Rabu, 16 Desember 2009

Kakakku,kakakmu, dan kakak mereka.

Suatu ketika, seorang kakak bertanya kepada adiknya yang hanya duduk termenung didepan komputernya. Sudah hamper dua minggu adiknya terduduk dan hanya memandangi layarnya. Tak sedikitpun kata dan huruf yang tertulis atau bahkan muncul dilayar komputernya. Dia hanya duduk,dan duduk didepannya tak bergerak.

“adik, ada apa denganmu? Kenapa selama ini kamu begitu sering duduk didepan computer tanpa pernah menulis sebaris katapun. “ kakak datang menghampiri adiknya yang hanya duduk didepan komputernya.

“tidak ada apa-apa kak. Aku hanya bingung. Bingung menulis apa.” Wajahnya masih tertunduk lesu.

“kenapa bingung dek, sebenarnya kakak ini sudah lama merindukan semua tulisan-tulisanmu mengenai sebuah perenungan kehidupan. Dimana orang jarang meliriknya, kamu malah menulisnya seolah ingin mengatakan bahwa sekecil apapun itu tetap harus diprediksikan didalam kehidupan ini.”

Mata lesu, sedih, dan kebingungan itu melihat kearah kakaknya sembari berkata “kak, bagaimana mungkin aku menulis sebuah renungan, motivasi, dan kenyataan kehidupan jika sumbernya data dari semua tulisanku membingungkan. Islam kak, Islam adalah sumber dari semua tulisanku. Sedangkan sekarang Islam membuatku bingung. Islam jaman sekarang semakin hari semakin membingungkan. Kemarin aku melihat bahwa satu golongan mengklaim kebenaran begitupun dengan golongan lainnya. Belum lagi sekarang Islam diputar balikkan seenak perutnya sehingga menjadi sesuatu yang bisa menghasilkan uang dan kedudukan. Ini belum termasuk perang hadist dimana satu golongan memegang penuh disatu yang lain malah menganggap sebuah kesalahan. Aku sudah belajar tauhid, tapi kali ini aku bingung kak. Islam sekarang membingungkanku.”

Sebuah kegundahan terlempar sempurna dari bibir yang lesu dan kering. Mata kakak berbinar ketika melihat sumber permasalahan dari kemurungan adiknya kini tergambar jelas sudah.

“Dek, kenapa kamu harus bingung tatkala melihat segala sesuatu diluar ambang batas penalaranmu. Hidup adalah sebuah konsekuensi dimana setiap diri anak adam akan dipertanyakan atas semua kehidupannya. Hari ini, Islam yang kamu sebut dengan Islam sekarang sebenarnya adalah Islam yang sama dengan masa Rasulullah dahulu. Sayangnya, manusia jaman sekarang hanya memperdulikan dirinya sendiri. Mereka berteriak takbir, tapi takbir untuk kelompoknya sendiri. Mereka membuat semua anak manusia bingung dengan berbagai argument dan istilah yang sebenarnya hanyalah sebuah permainan kata belaka. Adik kakak yang paling kakak sayangi, cobalah kamu lihat kekakakmu ini. Apa yang kamu lihat? Siapa kakakmu ini? Kakakmu kah? Atau hanya orang biasa?”

Adik memandang lekat-lekat kewajah kakaknya. Dilihatnya setiap sudut dan garis wajah kakaknya. Tenang dan damai rasanya hati seorang adik tatkala mendapat sebuah kasih sayang sempurna dari kakak tercinta. Adik mengangkat perlahan bibirnya lalu menjawabnya dengan nada sedikit bingung.

“kak, andaikata ada seorang bidadari yang turun ke bumi lalu menjelma manusia dan menemani adik, maka tentu kakaklah ia. Begitu bahagia hatiku tatkala mendapatkan segalanya dari seorang kakak sepertimu kak. Dan, kakak adalah kakakku, hanya untukku dan kakak adalah manusia sempurna. Yaitu manusia yang diciptakan sempurna sebagai manusia.” Mata adik berbinar. Seolah ada sebuah kebahagian yang terpendam didalamnya. Kebahagian yang tergambar lalu menggebu dari intonasi ungkapan kasih sayang.

Bibir kakak hanya tersenyum, menahan haru dan rintihan air mata bahagia. Begitulah sekiranya. “adindaku yang kakak sayang karena Allah. Sudi kiranya kamu mengikhlaskan atas apa yang baru saja tersebut dari bibirmu. Sesungguhnya kakakmu adalah milik semua orang. Semua orang yang berada disisi kakak. Tatkala kakak bekerja maka kakak adalah milik teman-teman kerja sekaligus tempat kerja kakak. Jika kakak dirumah maka kakak milik ayah, ibu, kamu dan semuanya yang mengisi rumah kita. Jika kakak berada di luar rumah maka kakak ini adalah milik tetangga kita sekaligus desa ini. Lalu hanya sebagian saja kakak menjadi milikmu. Benarkan?” sembari merangkul penuh kasih kakak tersenyum melihat wajah adik tercinta.

“begitupun Islam, dia datang dan turun kepada Nabi sebagai agama untuk seluruh alam. Bukan hanya milik kita yang Islam akan tetapi milik mereka semuanya yang bernama manusia. Hanya saja, tinggallah manusia itu ingin meyakini atau tidak. Wajar kan? Kalau setiap orang merasa dirinya memiliki Islam walaupun mereka tidak begitu memahaminya. Dan wajar juga bila saja mereka mengklaim bahwa Islamnya yang paling benar dan hanya untuk golongannya. Karena Islam adalah untuk semua manusia dimuka bumi sampai akhir dunia nantinya. Saat kamu sudah tidak ada lagi, maka bisa saja ada sebuah Islam yang lebih membingungkan. Bukankah setiap orang selalu ada kepentingan dengan keadaan sekitarnya.

Bukankah setiap orang selalu mencari sebuah pembenaran atas perbuatannya ?.
Bukankah hidup ini akan terasa indah pada saat kita bisa saling memahami?. Maka disitulah letak dirimu. Letak tulisan-tulisanmu. Memberikan sebuah titik putih diantara nila. Mungkin sedikit, tapi bukankah yang sedikitpun adalah sebuah keindahan tatkala ia menjadi sebuah bukit?
Teruslah menulis walaupun mereka membingungkanmu, karena Islam tidak membingungkan.”

Tetesan air mata berlinang, mengalir perlahan dengan lembut dari kedua mata adik. Adik tertunduk malu sekaligus merasa senang atas sebuah nasehat. Lagi dan lagi, kakak selalu hadir disaat yang dibutuhkan dan memberikan masukan yang menyejukkan. Keduanya berpelukan seolah melepas rasa kasih dan sayang yang tak bisa diungkapkan oleh tatapan, oleh kata-kata, dan oleh sebuah pergolakan emosi semata.

By yudimuslim

http://yudimuslim.multiply.com/journal/item/338

Tidak ada komentar:

Posting Komentar