Rabu, 07 Oktober 2009

Memiliki Kemurahan Hati, Watak Dan Juga Moralnya Tinggi



Orang baik dalam dunia ini jika menemui masalah sering membicarakan taraf pemahaman dan kemampuan mengendalikan diri, sedang bagi seorang kultivator yang didiskusikan adalah bagaimana berkultivasi xinxing (moral).

Sesungguhnya, taraf kemurahan hati dari seseorang berhubungan sangat erat dengan xinxing atau taraf pemahaman dari seseorang. Manusia yang memiliki kemurahan hati, dengan sendirinya menjadi tinggi watak dan moralnya.

Jika bisa melaksanakan "Dipukul tidak membalas, dicaci tidak membalas", maka taraf alam pikiran yang sudah dicapai oleh orang tersebut sudah sangat tinggi, manusia hanya dengan jalan berkultivasi baru dapat mencapai taraf pikiran yang mulia.

Zaman dahulu, ada seorang anak muda yang bertabiat berangasan, dia pergi ke kuil Da De, Tiongkok, mencari biksu Yi Xiu untuk menanyakan pendapat cara berkultivasi.

Begitu kakinya menginjak masuk ke dalam pintu, dia langsung bergegas berkata kepada biksu Yi Xiu, "Guru, saya sudah bertekad bulat, mulai hari ini saya tidak akan bertengkar atau berkelahi dengan siapapun juga, walau ada orang yang meludahi diri saya, saya akan menghapusnya dengan diam-diam, mutlak tidak akan bertengkar dengan orang itu."

Setelah mendengar perkataan itu dengan tertawa biksu Yi Xiu menjawab, "Bagus sekali, akan tetapi ketika orang itu meludahi dirimu, Anda juga boleh tidak menghapusnya, biarkanlah ludah itu mengering secara alami di wajah Anda."

Mendengar perkataan ini dalam hati anak muda tersebut sulit menerima, lalu dia berkata, "Hal tersebut agaknya terlalu mempersulit orang! Membiarkan ludah penghinaan itu mengering dengan sendirinya di wajah kita, saya tidak memiliki kelapangan dada sedemikian besar!"

Setelah mendengar perkataan itu biksu Yi Xiu mengeleng-gelengkan kepala dan berkata, "Hal tersebut sedikitpun tidak sulit! Jika Anda sama sekali tidak berselisih dengan orang lain, dan orang tersebut masih tetap meludahi Anda, maka orang semacam ini pada dasarnya bagaikan seekor lalat. Anda lihatlah, lalat, salah satu jenis serangga ini sejak dulu hingga sekarang tidak tahu aturan, bertindak sewenang-wenang tanpa menghiraukan apapun, walaupun bagaimana Anda mencacinya juga tidak akan ada gunanya! Maka dari itu diludahi oleh manusia lalat semacam ini, sedikitpun tidak akan menjadikan suatu penghinaan, maka perlukah Anda marah demi orang yang tak berguna semacam ini?"

Setelah mendengarkan perkataan ini anak muda tersebut melanjutkan bertanya kepada biksu Yi Xiu, "Lalu bagaimana jika ada orang mengayunkan kepalan tangan memukul saya?"

Biksu itu menjawab, "Dengan sikap yang sama menghadapi hal tersebut!"

Tak disangka biksu Yi Xiu baru menyelesaikan ucapannya, satu pukulan telah dilayangkan oleh si pemuda tersebut. Dengan keras dipukulkan ke atas kepala plontos biksu Yi Xiu.

Dengan perasaan tidak setuju, anak muda ini memelototi biksu Yi Xiu, lalu bertanya, "Bagaimana? saya memukul Anda demikian, apakah Anda tidak marah?"

Seperti tidak terjadi apa-apa biksu Yi Xiu tertawa dan berkata, "Ha! Kepala saya ini keras bagaikan batu, Anda menggunakan tenaga yang begitu besar untuk memukul, saya khawatir tanganmu terluka! Sakitkah tanganmu?"

Anak muda ini melihat bahwa biksu guru tersebut sama sekali tidak mengekspresikan kemarahan, sikapnya sangat tenang dan anggun, sedikitpun tidak dibuat-buat. Menghadapi kemurahan hati seorang kultivator, saat itu anak muda ini menjadi canggung hingga tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

Saat itu anak muda ini baru mengerti, kelapangan dada dari biksu Yi Xiu beserta taraf pikiran dari seorang kultivator, yang sama sekali tidak sanggup dikejar oleh dirinya karena terlampau jauh tertinggal.

Kultivator yang benar-benar berkultivasi akan melepaskan semua nama dan kepentingan duniawi dan melihat permasalahan di tingkat yang tinggi.

Manusia umumnya tidak dapat memahami pikiran dan tindakan seorang kultivator. Hal itu disebabkan karena taraf pikirannya terpaut terlalu jauh, hanya dengan berjalan di atas jalan kultivasi barulah seseorang bisa menyadari akan prinsip tingkat tinggi, dan benar-benar meningkatkan taraf pikirannya sendiri. (The Epoch Times/lin)

Era Baru Selasa, 19 Mei 2009
http://erabaru.net/kehidupan/41-cermin-kehidupan/2406-memiliki-kemurahan-hati-watak-dan-juga-moralnya-tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar