Selasa, 08 Desember 2009

Nomor 1


Bismillaahi Ar-Rahmaani Ar-Rahiim

Berkata Rasulullah SAW: “Setiap amalan kebaikan yang tidak diawali dengan bismillaahi ar-Rahmaan ar-Rahiim maka amalan tersebut terputus”.


Bismillaahi Ar-Rahmaani Ar-Rahiim

Sudah beberapa minggu ini beberapa teman meminta saya untuk mengisi kolom di muslimdelft.nl, khusus untuk saya. Kolom ini memang ‘didekasikan’ untuk saya, tapi lama tidak sempat terisi. Menulis bagi saya sering menyenangkan, meski tergantung mood. Tapi saat ini - memang - sudah lama sekali saya tidak menulis.

Sekarang, “apa yang harus saya tulis?”. Saya membuka diary lalu menulis apa yang saya rasakan untuk dinikmati sendiri jauh lebih mudah dibandingkan menulis sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Sering manusia berpikir ia telah melakukan sesuatu yang baik buat orang lain. Tapi sering dalam jangka waktu yang cukup panjang, ia menjadi tersadarkan bahwa apa yang ia lakukan tidak memberi kebaikan apa-apa. Kemampuan analisis manusia memang terbatas; tidak lebih dari sejauh mata memandang. Apa yang tidak terlihat lebih banyak didekati dengan perasaan, prasangka, praduga, atau prediksi.

Tentu saja, Allah hanya melihat ikhtiar bukan hasilnya. Tapi … sebuah tapi yang tidak membuat semuanya menjadi serba permisif, ikhtiar macam apa yang telah dibuat manusia untuk kebaikan hidup? Seorang maling tidak sama dengan pedagang jujur, meski sama-sama ingin memberi nafkah kepada isteri tercinta.

****

Kata seorang teman, paling tidak tulislah Bismillah … foto saya kemudian akan segera muncul di website menyusul foto rekan-rekan lainnya yang telah lama muncul seiring dimuatnya tulisan mereka. Nah, telah saya penuhi permintaan rekan saya tersebut. Tapi, jangan senang dulu! Ternyata … foto saya tidak muncul. Foto saya memang tidak akan muncul di website ini.

Basmalah memang bukanlah kata kunci agar foto seseorang bisa muncul di website, atau agar seseorang bisa lulus ujian, atau seseorang bisa memasak masakan yang lezat. Basmalah bukan pula kata kunci supaya seseorang bisa terbang seperti burung di langit.

Berkata Rasulullah SAW: “Setiap amalan kebaikan yang tidak diawali dengan bismillaahi ar-Rahmaan ar-Rahiim maka amalan tersebut terputus”. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dengan dua jalan. Berkata Ibn Shalah: “hadits ini hasan”. Hasan itu artinya baik. Memang hasan tidak sama dengan shahih, tetapi hadits hasan sudah cukup untuk dijadikan hujjah atau mengambil keputusan, selama tidak ada hadits shahih yang menyelisihinya. Hadits ini serupa dengan hadits-hadits lainnya yang senada yang menganjurkan membaca hamdalah dan berdzikir sebelum memulai sebuah perbuatan baik. Tapi hadits ini yang paling baik dari segi periwayatan.

Berkata seorang ulama, Syaikh Abdurrahman ibn Hassan Aalu As-Syaikh, huruf “bi” dalam bismillah mengandung makna isti`adzah - memohon perlindungan - dan mengharapkan barakah, yang terikat pada perbuatan yang mengikuti ucapan bismillah tersebut. Dengan membaca bismillah, dapat dipahami pula bahwa seseorang berharap mengambil manfaat dari perbuatan (baik) yang ia kerjakan. Demikian penuturan Ibn Al-Qayyim.

Saya berkata: “Basmallah adalah al-kalimu ath-thayyibu yang mengawali sebuah perbuatan baik (`amalan shalih) dan yang menyempurnakannya. Dalam basmalah terkandung harapan bahwa Allah menolong seseorang dalam melakukan perbuatan baik dan menghindari dari dampak buruk dari perbuatannya tersebut, dan Allah menjadikan kemanfaatan dari apa yang dikerjakannya, sebagaimana yang diharapkan pelaku perbuatan tersebut”. Jadi, basmalah tidaklah menyebabkan perbuatan buruk (suu-u) menjadi halal dan barakah.

Juga, basmallah - secara umum - tidak menyebabkan sesuatu yang tidak mesti terjadi menjadi terjadi. Dalam al-ushul min `ulumi al-ushul (sesuatu yang dasar dari `ilmu dasar) diajarkan bahwa asal dari urusan dunia itu masuk akal (ma’qulu al-ma’na). Dalam ilmu mantiq kemudian dijabarkan dalam konteks “proses logika” dan “kausalitas”. Basmallah bukanlah sebuah kalimat thayyib yang digunakan untuk merusak “proses logika” dan “kausalitas”. Basmallah, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, adalah sebuah kalimat yang menyempurnakan proses logika tersebut. Seseorang yang tidak tahu apa-apa dan tidak belajar tidak boleh dikatakan akan lulus ujian jika ia membaca “bismillah” sebelum mulai ujian. Basmallah adalah penyempurna ikhtiar manusia. Jika ia belajar dan siap, lalu memulai ujian dengan membaca “bismillah” lalu lulus, ia menyadari bahwa semuanya karena pertolongan Allah, bukan semata karena belajar-nya.

Tatkala ia sadar bahwa ia bisa beramal dan memperoleh manfaat dari amalannya karena pertolongan Allah, di saat itulah dibuka kunci yang memutuskan hubungan amalannya dengan Langit (huruf “L” besar).

***

Kata “Allah” dalam basmalah adalah satu yang merangkumkan (al-jaami`u) seluruh sembilan puluh sembilan nama Allah yang baik - yakni seratus kurang satu - dan segala shifat-Nya yang tinggi. Dalam kata Allah terkandung makna An-Nashiir (Penolong), Ar-Rahman (Pengasih), Ar-Razzaaq (Pemberi rizki), As-Sami’ (Maha Mendengar), Al-`Alim (Maha Mengetahui), dan seterusnya. Allah `Azza wa Jalla berkata:

“Dan bagi Allah terdapat nama-nama yang baik (asmaa-u al-husna), maka berdoalah kalian dengan nama-nama tersebut.”

Rasulullah SAW berkata: “Sesungguhnya bagi Allah itu sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu …” (mutafaqqun `alayhi)

Kata “Ar-Rahmaan” dan “Ar-Rahiim” memiliki pengertian bahasa yang serupa: Yang Maha Pengasih. Tetapi Ar-Rahmaan, sebagaimana penuturan ulama, berlaku bagi seluruh ciptaan, sedangkan ar-Rahiim adalah kasih sayang Allah bagi al-marhamah (yang dikasihi), yakni mereka yang beriman.

Allah SWT berkata:
“Dan Dia Maha Penyayang (rahiiman) kepada orang-orang yang beriman”

“Sesungguhnya Allah telah menerima tawbat Nabi, orang-orang yang hijrah (muhaajir), dan yang menolong (anshar), dan yang mengikuti Nabi dalam kesulitan, setelah hati sebagian mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tawbat mereka semua. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepada mereka (Innahu bihim rauufun rahiimun)”

Saya berharap bahwa apa yang kita kerjakan kemarin, hari ini, dan esok akan menjadi kebaikan dan bermanfaat, dan semoga Allah menjauhkannya dari dampak buruk yang kita tidak inginkan. Karenanya saya mulai dengan “bismillah”, semoga apa yang saya tulis seterusnya akan menjadi kemanfaatan buat kita semua, terutama bagi saya di hari Akhir kelak, pada hari dimana tidak bermanfaat harta dan anak-keturunan kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang salim (tenang).

Kata seseorang, kalau saya menulis, tulisannya sering panjang. Sekarang waktunya berhenti.

Delft, 1 Dzul-Qa’dah 1424H/24 Desember 2003

http://www.muslimdelft.nl/category/kolom/dari-pak-jenggot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar