Kamis, 10 Juni 2010

Amal-Amal Yang Dirahasiakan (Sirriyatul ‘Amal)

Suatu hari penduduk Madinah – terutama - orang-orang miskin dikejutkan dengan sebuah peristiwa yang besar, peristiwa yang aneh dan membuat mereka saling bertanya satu sama lain. Karena hampir setiap malam diantara salah satu rumah penduduk yang miskin mendapatkan rizki yang tak di ketahui dari mana datangnya. Yaitu, ketika pagi hari tiba, mereka menemukan satu karung besar yang berisikan gandum, persis di depan pintu salah satu rumah mereka. Hari demi hari berita itu mulai tersiar dan tersebar dari mulut ke mulut. Tetapi dalam waktu yang sangat lama, tak seorangpun yang mampu mengungkap siapakah gerangan orang yang yang begitu baik hati mengantarkan bahan makanan itu di depan pintu rumah mereka secara bergantian, di antara rumah penduduk yang miskin.

Ada beberapa orang yang mencoba melacak siapakah gerangan orang yang baik itu, tapi tetap saja tak berhasil. Sampai pada suatu hari, terdengarlah berita tentang meninggalnya seorang ulama besar yang masih termasuk cucu dari Ali bin Abi Thalib. Ia adalah Ali Zainal Abidin. Para penduduk merasa sedih dengan kepergian beliau, tetapi ada yang lebih merasa bersedih dan kehilangan lagi diatara mereka dengan kepergian ulama itu! Siapakah mereka? Mereka adalah penduduk Madinah yang biasa mendapatkan gandum di depan rumah mereka di setiap paginya. Kenapa? Karena semenjak ulama itu meninggal dunia tak ada satu rumah pun yang mendapatkan bantuan gandum di pagi harinya. Semula mereka tidak menyadari akan hal itu, namun ketika jenazah sang ulama besar itu di letakkan di tempat pemandian, barulah mereka tersadar di saat melihat tanda hitam di punggungnya. Sejak saat itulah mereka yakin bahwa orang yang selama ini memanggul bahan makanan dan mengantarkannnya ke rumah-rumah penduduk miskin Madinah adalah ia, sang ulama besar yang zuhud itu. Subhaanallah………..!

Dalam kisah di atas ada sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kita, yaitu tentang Sirriyatul Amal (Amal-amal yang di rahasiakan). Tak banyak memang, orang yang mampu melakukan hal itu, tapi di situlah ternyata letak kemuliaannya. Meskipun menginfakkan harta secara terang-terangan itu baik, tetapi orang yang menginfakkan hartanya secara sembunyi-sembunyi itu lebih baik. Sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah : 271 dan yang di sabdakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadits tujuh golongan yang mendapatkan naungan dari Allah Ta’ala pada hari kiamat. Yaitu diantaranya adalah orang yang bershadaqah dan merahasiakannya. Memang dalam hal ini Allah Ta’ala menyebutkan tentang menginfakkan harta, tetapi hal ini berlaku juga bagi orang yang merahasiakan amal kebaikan. Kenapa ? Karena perbutan baik yang di lakukan secara sembunyi-sembunyi akan lebih mampu menjaga dan memelihara kualitas niat dan amal, serta akan lebih membantu memelihara diri dari sifat riya.

Kaidah inilah yang kemudian menjelaskan kenapa shalat malam yang di lakukan sorang hamba di saat orang lain terlelap dengan tidurnya, itu lebih baik dan lebih tinggi derajatnya dari shalat sunnah yang lainnya, karena suasana sepertiga malam tidak hanya menambah kekhusyu’an shalat tetapi juga memelihara diri dari sifat riya. Maka tak heran jika seorang mujahid dahulu ketika beristirahat di tengah letihnya peperangan, sangat sedikit diantara mereka yang berada di dalam tendanya. Mereka berpencar satu sama lain mencari tempat-tempat terpencil yang tak telihat oleh orang lain, bukan untuk beristirahat, melainkan untuk mengkonsentrasikan diri beribadah serta menjauhkan diri dari pandangan manusia. Oleh karena itu, diantara salah satu do’a yang mudah diijabah oleh Allah Ta’ala adalah do’a seorang muslim kepada saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang dido’akan.

Begitulah semestinya seorang muslim, senantiasa menjaga amalnya dan merahasiakan kebaikannya, sebagaimana ia akan akan berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan keburukannya agar tak di ketahui oleh orang lain. Karena amal shaleh yang telah dilakukan kemudian di tampakkan dan disebut-sebut agar diketahui orang lain, maka amalnya menjadi sia-sia. Sebagaimana debu yang menempel di atas batu yang kering lalu tertimpa hujan lebat, maka ia akan sirna seketika tanpa sedikitpun meninggalkan bekas. Semoga Allah Ta’ala membantu kita dalam menjaga niat dalam beramal. Serta menolong kita dari perbuatan riya. Sehingga amalan kita Allah Ta’ala jadikan amalan yang berbobot yang akan di terima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta menjadi bekal kita untuk berjumpa dengan-Nya, Sang Pencipta yang Tercinta. Aamiin. Allaahu a’lam.

Penulis : Saifulloh Nawawi (Pengajar di Muntada Ahlil Quran/the)

http://muntadaquran.net/v2/arsip/teladan/1338-amal-amal-yang-dirahasiakan-sirriyatul-amal.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar