Kamis, 29 Oktober 2009

Kadar Kesetiaan


Sedemikian tinggi dan mendalamkah seorang hamba Allah
mesti terbang dan melayang ke semesta ilmu dan kemuliaan?
Tidakkah manusia bisa bersikap wajar dan biasa-biasa saja?
Ataukah itu alibi untuk memaafkan kelemahan diri,
keterbatasan, dan kekurangannya dalam melakukan sesuatu?

Jangan dengarkan suaraku, karena suaraku buruk.
Dengarkanlah suara Tuhan…

Kalau suaraku buruk, orang justru akan sangat mengingatnya
karena tersiksa. Kalau suaraku agak bagus,
orang mengingatnya, tapi dengan kadar yang lebih rendah
dibanding ingatan terhadap suara buruk — sebab
kecengengan manusia terhadap penderitaan cenderung
lebih besar dibanding rasa syukurnya terhadap kegembiraan.

Dengan ungkapan dan jawaban saya itu kenapa kau terpaku pada suaraku? Di situlah letak ketidakberhasilan yang saya maksud. Orang menikmati terangnya lampu tanpa mengingat kabel listrik. Orang menikmati makanan enak di warung dan tidak bertanya siapa nama orang yang memasaknya di dapur. Penyanyi, pembaca puisi, qari, pelukis, muballigh, penyampai ilmu, pembawa hikmah, atau fungsi-sungsi nilai apa pun, hanyalah ‘kabel listrik’.

Tidaklah senonoh kita menuntut orang untuk mengagumi kita sebagai kabel listrik, sebab yang sampai ke mereka adalah cahaya. Tukang listrik jangan kasih dan taruh lilitan kabel-kabel ke wajah orang. Kita para seniman, ulama, pengurus negara, pekerja sosial, fungsionaris-fungsionaris sejarah, di wilayah mana pun dari kehidupan umat manusia — wilayah mana pun dari kehidupan umat manusia — hanyalah pengantar cahaya, bukan cahaya itu sendiri. Seperti rembulan, kita hanya memantulkan cahaya matahari agar menimpa bumi. Terkadang kita malah merekayasa berlangsungnya gerhana matahari untuk mengantarkan kegelapan, tetapi sambil memobilisasi orang untuk mengagumi kita.

Seandainya pun sebagai rembulan kita setia memantulkan rahmat Tuhan ke bumi kehidupan manusia, yang kita andalkan untuk mendapatkan nilai bukanlah cahaya itu sendiri, melainkan kadar kesetiaan. (Emha Ainun Nadjib)

http://fadillahcinta.wordpress.com/2009/07/31/kadar-kesetiaan/#more-224

Tidak ada komentar:

Posting Komentar