Kamis, 17 Juni 2010

MENJADI ORANG BERSIH

Seorang pria dapat disebut bersih, jika dia bersikap jujur dan berlapang dada terhadap keluarga, terhadap sahabat dan terhadap teman sejawat. Dapat mengemban tanggung jawab yang seharusnya dia pikul, tidak memiliki sifat-sifat yang tidak baik seperti, selalu iri terhadap orang lain, berkhianat, mengelabui orang, berbicara manis untuk mencelakakan orang, berbicara tidak sesuai dengan norma nurani, senang menjilat dengan bualan, dan sebagainya.

Pria yang baik, dalam keluarga ia adalah seorang suami, seorang ayah yang baik. Di kantor, dia merupakan bawahan, atasan maupun teman sejawat yang baik. Diantara teman, dia merupakan seorang teman yang dapat dipercaya, sebagai sahabat sejati yang senantiasa siap mengulurkan tangan membantu teman yang dalam kesulitan.

Pria semacam ini acapkali bukanlah seorang tokoh terkemuka dalam masyarakat, juga bukan seorang pedagang yang kaya raya, juga bukan seorang pejabat tinggi atau tokoh penting.

Kemungkinan dia adalah seorang pria dengan ekonomi yang pas-pasan, dia mungkin adalah salah satu diantara orang-orang yang harus mengayuh sepedanya untuk pergi ke kantor, dia mungkin juga adalah seorang ayah yang senantiasa mengantar dan menjemput anaknya pergi ke sekolah dalam keadaan cuaca yang bagaimanapun juga.

Jika pria ini berjalan ke dalam kerumunan masyarakat, dia akan segera lenyap dari pandangan Anda. Akan tetapi keluarga atau masyarakat yang memiliki pria semacam ini, akan benar-benar mantap dan damai.

Seorang perempuan dapat dikatakan bersih, bukan dengan merujuk pada pakaian yang dikenakan, melainkan merujuk pada moral dan karakternya, mematuhi norma-norma sebagai seorang perempuan dan tidak membuat ulah yang menyusahkan diri sendiri.

Yang dimaksud dengan mematuhi norma-norma sebagai seorang perempuan, bukan patuh seperti di zaman kuno (belenggu kebatinan yang dikenakan pada perempuan di masyarakat feodal), tetapi yang dimaksud adalah tidak memanfaatkan kecantikannya hanya demi kepentingan dan keuntungan pribadi.

Seorang perempuan yang rupawan tidak akan mudah untuk melakukan hal ini. Bagaimanapun juga kecantikan merupakan sumber daya alami dari pembawaan sejak lahir, lagi pula godaan yang berada di sekitarnya semakin lama akan semakin banyak.

Sebagai contoh, para artis perempuan yang mengandalkan paras kecantikan satu persatu menjadi tenar dalam semalam. Teman sejawat yang berkemampuan tidak seberapa tetapi karena berparas cantik telah dimanjakan oleh pimpinan dan seringkali segala keinginannya dapat dipenuhi oleh atasan, sehingga seringkali membuat teman-teman sejawat lain menjadi iri hati.

Walaupun perangai perempuan semacam ini masih beberapa kali lipat lebih baik dibandingkan dengan pejabat perempuan yang menggunakan kekuasaannya untuk melakukan korupsi uang puluhan ribu juta, tetapi mereka juga masih terlalu jauh untuk dapat disebut sebagai perempuan yang bersih.

Perempuan yang disebut bersih di dalam hati mereka juga memiliki dambaan, tetapi mereka tidak memilih jalan pintas untuk mencapai tujuannya itu, tidak akan mencoba mengambil hati penguasa, juga tidak mau melakukan hal-hal yang melanggar norma moral dalam hatinya.

Kemana pun juga ia pergi, sinar pandangannya akan menatap ramah ke setiap orang yang ia temui, suara tawa mereka juga penuh dengan keyakinan diri yang timbul dari dalam lubuk hati. Di kemudian hari, tidak akan ada ganjalan hati ataupun penyesalan apapun akan apa yang telah diperbuat. Hidup sehari-hari mereka bagaikan air yang tenang, jernih hingga dapat terlihat sampai ke dasarnya.

Tidak menyusahkan diri sendiri juga merupakan semacam bersih. Wanita semacam ini, dia selamanya tidak membicarakan kekurangan orang lain, dia menyelesaikan tugasnya sendiri, juga melewatkan kehidupannya sendiri. Walaupun dia hanya sebagai seorang cleaning service, juga akan menjadi kegembiraannya jika dia bisa membuat kamar kecil menjadi bersih tanpa sedikit debu, dia bukan tipe wanita yang senang menebarkan isu dan menjelekkan orang lain.

Sesungguhnya seorang yang dikatakan bersih, sama sekali tidak ada hubungannya dengan statusnya di dalam masyarakat, tidak ada hubungannya dengan harta yang dia miliki, juga tidak ada hubungan dengan pendidikannya. Pejabat dan rakyat biasa, si kaya dan si miskin, professor dan mereka yang hanya lulus SD, mereka semua bisa menjadi orang bersih.

Di depan pintu Xiangshan di Beijing, ada sepasang suami-istri yang buta, mereka berdiri di sana sepanjang tahun bernyanyi untuk meminta sedekah kepada para pengunjung. Setiap hari mereka selalu berpakaian bersih walaupun sederhana, mereka bergiliran menyanyikan lagu-lagu tradisional, suara mereka tidak keras, tetapi setiap lagu selalu mereka nyanyikan penuh perasaan, mulai awal hingga akhir.

Yang mendapatkan giliran bernyanyi, dia pasti bernyanyi sambil berdiri, yang tidak bernyanyi dia duduk di samping kotak sedekah, setiap kali ada orang yang meletakkan uang satu hingga dua dollar ke dalam kotak besi, dia selalu mengucapkan, “Terima kasih, semoga orang yang baik mendapatkan berkah keselamatan seumur hidupnya!” Suaranya rendah tetapi setiap kali selalu mengucapkan sama seperti itu. Uang sedekah yang mereka peroleh selalu lebih banyak dari pada yang didapat oleh peminta lainnya.

Jika mengatakan seorang pejabat ini bersih, adalah mengatakan bahwa pejabat tersebut jujur dan tulus (tidak korupsi), melakukan segala hal dengan adil, prinsip dipertahankan dengan teguh dan tidak semena-mena menggunakan kekuasaan, tidak mau bersangkutan dengan segala jenis hal yang berhubungan dengan korupsi, kolusi dan nepotisme. Pejabat semacam ini mungkin posisi jabatannya tidak tinggi, mereka juga jarang sekali menduduki posisi yang selalu ingin disanjung dan dijilat orang. Tetapi ketika dia turun dari jabatan, orang-orang yang berada di sekitarnya akan memberikannya predikat: orang yang baik.

Ada seorang pejabat yang jabatannya tidak seberapa tinggi, dia selalu menolak segala bentuk sumbangan yang ingin diberikan kepadanya secara halus. Seorang teman yang bermaksud baik mengingatkannya, “Air yang jernih tidak ada ikannya, orang yang bersih tidak ada temannya.”
Akan tetapi pejabat ini tetap berpendirian seperti semula, ia hanya menjawab, “Yang saya inginkan adalah kenyenyakan dalam tidur.”

Ini adalah sebuah kisah nyata, dan sekarang pejabat itu sudah pensiun selama puluhan tahun. Saya bertanya pada diri sendiri, seandainya pejabat itu menjadi pejabat di jaman sekarang ini, apakah dia masih bisa mempertahankan prinsipnya itu? Dalam satu tempat atau satu lingkungan, jika terdapat lebih banyak orang yang bersih, maka tempat atau lingkungan tersebut bisa menjadi lebih cerah dan menyejukkan.

Karena semua orang melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, menurutkan aturan dan prosedur yang berlaku, semua dilakukan secara terbuka dan jujur, mana yang harus dilakukan maka pasti dilaksanakan, dengan sendirinya hati manusia menjadi baik, masyarakat akan menjadi tenang dan aman.

Menjadi orang yang bersih, melaksanakan pekerjaan menurutkan aturan yang ada, merupakan batasan yang paling mendasar. Setelah mempunyai batasan yang mendasar ini, barulah bisa memunculkan sifat sejati manusia yang lebih banyak, dan baru bisa menjauhkan diri dari ke tidak praktisan yang lebih banyak.

Untuk mempertahankan batasan yang paling mendasar ini, memang tidak mudah, namun asal memiliki kemauan yang kuat, maka saya rasa juga tidak akan sesulit apa yang kita bayangkan. (The Epoch Times/lin)

http://www.epochtimes.co.id/kehidupan.php?id=118

Tidak ada komentar:

Posting Komentar