Rabu, 04 Agustus 2010

Hikmah di Balik Sakit


Setiap dari kita sebagai manusia tentulah pernah merasakan apa yang dinamakan sakit, minimal sakit yang ringan seperti luka kecil, pilek, gatal-gatal, pusing, gejala mag, atau mungkin sampai pada sakit yang berat seperti demam tinggi, jantung, vertigo, dan seterusnya. Semua itu disebabkan karena kondisi pada tubuh kita yang tidak fit karena kita terlalu lelah, kurang menjaga kesehatan atau karena masuknya kuman ke dalam tubuh. Lalu bagaimanakah kita sebaiknya memperlakukan diri ketika sakit itu datang menyerang kita?

"Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia telah menurunkan obatnya."

Ketika kepala kita mulai terasa pening, badan terasa ngilu "nggreges", dan hawa panas mulai merasuki tubuh kita. Seketika, aktivitas kita pun terganggu. Ia memaksa kita beristirahat sejenak. Bila setelah minum obat dari warung pinggiran rumah tak juga sembuh, bahkan larut hingga berhari-hari, mungkin rasa khawatir terkena penyakit Malaria atau Demam Berdarah pun segera muncul dalam benak kita. Kita pun mulai ribut mempersiapkan diri berkunjung ke rumah sakit. Rasa tegang bisa saja muncul, apalagi berita kematian akibat penyakit itu sedang hangat mewarnai kehidupan keseharian kita.

Betapa rasa repot, tegang, takut dan segala rasa bercampur aduk merasuki hati kita saat ujian sakit menimpa diri atau keluarga kita. Belum lagi saat menghadapi vonis dokter yang kadang lebih menakutkan daripada vonis hakim. Bagaimana kalau kita divonis kanker, HIV, AIDS, dan penyakit mematikan lainnya? Kalau boleh memilih, tentu kita akan memilih sehat. Karena kegembiraan hati ketika sehat adalah sunnatullah.

Tidaklah Allah menciptakan sesuatu secara sia-sia. Pasti ada beribu hikmah di balik segala yang terjadi pada diri kita, atau lingkungan kita. Tapi, apa hikmah dibalik penyakit yang Allah timpakan kepada manusia? Adzabkah?

Pertama, sehat adalah ujian kesabaran. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Sangat menakjubkan urusan orang-orang Mukmin itu. Mereka menerima semua persoalan hidup sebagai kebaikan baginya. Apabila kegembiraan yang diterimanya ia akan bersyukur dan itu adalah kebaikan baginya. Dan apabila kepedihan yang diterimanya maka ia bersabar dan itupun merupakan kebaikan pula baginya." (HR.Muslim).

Hadits di atas menjelaskan bahwa yang dituntut dari kebaikan adalah syukur, sedangkan yang dituntut dari kesulitan adalah sabar. Karena kesyukuran adalah tanda keimanan, dan kedurhakaan adalah tanda kekufuran.

Kedua, sakit adalah penggugur dosa-dosa hamba-Nya. Penyakit yang diderita seorang hamba menjadi sebab diampuninya dosa yang telah dilakukan termasuk dosa-dosa setiap anggota tubuh. Rasulullah Saw bersabda, "Setiap getaran pembuluh darah dan mata adalah karena dosa. Sedangkan yang dihilangkan Allah dari perbuatan itu lebih banyak lagi." (HR. Tabrani).

Ketiga, orang sakit yang mau bersabar akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya bermacam-macam kebaikan dan ditinggikan derajatnya. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, "Tiadalah tertusuk duri atau benda yang lebih kecil dari itu pada seorang Muslim, kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu kesalahan." (HR. Muslim dari Aisyah ra).

Keempat, masih bagi pengidap sakit yang sabar, selain mendapat pahala, ia akan mendapati jalan menuju surga yang terbuka lebar.

Kelima, sebagai timbal baliknya, ia akan selamat dari siksa neraka. "Aisyah Ummul Mukminin menerangkan sabda Rasulullah Saw bahwasannya sakit karena demam itu akan menghindarkan orang Mukmin dari siksa api neraka." (HR. Al-Bazzar)

Keenam, selalu ingat pada Allah. Dalam kondisi sakit akan membuat orang merasa benar-benar lemah, tidak berdaya sehingga ia akan bersungguh-sungguh memohon perlindungan kepada Allah Swt., Dzat yang mungkin telah ia lalaikan selama ini. Kepasrahan ini pula yang menuntunnya untuk bertobat.

Ketujuh,
selalu mengingat nikmat Allah. Sakit membuat orang tahu manfaat sehat. Tidak jarang orang merasakan nikmat justru ketika sakit. Begitu banyak nikmat Allah yang selama ini lalai untuk ia syukuri. Bagi orang yang banyak bersyukur dalam sakit, ia akan memperoleh nikmat.

Kedelapan, pembersihan hati dari penyakit. Pendapat Ibnu Qayyim, "Kalau manusia itu tidak pernah mendapat cobaan dengan sakit dan pedih, maka ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya menjadi kasar dan jiwanya beku. Karenanya, musibah dalam bentuk apapun adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya. Akan membersihkan karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar kehidupan yang diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih dan suci karena penyakitnya, maka martabatnya diangkat dan jiwanya dimuliakan. Pahalanya pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya dengan sabar dan ridha."

Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian yang Allah hamparkan ke hadapan kita, baik pahit maupun manis. Amin.
(dari : Abdullah bin Ali Al-Ju'aisin)

http://www.memikatcahaya.com/sudut-cahaya/hikmah-di-balik-sakit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar