Rabu, 07 Oktober 2009

Pengalaman Menjelang Kematian Dong Yipu : Kenyamanan yang Ditampilkan Dalam Penderitaan


"Damai, tenang, tanpa emosional, sangat seimbang, tapi ada perasaan cinta." Perasaan indah menjelang kematian membuat Dong Yipu semakin menyayangi jiwa kehidupanya. "Semua penderitaan adalah rancangan anugerah dari Tuhan!" Jalan satu putaran di pintu gerbang neraka kemudian kembali lagi, dia memiliki pemahaman baru terhadap penderitaan yang dialaminya sejak kecil.

Masuk ke dalam kelas yoga Dong Yipu di Taichung, bisa merasakan kesederhanaan yang tulus. buku-buku di sekeliling ruangan dan materi bertukar pengalaman, menunjukkan bahwa ini adalah sebuah ruang untuk berbagi pengalaman. Dan ibu tuan rumah ini memiliki latar belakang penderitaan yang luar biasa.

Dong Yipu semasa anak-anak, dia dikirim dari Ilan ke Keelung untuk mejadi anak angkat, sejak kecil ia adalah anak perempuan yang ditindas. "Ketika saya kecil, depan rumah adalah bukit, di belakang adalah sungai, di depan bukit adalah jalan kereta api ke Taipei, di belakang sungai adalah rel kereta api menuju ke Ilan, rumah orang tuanya di ujung rel kereta api sebelah sana, tapi saya tidak tahu di mana rumah saya.

Saya sering ke bukit melihat bentuk awan, memandang awan berubah, saya kemudian berimajinasi agar dewa yang berada di awan datang menolong saya. Kadang-kadang saya juga pergi ke kuil untuk mencari biarawati untuk berbicara, saya juga pernah berpikir untuk bunuh diri, namun segera ada ide lain yang masuk: “bunuh diri berdosa.” pada usia 25 saya dibaptis menjadai pengikut Katolik, beberapa waktu saya tinggal di Kaohsiung, dalam menghadapi penderitaan kehidupan, saya selalu meneteskan air mata di dalam gereja, dalam lubuk hati terus berteriak: “Tuhan Engkau di mana? Mengapa saya ditinggalkan ? "

Pertama Kali Mengalami Kematian dan Hidup Kembali

Ketika berumur sekitar 10 tahun, Dong Yipu sakit berat, demam tinggi tidak turun dan hampir mati. Pada saat itu tidak ada yang membawa dia ke rumah sakit, hanya menggunakan cara pengobatan herbal untuk membantu dia. Membiarkan Dong Yipu berbaring di tempat tidur, menghadapi sakit parah seperti itu. Tiba-tiba semua perasaan sakit lenyap, di sekeliling muncul ketenangan dan kedamaian yang tiada tara, adalah ketenangan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Dia menemukan dirinya sedang berada pada salah sudut plafon, sedang manatap dirinya di bawah yang berbaring di tempat tidur, tidak ada rasa takut, tidak ada rasa sakit, semua kekhawatiran hilang. Dia juga melihat dalam ruangan kamar, dia mendengar ibu angkatnya dan keluarganya sedang cemas berdiskusi bagaimana membantu untuk menurunkan demamnya.

Dia katakan pengalamannya dari plafon adalah "semacam hentian yang bahagia!" Itulah pertama kalinya dia berpengalaman merasakan pemisahan antara kesadaran dengan fisik tubuhnya menjelang kematian.

Orang lain bila mengalami satu kali pengalaman menjelang kematian sudah sangat aneh, namun Dong Yipu berkata ia sekurang-kurangnya sudah tiga kali mengalaminya, pengalaman yang lain adalah karena kecelakaan mobil, tapi dia katakan pengalaman paling sakral adalah saat dia berumur 40 tahun ketika dia melahirkan putra bungsunya waktu itu.

Saya Pernah ke Istana Jiwa Kehidupan yang Sempurna

Setelah Dong Yipu mengetahaui hamil lagi yang keempat, untuk mengurangi beban kehidupannya yang semakin berat, dia memutuskan untuk melakukan operasi steril. Operasi dijadwalkan akan dilakukan pada sehari setelah melahirkan, namun setelah kelahiran, terjadi pendarahan besar akhirnya sterilisasi terpaksa diundur sehari. Siapa sangka sterilisasi ini membuat dia melintasi pintu neraka sekali, juga telah membuka sebuah pintu jiwa kehidupan.

Dong Yipu masih ingat saat pisau operasi dokter membedah, ia segera dikelilingi oleh lingkaran cahaya yang sangat terang. Lingkaran cahaya itu membentuk pusaran terowongan yang sangat dalam dan sangat panjang, terus menerus menggulungnya ke arah lebih dalam. Di depan ada seberkas cahaya yang menarik perhatian Dong Yipu. Saat melaju ke depan menuju cahaya, suara nyanyian kitab Buddha mengiringinya dengan sangat harmonis, seakan akan setiap partikel cahaya semua sedang membacakan ayat-ayat kitab kepadanya, sungguh-sungguh belas kasih namun juga sakral. Pada saat yang sama, di depan matanya muncul banyak sekali gambar keramat yang belum pernah ia lihat sebelumnya!

Ia berkata: "Sebenarnya bukan melihat dengan mata, bukan mendengar dengan telinga, di sana saya tidak berbentuk fisik, tidak ada bahasa, hanya kesadaran mengalir, dengan mengikuti nyanyian kitab Buddha, gambar keramat tersebut terus berputar menyeret saya masuk. Berbagai macam gambar keramat yang saya rasakan, saya tahu bahwa itu termasuk peradaban kuno, gambar keramat peradaban kuno mirip seperti di India, Nepal dan Mesir. Nyanyian kitab Buddha dan gambar keramat ini tidak pernah saya lihat dalam seumur hidup saya , tidak pernah mendengarnya! Suaranya kedengaran sangat damai, tenang, tidak emosional, seimbang, tapi ada perasaan cinta."

Dong Yipu bermandikan sukacita seperti itu. Ia merasakan ini adalah pengembalian jati diri kehidupan yang terakhir, istana jiwa kehidupan yang sempurna. Tapi ketika muncul pikiran "Asal berhenti di sini, itu adalah yang kekal," kesadaran lain segera muncul dengan cepat: "Saya merasa seperti milik sana?" Dan begitu pikiran "milik" timbul, segera muncul kata-kata - "Tuhan tolonglah saya, Tuhan tolonglah saya ...!"

Ketika kesadarannya pulih kembali, dia mulai merasa sakit. Dibuka kedua matanya melihat lampu di atas meja operasi, baru menyadari "Rupanya saya termasuk di sini, saya adalah orang China, saya tinggal di Taiwan, saya berbahasa Mandarin, saya memiliki tubuh, saya baru melahirkan seorang anak laki-laki, saya adalah seorang ibu dari empat anak-anak ."

Ketika saya memutuskan untuk kembali untuk melanjutkan tanggung jawab saya yang belum selesai, Dong Yipu telah memasuki sebuah kehidupan yang diperbaharui! Ia berkata: "Saya menyadari bahwa nyanyian kitab Buddha itu telah menyucikan karma saya, dan gambar kramat adalah membantu saya belajar, menyebarkan ilmu pengetahuan dan informasi." Ketika kesadarannya pulih, dia menemukan mulutnya komat kamit, suaranya murni seperti malaikat, terus menerus mengulangi pesan dari langit: "Menjadi manusia adalah menderita, harus baik-baik kultivasi.” Setelah meninggal hidup kembali, sejak itu jiwa kehidupannya sudah berbeda.

Mengenali Bentuk Kehidupan

Sebelum mengalami pengalaman menjelang kematian, Dong Yipu pernah coba bunuh diri karena kecelakaan suaminya, dia merasa menderita dan sudah putus asa terhadap jiwa kehidupan, dalam pikirannya "Biarlah aku menjadi batu Gio yang pecah dari pada menjadi genteng yang utuh". Tapi setelah dia mengalami pengalaman menjelang kematian, ia bisa dengan tenang menghadapi ibu angkatnya yang memarahi suaminya, dia katakan: "Ma, jangan marahin dia lagi, hutang saya ke dia sudah lunas, sekarang saya sudah bebas.”

Dulu dia berkata kepada suaminya: “Dalam kehidupan sekali ini Anda menyusahkan saya, pada kehidupan nanti saya akan menagih hutang berlipat ganda ke Anda.” Namun setelah mengalami pengalaman menjelang kematian, konsepnya berubah, walupun akhirnya dia bercerai, namun dia juga memaafkan orang tersebut. Bahkan sampai sekarang, dia masih dengan susah payah membimbing dia “harus berbakti dengan baik, jangan merosot lagi.”

Dulu, Dong Yipu terus bepikir melepaskan penderitaan “menjadi manusia”, namun setelah pengalaman menjelang kematian, dia malah berkata: "Aku akan datang kembali." Walaupun sudah mengalami dunia yang lebih indah menjelang kamatian, bagaimana dia ingin datang ke dunia fana ini menderita? Dong Yipu mengatakan: "Orang yang pernah mengalami pengalaman menjelang kematian akan lebih menghargai jiwanya, dan akan lebih aktif menolong orang lain. Karena mereka merasakan perlu menyebarkan informasi yang dibawa kembali, dan berusaha untuk menyampaikan kepada yang tidak mengetahui kebenaran kehidupan.

Mengalami Perubahan

Perubahan Dong Yipu yang terbesar adalah perubahan yang sangat intuitif. Kadang-kadang dalam pikiran dia memikirkan seseorang, maka orang tersebut akan muncul dengan segera, seringkali mimpi yang dia alami juga menginspirasikan beberapa hal dalam kehidupan, atau ketika cahaya spiritual muncul jawaban yang diberikan persis adalah pemikiran pihak lawan, bahkan dirinya juga merasa kagum: "Mungkin ini karena pengalaman menjelang kematian, masuk ke dalam energi cahaya, dalam gudang pengetahuan lingkaran cahaya ini, langsung menerim masalah-masalah yang tidak diketahui, atau pesan kehidupan, maka inderanya menjadi sangat tajam, intuitif juga sangat kuat.

Seperti saya sendiri berada dalam kelompok belajar yang saya dirikan, kadang-kadang tidak membaca langsung berdiskusi, para anggota juga sangat terkejut mengapa saya belum membaca materi tapi semua isi sudah tahu bahkan sangat efektif. "

Kembali melihat penderitaan pada paruh hidup dulu, dia berpikir itu adalah proses yang mesti dilalui: "Saya adalah seorang anak angkat, ini merupakan pengaturan dan persiapan kehidupan. Saya pikir bila manusia tidak melalui proses penderitaan tidak akan dapat belajar. Karena saya memiliki semua jenis pengalaman, perkawinan, keluarga, perceraian, penderitaan, kecelakaan mobil yang tidak kurang dari lima kali ..., oleh sebab itu saya bisa melalui pengalaman ini dengan empati, dengan hati ini merasakan objek yang ingin saya bantu, memahami apa yang ingin mereka lukiskan.” Maka tidak heran Dong Yipu mengatakan "semua bentuk penderitaan adalah anugerah Tuhan!"

Dong Yipu yang mati kemudian hidup kembali adalah seorang guru Yoga yang penuh dengan kebijakan, ia membimbing kelas membaca, mendirikan kelompok spiritual, ada 4 orang anak dan seorang teman hidup yang baik dan mendukung dia, terhadap jiwa kehidupan,perumpamaan “setelah melewati pohon willow ini akan ada dusun lain”. Namun dia dengan ratio secara jelas memahami berharganya nilai kepolosan.

"Saya memiliki kehidupan yang sederhana, keinginan terhadap materi kurang. Mungkin sebagian orang berpikir bahwa tidak ada uang, bagaimana bisa hidup? Bagaimana bisa menyenangkan? Tapi saya banyak membentuk kelompok, saya tidak menyentuh uang, tidak mengurusi uang, biar dikelola oleh orang lain. Kotak amal pekerja voluntir ditempakan dalam ruang kelas saya, tapi saya tidak akan menyentuhnya, walaupun saya tidak memiliki uang, saya juga tidak akan menggunakannya untuk kepentingan pribadi. karena saya tahu bahwa di seluruh karma, karma kerakusan paling berat! Sederhana dan tahu puas itu adalah kebahagiaan, tidak ada yang lebih bahagia dan tenang."(Dajiyuan/lim)

Era Baru News Jumat, 31 Juli 2009
http://erabaru.net/kehidupan/41-cermin-kehidupan/3449-pengalaman-menjelang-kematian-dong-yipu-kenyamanan-yang-ditampilkan-dalam-penderitaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar