualitas diri masing-masing.

Karena itu, dalam doa-doa yang diajarkan oleh Rasullah saw dan Ahlul baitnya (sa) adalah kalimat singkat yang sangat menarik kita renungi, yaitu:
“Ya Allah, jangan ungkapkan rahasiaku di hadapan para saksi, dan jangan permalukan daku di hadapan mereka.”

Selamat Mentafakkuri dan Merenungi diri di bulan Ramadhan, bulan pengampunan dan penuh berkah. Semoga Allah swt mengampuni dosa-dosa kita, dan memberkahi hidup kita. Amin yâ Rabbal ‘alamîn.

Wassalam
Syamsuri Rifai

http://shalatdoa.blogspot.com
http://alfusalam.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=137:siapa-sejatinya-pengikut-ahlul-bait-nabi-saw&catid=49:akhlak&Itemid=54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar