“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(QS al-Ahzâb [33]: 21)
Sukses adalah satu kata yang menjadi tujuan semua orang. Tiada satupun manusia di dunia ini yang tidak menginginkan sebuah kesusksesan, namun demikian banyak yang disayangkan dari fenomena pada abad modern ini manusia memandang sebuah sukses itu terkadang bukan sukses secara lebih dalam, bahkan mereka sebenarnya mendefinisikan sukses dengan sangat dangkal. Akibat dari pendefinisian yang sangat dangkal maka manusia untuk meuju kesuksesan tersebut dilakukan dengan cara yang dangkal dan tidak memperhitungkan etika sehingga timbullah berbagai permasalahan yang kini melanda bangsa kita. Seluruh lapisan masyarakat dan kelas atas sampai rakyat jelata mencari jalan keluar dan kemelut yang berkepanjangan ini. Semuanya sibuk mempermasalahkan berbagai bidang kehidupan bangsa, bukanlah mencari solusi untuk mengatasinya. Diantara penyebab yang paling potensial adalah krisis akhlak yang telah merasuk dan menjiwai hampir semua masyarakat Indonesia siapapun orangnya jika telah memiliki krisis akhlak, maka dirinya tidak akan membawa manfaat bagi orang lain.
Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Hal ini senada dengan ayat diatas (QS al-Ahzâb [33]: 21). Demikian Nabi Muhammad menyeru seluruh umat dengan membawa akidah yang benar, tetapi pada hadits diatas dikatakan bahwa Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak, seakan-akan tidak ada tugas lain dari Allah untuk Nabi selain menyempurnakan akhlak dalam arti menjadikan umat di bumi berakhlak sempurna (baik), tentu hal demikian perlu difahami lebih dalam. Akhlak dan akidah memiliki korelasi pada keduanya. Akidah dalam ajaran Islam merupakan dasar dari segala tindakan orang muslim agar tidak terjerumus dalam prilaku syirik dan menyesatkan.
Orang yang memiliki akidah yang baik ia akan mampu mengimplementasikan tauhid itu dalam akhlak yang mulia. Seseorang yang telah menempati kedudukan mulia tidak hanya pahala yang dijanjikan Allah yang akan ia raih namun efek samping dalam kehidupan di dunia pun akan dirasakan karena kita tahu bahwa manusia pada fitrahnya adalah suka diperlakukan dengan baik, sehingga dengan akhlak yang baik kehidupan dunia yang damai dan tentram jauh dari sengketa akan didapat. Oleh karena itu, akhlak merupakan parameter kesusksesan baik didunia ataupun di akhirat kelak.
Akhlak bisa dijadikan sebagai alat ukur kesuksesan seseorang, Sayangnya masyarakat Indonesia sering mengakui kesuksesan seseorang dari harta kekayaan, gelar, pangkat, jabatan, kedudukan dan popularitas serta penampilannya. Akibatnya banyak anak bangsa ini berusaha dengan segala cara untuk memperoleh hal-hal tersebut demi untuk kesuksesannya tanpa mengindahkan syari’at agama. Banyak orang yang bangga dan terhormat dengan gelar-gelar pada dirinya walaupun mungkin dengan cara membeli. Hal ini akan memberikannya sebuah kepercayaan diri untuk tampil di muka umum, padahal sebenarnya ia hanyalah sosok yang hidup dalam kepalsuan, sandiwara dan sama sekali tidak terhormat. Ada yang merasa bangga ketika mendapat jabatan, padahal pribadinya tidak bisa menjadi suri tauladan. Keputusannya tidak menjadikan sebuah solusi dan tidak mencerminkan kearifan, karena jabatannya digunakan untuk kepentingan pribadi, bukan untuk bangsanya. Ada yang merasa bangga dengan popularitas, karena dengan itu akan banyak di kenal orang dan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan. Kesemuanya itu dikarenakan niat yang jelek, bukan niat untuk membangun bangsanya.
Kini semua harus sepakat bahwa alat ukur kesuksesan bukanlah topeng dunia yang sudah disebutkan tadi. Islam memandang bahwa sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa dan paling berhasil membaca, menggali, dan memompa potensi dirinya, sehingga bisa berkarier yang terbaik dijalan Allah. Orang yang sukses adalah orang yang mampu menyukseskan dirinya dan orana lain. Orang lain merasa sukses karena mendapat sesuatu yang bermanfaat dari orang yang sukses, bukannya orang sukses di dunia ini, karena ia banyak harta tapi banyak pula orang lain teraniaya karena harta kekayaannya dikarenakan didapatkan dengan cara korupsi, menindas bawahan dan segudang keburukan lainnya. Memang tidak ada orang yang menolak sukses, tapi tidak sedikit orang yang tidak tahu cara mencapai kesuksesan yang hakiki yaitu memperoleh akhlak yang mulia.
Untuk meraih suatu solusi dalam rangka keluar dan krisis multi dimensi yang berkepanjangan ini dengan suatu konsep yaitu 7B (Beribadah dengan benar, Bertaqwa dengan baik, Belajar tiada henti, Bekerja keras dan ikhlas, Bersahaja dalam hidup, Bantu sesame, Bersihkan hati selalu). Kalau tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan dengan baik jangan kaget jika bangsa ini bisa terlepas dari krisis yang sedang melanda dan akan menjadi bangsa yang terhormat dan bermartabat.
Konsep 7B
Pertama, Beribadah dengan benar. Awali setiap pekerjaan dengan suatu niat yang baik yaitu hanya untuk memperoleh keridhoan Allah Ta’ala semata. Hal itu merupakan suatu ibadah dengan benar. Beribadah dengan benar akan membuat seseorang semakin tawadhu, hati rnenjadi tentram dan kehidupan akan seimbang. Hidup tanpa ibadah bagaikan bangunan tanpa fondasi. Maka segala sesuatu yang akan dilakukan hendaknya berdasarkan pada ibadah yang tujuannya untuk memperoleh keridhoan dan kasih sayang Allah SWT.
Kedua, Bertaqwa dengan baik. Selaku manusia yang beragama haruslah menjalankan syariatnya dengan baik. Untuk dapat menjalankan syariat dengan baik tentu harus dibarengi dengan iman. Iman seseorang dapat dikatakan berkualitas, jika ia dapat bertaqwa dengan baik. Dengan iman dan taqwa yang baik segala perbuatannya akan senantiasa berdasarkan kepada syariat agama dan tidak akan merugikan mahluk ciptaan Allah yang lain.
Ketiga, Belajar tiada henti. Ibadah benar dan akhlak baik belumlah cukup jika tidak didukung upaya belajar dari kita. Belajar merupakan suatu kebutuhan bahkan kewajiban. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an “Aku senantiasa meningkatkan derajat beberapa tingkat bagi mereka yang berilmu” (QS al-Hujurât []: ). Demikian pula sabda Nabi Muhammad s.a.w, “Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat” (HR ). Dari hari ke hari masalah, potensi konflik, dan kebutuhan kita akan terus bertambah. Bagaimana mungkin kita mampu menyikapi masalah tersebut dengan ilmu seadanya tanpa ada peningkatan kualitas dan kuantitas? Ciri orang yang sungguh-sungguh dalam mencapai kesuksesan adalah mau belajar tiada henti dan memperoleh ilmu.
Keempat, Bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas. Kita harus menanamkan standar pada diri kita, yaitu bekerja optimal dengan pemikiran yang cerdas. Ada orang yang bekerja dengan keras tapi kurang menggunakan akalnya, akibatnya dia hanya menjadi pekerja keras saja tanpa ada kemajuan
Kelima, Bersahaja dalam hidup. Seorang pekerja keras seringkali terpuruk karena ketidak bersahajaannya dalam hidup. Dia boros, senang bermegah-megah, sehingga mudah terpedaya dan tertipu orang lain. Lain halnya jika dia bersahaja, kemampuan keuangannya lebih tinggi dibandingkan kebutuhannya. Jadi orang yang gemar menabung, bersedekah, dan investasi untuk masa mendatang yang bermanfaat bagi dirinya maupun generasi mendatang. Inilah budaya yang harus ajarkan ke masyarakat kita saat ini. Budaya kita bukanlah budaya yang banyak memiliki banyak barang, tetapi budaya yang selalu memiliki nilai tambah dari segala yang kita miliki.
Keenam, Bantu sesama. Salah satu alat ukur kesuksesan adalah dilihat dari kemampuan kita membangun diri dan orang lain, misalnya dengan membuka lapangan kerja sebanyak mungkin. Kelebihan yang kita miliki digunakan untuk memajukan sanak saudara, tetangga, teman, pembantu, dan siapa saja yang mau maju dan membutuhkan. Jika antara orang yang membantu dan orang yang dibantu memiliki kesamaan tata nilai, ibadah benar; taqwa baik, belajar tiada henti, serta kerja keras dengan cerdas dan ikhlas, maka apa yang telah dihasilkan oleh keduanya akan digunakan untuk menolong saudaranya. Dengan demikian terjadilah sebuah sinergi yang harmonis dalam kehidupan bernegara.
Ketujuh, Bersihkan hati selalu. Untuk apa kita harus selalu membersihkan hati? Apa yang kita lakukan, dari B yang pertama hingga B yang keenam jika tidak diiringi dengan selalu membersihkan hati, maka dikhawatirkan akan timbul ujub atau bahkan yang lebih besar lagi yaitu takabur. Jika semuanya menjadikan kita ujub, maka sia-sialah apa yang telah dilakukan. Allah tidak akan menerima amal seseorang kecuali ada keihkhlasan didalamnya. Kita tidak perlu merasa paling bisa, berjasa, dan paling mulia karena semuanya adalah karunia Allah semata. Kita harus bersyukur diberikan jalan kesuksesan atau kemudahan bagi orang lain oleh Allah. Inilah orang yang akan sukses karena tidak ada dalam dirinya rasa ujub dan sikap takabur dengan segala prestasi yang diraihnya. Apalah artinya kita mendapat banyak hal bila kita tidak mendapat ridha dari Allah karena kesombongan kita.
Jika kita laksanakan tujuh langkah dan rumus ini maka akan menjadi mantap upaya pencapaian tujuan dalam membangun bangsa ini. Bagaimana bisa keluar dari krisis, jika akhlak kita kurang baik? Maukah kita melihat para pemimpin kita yang buruk akhlaknya? Maukah kita mendapat pasangan hidup yang cantik atau tampan tapi akhlaknya jelek? Pastinya kita tidak menginginkan semua itu. Berarti ada celah kegagalan dalam diri kita. Bagaimana jika kita tidak suka belajar? Suatu saat nanti kita akan dihadapkan pada suatu masalah mentok, maksudnya adalah tidak memiliki jalan keluar karena ilmu kita kurang. Bagaimana jika kita tidak suka kerja keras dengan cerdas dan ikhlas? Kita pun tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan tanpa kesungguhan maka hasilnya pun kurang maksimal. Untuk itulah rumus 7B ini didesain menjadi satu kesatuan untuk meminimalisasi keterpurukan.
Kita harus sama-sama belajar menetapkan kiat ini dalam diri kita dan keluarga. Jika sedikit demi sedikit upaya yang kita lakukan telah membuahkan hasil, maka kita jangan sampai hanya jadi jago kandang saja. Kita harus berani menerapkannya diluar lingkungan keluarga kita. Jangan takut dengan lingkungan kita, jika pondasi kita sudah kuat. Sebetulnya kita tidak boleh gentar dengan situasi di luar. Yang merusak kita itu sebetulnya bukan luar, tapi memang apa yang ada di dalam diri kita. Kalau kita sudah mendesain diri dan terus melakukan penguatan diri, maka kita tidak bisa memaksa lingkungan agar sesuai dengan keinginan kita. Mudah-mudahan semua kita ini dapat menjadi solusi bagi setiap permasalahan dalam diri, keluarga dan lingkungan sekitar, atau bahkan bangsa Indonesia.
Mila El-Ghuroba
Kimia Analis
Fakultas MIPA UII
http://alrasikh.wordpress.com/2010/05/07/meraih-sukses-dengan-konsep-7b/
Minggu, 31 Oktober 2010
BAGAIMANA MENSYUKURI KARUNIA ALLAH ?
”Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: Ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia menyelamatkan kalian dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian, membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhan kalian”.(Q.S. Ibrahim [14]: 6).
Untuk dapat bersyukur atas semua karunia Allah SWT seseorang ternyata membutuhkan pengalaman-pengalaman hidup yang privat sifatnya, baik terkait langsung ataupun tidak langsung dengan individu maupun kelompoknya (ummah, qaum, sya’b, qabîlah).
Pengalaman-pengalaman dalam hidup seseorang itulah yang semestinya akan memberikan pengaruh terhadap jalan hidupnya di kemudian hari. Pengalaman-pengalaman dimaksud adalah pengalaman sosial maupun pengalaman spiritual lainnya.
Penjelasan tentang hal ini dapat kita klarifikasi pada beberapa ayat dalam surat Ibrahim, diantaranya, ”Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia menyelamatkan kalian dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian, membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhan kalian”. (Q.S. Ibrahim [14]: 6).
Ayat tersebut di atas berisi pengalaman sosial dan spiritual anak keturunan Israil, nama lain dari nabi Allah SWT yang shalih yaitu Nabi Ya’qub a.s. Dengan adanya pengalaman sosial dimana mereka mendapatkan siksaan dari penguasa kejam dan lalim bernama Fir’aun dan untuk selanjutnya disusul dengan pengalaman spiritual yang mencengangkan yaitu menyeberangi lautan dengan mukjizat tongkat Nabi Musa a.s. Tidak hanya sampai di situ, mereka juga melihat dengan mata kepala mereka secara langsung bagaimana Allah SWT menenggelamkan Fir’aun beserta bala tentaranya. Hal tersebut seharusnya menjadi modal dasar bagi mereka untuk bersyukur atas semua karunia Allah SWT tersebut jika mereka mampu menghadirkannya dalam ingatan mereka.
Itulah yang disebut dengan kaitan yang mengaitkan hati seseorang dengan keagungan Allah SWT dimana hamba membutuhkan dan al-Khaliq memberikan. Allah SWT memandang syukur sebagai pengikat nikmat yang ada (qayd al-maujûd) agar tidak terlepas dan alat pengembali nikmat-nikmat yang telah lepas (shayd al-mafqûd). Bahkan Allah SWT berjanji secara pasti bagi setiap yang mensyukuri nikmat-Nya pasti akan ditambah lebih banyak lagi dengan kenikmatan-kenikmatan lainnya. ”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan kalian telah memaklumkan; “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“. (Q.S. Ibrahim [14]: 7).
Bagaimana seharusnya Bani Israil dan umat-umat rasul yang lainnnya mensyukuri setiap karunia Allah SWT ? Di antara cara mensyukuri karunia itu adalah dengan beriman secara tulus (al-îmân al-khâlish) dan amal shalih (al-åmal al-shâlih). Demikian menurut Muhammad ibn Umar Nawawi dalam Kitâb Marâh Labîd li Kasyfi Ma’nâ al-Qur’ân al-Majîd. Menurut Ibn Abbas sebagaimana dikutip oleh Abdullah ibn Ahmad al-Nasafi dalam Kitâb Tafsîr al-Nasafî: Madârik al-Tanzîl wa Haqâ’iq al-Ta’wîl bahwa untuk mensyukuri karunia Allah SWT, Bani Israil hendaknya bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan kepada Allah (al-jidd fi al-thâ’ah). Artinya, jika anak-anak keturunan Israil tersebut bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan beribadah kepada Allah SWT maupun ketaatan dalam menjalankan setiap perintah Allah SWT lainnya melalui nabi-nabi-Nya maka Allah SWT pasti membalasnya dengan kesungguhan dalam memberikan pahala (al-jidd fi al-matsûbah).
Sayang! Sudah menjadi kebiasaan manusia untuk melupakan pengalaman-pengalaman mereka atau melupakan apa yang selama ini menjadi sumber kebahagiaan hidup mereka. Bahkan ada yang tidak dapat mensyukuri karunia itu setelah mendapatkan pengalaman-pengalaman yang seyogianya dapat membangkitkan motivasi dan menjadi spirit untuk bersyukur kepada Allah SWT. Sikap mengingkari setiap karunia Allah SWT yang demikian itu disebut dengan sikap kufr (ingkar). Dan bagi siapa saja yang kufur, Allah SWT telah memaklumatkan tentang siksa pedih yang akan Dia timpakan bagi pelaku kufur nikmat tersebut, cepat ataupun lambat, di dunia ataupun di akhirat. Siksa tersebut, menurut Ibn Abbas r.a., adalah dalam bentuk terampasnya kembali segala sumber kenikmatan (salb al-ni’am) dalam hidupnya di dunia dan siksaan serta murka Allah SWT yang berlangsung terus menerus (tawâlî al-niqam).
Jika seseorang tetap menetapkan hatinya untuk kufur kepada Allah SWT maka sesungguhnya hal itu sama sekali tidak memiliki pengaruh apa pun bagi Allah SWT. Jangan merasa bahwa semua hal baik yang kita lakukan itu akibat baiknya untuk Allah SWT. Tidak! Semua hal baik yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri. Demikian pula sebaliknya. Dalam lintasan historis, kalangan keturunan Israil selalu memiliki asumsi bahwa ketaatan yang mereka lakukan itu akan sangat berpengaruh bagi Allah SWT dan utusan-Nya. Anggapan itu ditolak dengan tegas, bahwa bersyukur ataupun tidak itu akibatnya akan kembali kepada umatnya sendiri dan tidak ada apa-apanya bagi Allah SWT. Allah SWT tidak memerlukan syukur hamba-hamba-Nya. Coba perhatikan dengan seksama ayat berikut, ”Dan Musa berkata: “Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Ibrahim [14]: 8)
Itu adalah pengalaman Nabi Musa as. Bagaimana dengan kita umat yang hidup bahkan jauh setelah turunnya Nabi Muhammad s.a.w.? Kurang lebih sama saja! Kita dapat menjadikan pengalaman-pengalaman sosial dan spiritual kita sebagai motor penggerak rasa syukur kita kepada Allah SWT. Pengalaman dengan terjadinya gempa bumi, letusan gunung, banjir, longsor, kebakaran, kekeringan, dan lain-lainnya. Semua itu adalah pengalaman yang luar biasa. Bagaimana jika tidak mengalaminya? Setidaknya setiap orang memiliki rasa senang dan susah yang potensi membangkitkan rasa syukur. Jika tidak juga, maka kita harus memancingnya dengan jalan belajar dari orang lain.
Bagaimana caranya? Nabi Muhammad s.a.w. menganjurkan kita untuk melihat orang-orang yang kurang beruntung atau ada di bawah kita agar kita dapat mensyukurinya. Atau bentuk kongkretnya disebutkan oleh ‘Â’idh al-Qarny dalam Kitab Lâ Tahzan:”Zur al-mustasyfâ kai ta’rifa ni’mat al-’âfiyah! Wa al-sijna kai ta’rifa ni’mat al-hurriyyah! Wa al-mâristân kai ta’rifa ni’mat al-’aql! Fa innaka fî ni’amin lâ tadrî bihâ” (Kunjungilah rumah sakit agar Anda dapat mengenal nikmatnya afiat; kunjungilah penjara agar Anda dapat mengenal nikmat kebebasan; dan kunjungilah rumah sakit jiwa agar Anda mengenal nikmatnya akal. Karena Anda sering berada dalam suatu kenikmatan yang tidak Anda sadari).
Untuk dapat benar-benar bersyukur, kita harus tahu benar apa sesungguhnya yang dimaksud dengan syukur itu. Tanpa itu, kita akan sering terjatuh kepada kesalahan karena kebodohan kita, merasa menjadi seorang hamba yang bersyukur namun pada kenyataannya masih jauh dari kenyataan. Berikut ini adalah definisi tentang syukur yang dikemukakan oleh seorang mufassir, Abdurrahman ibn Nashir al-Sa’dy dalam Kitâb Tafsîr Taisîr al-Karîm al-Rahmân fi Tafsîr al-Kalâm al-Mannân:
”Syukur adalah pengakuan hati terhadap semua karunia Allah, kemudian memuji Allah terhadap segala karunia tersebut, dan lalu memanfaatkan karunia-karunia tersebut dalam menggapai keridhaan Allah Ta’ala. Dan kufur nikmat adalah berlawanan dari itu semua”.
Semoga kita semua mampu melihat semua karunia Allah SWT dengan mata batin yang jernih dan mampu menjadi umat Nabi Muhammad s.a.w. yang pandai dalam mensyukuri karunia Allah SWT. Âmîn ya Rabb al-’âlamîn. Wallâhu a’lam bi al-shawwâb
Supriyanto Pasir
Guru Tafsir di berbagai masjid di Yogyakarta
http://alrasikh.wordpress.com/2010/04/09/bagaimana-mensyukuri-karunia-allah/
Untuk dapat bersyukur atas semua karunia Allah SWT seseorang ternyata membutuhkan pengalaman-pengalaman hidup yang privat sifatnya, baik terkait langsung ataupun tidak langsung dengan individu maupun kelompoknya (ummah, qaum, sya’b, qabîlah).
Pengalaman-pengalaman dalam hidup seseorang itulah yang semestinya akan memberikan pengaruh terhadap jalan hidupnya di kemudian hari. Pengalaman-pengalaman dimaksud adalah pengalaman sosial maupun pengalaman spiritual lainnya.
Penjelasan tentang hal ini dapat kita klarifikasi pada beberapa ayat dalam surat Ibrahim, diantaranya, ”Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia menyelamatkan kalian dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian, membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhan kalian”. (Q.S. Ibrahim [14]: 6).
Ayat tersebut di atas berisi pengalaman sosial dan spiritual anak keturunan Israil, nama lain dari nabi Allah SWT yang shalih yaitu Nabi Ya’qub a.s. Dengan adanya pengalaman sosial dimana mereka mendapatkan siksaan dari penguasa kejam dan lalim bernama Fir’aun dan untuk selanjutnya disusul dengan pengalaman spiritual yang mencengangkan yaitu menyeberangi lautan dengan mukjizat tongkat Nabi Musa a.s. Tidak hanya sampai di situ, mereka juga melihat dengan mata kepala mereka secara langsung bagaimana Allah SWT menenggelamkan Fir’aun beserta bala tentaranya. Hal tersebut seharusnya menjadi modal dasar bagi mereka untuk bersyukur atas semua karunia Allah SWT tersebut jika mereka mampu menghadirkannya dalam ingatan mereka.
Itulah yang disebut dengan kaitan yang mengaitkan hati seseorang dengan keagungan Allah SWT dimana hamba membutuhkan dan al-Khaliq memberikan. Allah SWT memandang syukur sebagai pengikat nikmat yang ada (qayd al-maujûd) agar tidak terlepas dan alat pengembali nikmat-nikmat yang telah lepas (shayd al-mafqûd). Bahkan Allah SWT berjanji secara pasti bagi setiap yang mensyukuri nikmat-Nya pasti akan ditambah lebih banyak lagi dengan kenikmatan-kenikmatan lainnya. ”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan kalian telah memaklumkan; “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“. (Q.S. Ibrahim [14]: 7).
Bagaimana seharusnya Bani Israil dan umat-umat rasul yang lainnnya mensyukuri setiap karunia Allah SWT ? Di antara cara mensyukuri karunia itu adalah dengan beriman secara tulus (al-îmân al-khâlish) dan amal shalih (al-åmal al-shâlih). Demikian menurut Muhammad ibn Umar Nawawi dalam Kitâb Marâh Labîd li Kasyfi Ma’nâ al-Qur’ân al-Majîd. Menurut Ibn Abbas sebagaimana dikutip oleh Abdullah ibn Ahmad al-Nasafi dalam Kitâb Tafsîr al-Nasafî: Madârik al-Tanzîl wa Haqâ’iq al-Ta’wîl bahwa untuk mensyukuri karunia Allah SWT, Bani Israil hendaknya bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan kepada Allah (al-jidd fi al-thâ’ah). Artinya, jika anak-anak keturunan Israil tersebut bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan beribadah kepada Allah SWT maupun ketaatan dalam menjalankan setiap perintah Allah SWT lainnya melalui nabi-nabi-Nya maka Allah SWT pasti membalasnya dengan kesungguhan dalam memberikan pahala (al-jidd fi al-matsûbah).
Sayang! Sudah menjadi kebiasaan manusia untuk melupakan pengalaman-pengalaman mereka atau melupakan apa yang selama ini menjadi sumber kebahagiaan hidup mereka. Bahkan ada yang tidak dapat mensyukuri karunia itu setelah mendapatkan pengalaman-pengalaman yang seyogianya dapat membangkitkan motivasi dan menjadi spirit untuk bersyukur kepada Allah SWT. Sikap mengingkari setiap karunia Allah SWT yang demikian itu disebut dengan sikap kufr (ingkar). Dan bagi siapa saja yang kufur, Allah SWT telah memaklumatkan tentang siksa pedih yang akan Dia timpakan bagi pelaku kufur nikmat tersebut, cepat ataupun lambat, di dunia ataupun di akhirat. Siksa tersebut, menurut Ibn Abbas r.a., adalah dalam bentuk terampasnya kembali segala sumber kenikmatan (salb al-ni’am) dalam hidupnya di dunia dan siksaan serta murka Allah SWT yang berlangsung terus menerus (tawâlî al-niqam).
Jika seseorang tetap menetapkan hatinya untuk kufur kepada Allah SWT maka sesungguhnya hal itu sama sekali tidak memiliki pengaruh apa pun bagi Allah SWT. Jangan merasa bahwa semua hal baik yang kita lakukan itu akibat baiknya untuk Allah SWT. Tidak! Semua hal baik yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri. Demikian pula sebaliknya. Dalam lintasan historis, kalangan keturunan Israil selalu memiliki asumsi bahwa ketaatan yang mereka lakukan itu akan sangat berpengaruh bagi Allah SWT dan utusan-Nya. Anggapan itu ditolak dengan tegas, bahwa bersyukur ataupun tidak itu akibatnya akan kembali kepada umatnya sendiri dan tidak ada apa-apanya bagi Allah SWT. Allah SWT tidak memerlukan syukur hamba-hamba-Nya. Coba perhatikan dengan seksama ayat berikut, ”Dan Musa berkata: “Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Ibrahim [14]: 8)
Itu adalah pengalaman Nabi Musa as. Bagaimana dengan kita umat yang hidup bahkan jauh setelah turunnya Nabi Muhammad s.a.w.? Kurang lebih sama saja! Kita dapat menjadikan pengalaman-pengalaman sosial dan spiritual kita sebagai motor penggerak rasa syukur kita kepada Allah SWT. Pengalaman dengan terjadinya gempa bumi, letusan gunung, banjir, longsor, kebakaran, kekeringan, dan lain-lainnya. Semua itu adalah pengalaman yang luar biasa. Bagaimana jika tidak mengalaminya? Setidaknya setiap orang memiliki rasa senang dan susah yang potensi membangkitkan rasa syukur. Jika tidak juga, maka kita harus memancingnya dengan jalan belajar dari orang lain.
Bagaimana caranya? Nabi Muhammad s.a.w. menganjurkan kita untuk melihat orang-orang yang kurang beruntung atau ada di bawah kita agar kita dapat mensyukurinya. Atau bentuk kongkretnya disebutkan oleh ‘Â’idh al-Qarny dalam Kitab Lâ Tahzan:”Zur al-mustasyfâ kai ta’rifa ni’mat al-’âfiyah! Wa al-sijna kai ta’rifa ni’mat al-hurriyyah! Wa al-mâristân kai ta’rifa ni’mat al-’aql! Fa innaka fî ni’amin lâ tadrî bihâ” (Kunjungilah rumah sakit agar Anda dapat mengenal nikmatnya afiat; kunjungilah penjara agar Anda dapat mengenal nikmat kebebasan; dan kunjungilah rumah sakit jiwa agar Anda mengenal nikmatnya akal. Karena Anda sering berada dalam suatu kenikmatan yang tidak Anda sadari).
Untuk dapat benar-benar bersyukur, kita harus tahu benar apa sesungguhnya yang dimaksud dengan syukur itu. Tanpa itu, kita akan sering terjatuh kepada kesalahan karena kebodohan kita, merasa menjadi seorang hamba yang bersyukur namun pada kenyataannya masih jauh dari kenyataan. Berikut ini adalah definisi tentang syukur yang dikemukakan oleh seorang mufassir, Abdurrahman ibn Nashir al-Sa’dy dalam Kitâb Tafsîr Taisîr al-Karîm al-Rahmân fi Tafsîr al-Kalâm al-Mannân:
”Syukur adalah pengakuan hati terhadap semua karunia Allah, kemudian memuji Allah terhadap segala karunia tersebut, dan lalu memanfaatkan karunia-karunia tersebut dalam menggapai keridhaan Allah Ta’ala. Dan kufur nikmat adalah berlawanan dari itu semua”.
Semoga kita semua mampu melihat semua karunia Allah SWT dengan mata batin yang jernih dan mampu menjadi umat Nabi Muhammad s.a.w. yang pandai dalam mensyukuri karunia Allah SWT. Âmîn ya Rabb al-’âlamîn. Wallâhu a’lam bi al-shawwâb
Supriyanto Pasir
Guru Tafsir di berbagai masjid di Yogyakarta
http://alrasikh.wordpress.com/2010/04/09/bagaimana-mensyukuri-karunia-allah/
4 Mutiara Sabar
“Sungguh fenomena orang beriman segalanya mengagumkan, Allah tidaklah menetapkan baginya suatu keputusan kecuali kebaikan; bila di timpa musibah ia bersabar, maka kebaikan baginya. Dan bia di beri rezeki ia pun bersyukur, maka kebaikan pula baginya”. (HR. Muslim)
Hidup adalah perjuangan! Begitulah pepatah mengatakan. Mereka yang berjuang penuh kesabaran, itulah para pejuang sejati. Mereka yang hidupnya di bingkai dengan kesabaran, itulah orang-oang sukses. Mereka menghadapi berbagai kesulitan hidup dengan lapang dada, tidak mudah menyerah dan penuh percaya diri. Menghiasi diri dengan sikap sabar adalah akhlak orang-orang mulia.
Al-Quran sendiri menyebut kata “Shobr” atau sabar –dalam bermacam bentuk—sebanyak seratus tiga kali! Hal ini menandakan keutamaan sikap sabar. Ibnu Abbas pernah berkata, “Sebesar apa al-Quran memperhatikan sesuatu, sebesar itu pula kita respek terhadapnya”. Adapun mutiara sabar dalam al-Quran maha luas. Empat diantaranya akan kita selami bersama.
Pertama, bahagia. Anugerah kebahagiaan adalah segalanya dalam kehidupan. Untuk meraihnya bermacam cara dilakukan. Yang paling menonjol, menumpuk harta. Demi harta mereka rela binasa. Padahal, setelah meninggal dunia mereka tidak bisa membawanya. Bahkan, menjadi pemicu petumpahan darah antar saudara dan keluarga. Ketahuilah, harta yang dimiliki adalah milik-Nya dan akan dikembalikan kepada-Nya.
Sikap sabar akan membawa kita pada satu titik, dimana seseorang merasa lega dan rela apapun yang menimpa dirinya. Ia tidak gelisah dengan musibah, tidak gundah dengan himpitan hidup, dan tidak resah dengan cobaan dan ujian. Bila sikap ini dipelihara kebahagiaan akan mudah diraih, karena orang yang bersabar pasti bahagia. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-oang yang sabar. (Yaitu) orang-oang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali”. (QS. 2:156)
Kedua, optimis. Dengan sabar kita bersemangat jalani roda kehidupan. Sabar membuat seseorang optimis dengan apa yang di janjikan Allah padanya. Optimis Allah cinta padanya. Optimis hanya kebaikan yang menimpa dirinya. Optimis setelah bersabar akan datang pertolongan. Dan optimis setelah susah akan raih kemudahan.
Bila ditimpa musibah ia optimis bahwa itu ujian dari Allah. Sabar menjalani, semangat mengarungi dan pantang untuk menyerah. Ia yakin, dengan bersabar dapat segera keluar dari segala cabaran dan cobaan. “Maka bersabarlah kamu, sungguh janji Allah adalah benar, dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu”. (QS. 30:60)
Ketiga, kesuksesan. Selain bahagia dan optimis, sabar akan membawa kepada kesuksesan hidup. Seorang yang sukses adalah sosok penyabar sejati. Setelah melewati gelombang, badai, onak dan duri ia menghirup udara segar, kesuksesan. “Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini karena kesabaran mereka, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang”. (QS. 23:111)
Keempat, syukur. Syukur atas karunia Allah yang terhampar luas. Syukur atas kemenangan dan kesuksesan. Bersyukur kita bisa tetap optimis. Syukur karena kita bisa tetap istiqomah di jalan-Nya. Bersyukurlah. Karena sikap sabar terhadap nikmat yang banyak adalah bentuk syukur pada Sang Pemberi Nikmat. Sikap sabar tidak saja saat susah, namun saat senangpun mesti bersabar (baca: syukur). Syukur adalah satu dari sejuta mutiara sabar. “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi si penyabar dan banyak bersyukur”. (QS. 14:15)
Bangsa kita yang terus mendapat ujian; kelaparan, ketakutan beragam bencana alam, himpitan ekonomi, penyakit sosial dan berbagai ujian lainnya amat memerlukan pribadi-pribadi mulia, pribadi penyabar. Robbanaa afrigh ‘alainaa shobron, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami”. (QS. 7:126). Inilah doa yang dilantunkan umat terdahulu saat diberi ujian oleh Sang Pencipta. Mereka meyakini, tanpa kesabaran ujian dan cobaan tidak akan berhasil dilalui. Sabar satu-satunya sikap untuk menata kehidupan, karena ia mutiara berkah, mutiara rahmat dan mutiara petunjuk. “Mereka itulah oang-orang yang mendapat berkah nan sempurna, rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. 2:157)
http://referensimuslim.blogspot.com/2010/10/4-mutiara-sabar.html
Air Mata yang Menuntun ke Surga
Dua ilmuwan pernah melakukan penelitian disertasi tentang air mata. Kedua peneliti tersebut berasal dari Jerman dan Amerika Serikat. Hasil penelitian kedua peneliti itu menyimpulkan bahwa air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe berbeda dengan air mata yang mengalir karena kecewa dan sedih.
Air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe ternyata tidak mengandung zat yang berbahaya. Sedangkan, air mata yang mengalir karena rasa kecewa atau sedih disimpulkan mengandung toksin, atau racun. Kedua peneliti itu pun merekomendasikan agar orang-orang yang mengalami rasa kecewa dan sedih lebih baik menumpahkan air matanya. Sebab, jika air mata kesedihan atau kekecewaan itu tidak dikeluarkan, akan berdampak buruk bagi kesehatan lambung.
Menangis itu indah, sehat, dan simbol kejujuran. Pada saat yang tepat, menangislah sepuas-puasnya dan nikmatilah karena tidak selamanya orang bisa menangis. Orang-orang yang suka menangis sering kali dilabeli sebagai orang cengeng. Cengeng terhadap Sang Khalik adalah positif dan cengeng terhadap makhluk adalah negatif.
Orang-orang yang gampang berderai air matanya ketika terharu mengingat dan merindukan Tuhannya, air mata itu akan melicinkannya menembus surga. Air mata yang tumpah karena menangisi dosa masa masa lalu akan memadamkan api neraka.
Hal ini sesuai dengan hadis Nabi, "Ada mata yang diharamkan masuk neraka, yaitu mata yang tidak tidur semalaman dalam perjuangan fisabilillah dan mata yang menangis karena takut kepada Allah."
Seorang sufi pernah mengatakan, jika seseorang tidak pernah menangis, dikhawatirkan hatinya gersang. Salah satu kebiasaan para sufi ialah menangis. Beberapa sufi mata dan mukanya menjadi cacat karena air mata yang selalu berderai.
Tuhan memuji orang menangis. "Dan, mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk." (QS Al-Isra' [17]:109). Nabi Muhammad SAW juga pernah berpesan, "Jika kalian hendak selamat, jagalah lidahmu dan tangisilah dosa-dosamu."
Ciri-ciri orang yang beruntung ialah ketika mereka hadir di bumi langsung menangis, sementara orang-orang di sekitarnya tertawa dengan penuh kegembiraan. Jika meninggal dunia ia tersenyum, sementara orang-orang di sekitarnya menangis karena sedih ditinggalkan.
Tampaknya, kita perlu membayangkan ketika nanti meninggal dunia, apakah akan lebih banyak orang mengiringi kepergian kita dengan tangis kesedihan atau dengan tawa kegembiraan.
Jika air mata kerinduan terhadap Tuhan tidak pernah lagi terurai, apalagi jika air mata selalu kering di atas tumpukan dosa dan maksiat, kita perlu segera melakukan introspeksi. Apakah mata kita sudah mulai bersahabat dengan surga atau neraka.
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/10/31/143618-air-mata-yang-menuntun-ke-surga
Sabtu, 30 Oktober 2010
Syukur atas Karunia Allah pagi dan petang
Ya Allah, sungguh aku telah mendapatkan Karunia, kesehatan serta perlindungan dari Mu di pagi hari ini, maka sempurnakanlah karunia kesehatan serta perlindungan Mu kapada ku dari dunia sampai akhirat.
Ya Allah aku hambaMu mohon kejutan yg menyenangkan,
Dan lindungi aku dari kejutan yg mengesalkan,
Ya Allah Engkaulah yg mengasuhku, tdk ada yg kupertuhankan selain Engkau, Engkau memiliki diriku, aku menyembahMu, aku memenuhi janjiku kpd Mu semampuku, lindungi aku dr kejahatan diriku sendiri, aku mengaku banyak Nikmat Mu utk ku, namun banyak pula dosa ku kpd Mu, mohon ampunan Mu Ya Allah, Engkau Tuhan ku Kpd Mu kupasrahkan diriku, semuanya bergantung pd keputusan Mu, tdk ada yg super maupun power selain Engkau.
Ya Allah aku bersama Mu pagi dan petang, saat bernapas dan hidup atau mati, kemudian aku berpasrah kepada Mu.
Ya Allah anugrahkan kpd ku kebaikan hari ini, Keberhasilannya, Kemenangannya, cahayanya, berkahnya, dan hidayahnya.
Ya Allah limpahkan aku kebaikan hari ini dan segala yang baik pada hari ini, sebelumnya, dan sesudahnya.
Dan aku berlindung kpd Mu dari keburukan hari Ini, dan segala yg buruk pd hari ini, sebelumnya, atau sesudahnya.
Ya Allah apapun yg kunikmati langsung maupun tdk langsung, semua itu pemberian Mu bukan siapapun atau apapun, hanya se-mata2 dari Mu, utk itu aku sangat bersyukur, Alhamdulillah .
Terimakasih Ya Allah, aku bersyukur.
Jumat, 29 Oktober 2010
Perang Mata Uang (Forex Wars)
Perang mempunyai banyak jenis, kita mengenal diantaranya : Perang Konvensional (dengan menggunakan senjata), Perang Dingin (dengan politik dan spionase) dan Perang Ekonomi. Untuk yg disebut terakhir yaitu perang ekonomi sudah sejak pergantian millenium tampaknya raksasa ekonomi dunia seperti AS, Eropa dan macan Asia seperti Jepang dan China sudah memulainya. Cuman di tahun ini (2009) telah timbul perang baru dan ini merupakan turunan langsung dari Perang Dagang dan Perang Tarif yg merupakan bagian dari perang Ekonomi global yg sedang terjadi yaitu Perang Mata Uang (Forex Wars).
Kalau Perang biasa yang kuat biasanya yg menang, tapi dalam perang mata uang justru "yg lemah mata uangnya" mempunyai competitive trade advantage. Ya...dalam situasi krisis ekonomi global yg terjadi sekarang, negara net-exportir sangat tidak mengharapkan mata uangnya menguat. Penurunan daya beli dunia menjadi penyebabnya, disaat krisis tidak ada yg mau beli harga barang yg mahal akibat perbedaan Foreign Exchange.
Selama beberapa dekade kita juga sangat mengenal kebijakan ekonomi Pemerintah Jepang, yg sangat aktif bergerilya menekan mata uangnya sendiri (Yen) untuk melemah. Dengan suku bunga Bank Sentral yg dipelihara supaya rendah (jauh lebih rendah dibandingkan negara industrial lainnya), membiarkan aksi Carry Trades berjalan (investor pinjam di Jepang dan menanamkan uang hasil pinjamannya di negara dengan suku bunga tinggi). Namun lihat apa yang terjadi setelah krisis kredit berubah menjadi krisis ekonomi global....semua pinjaman yg ditanam di luar negeri mengalir kembali ke Jepang dengan deras, membuat Yen menguat secara fenomenal ke hampir semua mata uang dunia. Yen yg menguat merupakan mimpi buruk eksportir Jepang, barang-barang dari Jepang terlihat relatif terlihat lebih mahal dibanding sebelumnya....membuat negara kecil yg benar2 tergantung eksport ke luar negeri ini benar2 terpukul sekali dengan menguatnya Yen, tapi BOJ (Bank of Japan) tidak bisa berbuat banyak karena suku bunga dalam negeri-nya pun hampir mendekati O %, tidak ada yg bisa dilakukan lagi.
Lain halnya dengan China, negara komunis ini dengan terang2an menggunakan tangan besi melemahkan nilai mata uangnya. Sementara China menumpuk cadangan devisa negaranya dalam USD, mata uang yg selalu tampak jauh lebih kuat dibandingkan dengan Yuan tidak perduli seberapa kuat ekonomi China maju pesat, Yuan tetap di-bonsai Pemerintah China. Kebijakan yg sangat dibenci "partner" dagangnya yaitu Amerika Serikat karena disadvantage USD yg relatif lebih kuat terhadap Yuan menyebabkan produk2 dari US terlihat jauh lebih mahal dan tidak dapat bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar terbesar di dunia yaitu: 1 milyar orang calon konsumen China.
Lewat tekanan politik AS yg kuat akhirnya Pemerintah China dengan berat hati membiarkan Yuan-nya menguat sedikit demi sedikit sesuai dengan pertumbuhan ekonomi China yg semakin cepat, pada tahun 2005 mereka mulai melepas Yuan untuk menguat dan dalam waktu 3 tahun, Yuan menguat terhadap terhadap USD sebesar 17 %.
Namun itu dirasa belum cukup oleh politisi-politisi AS, mereka tetap saja mengecam dan mengancam China bila mereka (China) tidak membebaskan Yuan-nya (free floating system) maka kongres akan mengenakan tarif 27,5 % pada setiap produk China. Gertakan dibalas gertakan, China official mengancam akan menarik dukungannya terhadap US lewat pembelian Surat hutang US (US T-Bills), hutang yg dibutuhkan US untuk mencetak uang, membiayai program2 ekonomi multi milyar dollar...ancaman yg sangat serius bagi economy US karena China memegang hutang luar negeri US dalam bilangan fenomenal ( $ 1 trilyun )
Ancaman dibalas tindakan dan tindakan The Feds (Bank Sentral AS) diluar perkiraan banyak orang, lewat pertemuan FOMC minggu kemarin The Feds memutuskan untuk membeli sendiri surat utang (T-Bills) AS dan mortgage kredit bermasalah senilai lebih dari $ 1 trilyun....dengan kata lain yg lebih sederhana The Feds secara sengaja melemahkan USD dengan mencetak dollar $ 1 trilyun lebih banyak tanpa di back up hutang luar negeri alias cek kosong....Suatu tindakan yg sangat berani bahkan mungkin bisa disebut berjudi dengan nasib....
Aksi "Kamikaze" The Feds US tentu sangat menyakiti China, tidak bisa tidak dia mempunyai asset USD $1 trilyun!...sekarang sedang di "sunat" nilainya oleh tindakan The Feds..mungkin langkah The Feds juga menunjukan pada China bahwa dalam keadaan terjepit US dapat melakukan apa yg sebelumnya tidak terbayangkan....Jika China enggan menguatkan nilai Yuan nya, mungkin US sendiri akan melemahkan sendiri mata uangnya (USD)....perlu dicermati langkah China dalam melakukan aksi balasan nantinya.
Jika aksi balasan dari China berupa kebijakan yg "luar biasa" nekatnya juga...misal benar2 meninggalkan USD sebagai reserve dengan tidak membeli lagi T-Bills US...It could be spark another kind of Wars.
Membongkar Perang Mata Uang AS-China
Memanasnya perang mata uang di tengah kecamuk krisis ekonomi yang mendera Negeri Paman Sam, mendorong Menteri Keuangan AS Timothy Geithner terpaksa bertandang ke China Ahad ini (24/10) untuk menggelar perundingan. Tindakan China yang berusaha mempertahankan nilai yuan pada level rendah ditengarai sebagai sumber sengketa antara Beijing dan Washington dalam beberapa bulan terakhir ini.
Bukan hanya para pejabat ekonomi AS, kalangan Kongres pun menuding China sengaja mendevaluasi yuan supaya komoditas ekspornya tetap bisa bersaing di pasar global. Sebaliknya Beijing menuduh Washington menerapkan kebijakan moneter yang tidak bertanggung jawab sehingga menyebabkan nilai tukar dolar melemah dan arus modal panas pun menyerbu negara-negara emerging market untuk memperoleh keuntungan jangka pendek. Masalah inilah yang membuat silang sengkarut di antara dua raksasa ekonomi dunia itu tak juga beres.
Menanggapi hal tersebut Menteri Keuangan AS Timothy Geithner menyinggung pertemuan negara-negara G-20 di Korea Selatan dan menyatakan, para menteri keuangan G-20 telah mencapai kata sepakat soal pentingnya peningkatan secara bertahap nilai mata uang negara-negara yang memiliki surplus perdagangan tinggi. Dalam laporan departemen keuangan AS juga disebutkan, negara-negara yang mempertahankan nilai mata uangnya jauh lebih rendah dari nilai aslinya telah berkomitmen untuk bergerak menuju sistem transaksi yang berbasiskan pasar.
Menteri keuangan AS dalam wawancaranya dengan Televisi Bloomberg seusai menghadiri sidang G-20 di Korea Selatan menandaskan, "China beranggapan bahwa peningkatan nilai yuan akan menguntungkan pihaknya lantaran tidak ingin Bank Sentral AS mengendalikan kebijakan moneternya". Ia menilai, China merupakan negara mandiri dengan kekuatan ekonomi yang besar dan tumbuh cepat. Meski demikian, Timothy berharap Beijing bisa menggerakkan kebijakan ekonominya secara lebih dinamis karena itu perlu diupayakan peningkatan nilai yuan secara berkesinambungan.
Sementara itu, Kongres AS dan sebagian ekonom dunia berkeyakinan bahwa nilai yuan saat ini 20 persen lebih rendah daripada nilai yang semestinya. Jeffry Frieden, professor dari Universitas Harvard menjelaskan, tindakan China yang berusaha mempertahankan nilai yuan tetap rendah, bukan hanya merusak ekonomi AS tetapi juga bagi sebagian besar negara-negara dunia. Pakar masalah moneter dan finansial di banyak negara itu menambahkan, rekayasa devaluasi yuan yang dilakukan China, sejatinya akan menyeret negara-negara dunia untuk berlomba-lomba menurunkan nilai mata uangnya. Di sisi lain, ia juga menilai bahwa pelemahan nilai yuan juga menjadi biang utama yang membuat perbaikan ekonomi di Negeri Paman Sam tak juga membaik. Meski Jeffry tak mengingkari kelemahan internal ekonomi AS, namun kebijakan China itu dinilainnya telah menyebabkan kebijakan ekonomi AS di kancah global terseok-seok.
Cermati "perang mata uang"
Anda mungkin akan mendapati diri Anda terlalu naif mengklaim apresiasi rupiah sebagai indikator membaiknya perekonomian.
Mengapa begitu? Karena asumsi itu menapikan sisi lain bahwa keseimbangan perdagangan terancam akibat daya saing terpukul oleh rezim-rezim ekspor lain yang berlomba melemahkan kurs mata uangnya.
Saat ini kinerja ekspor Indonesia memang mengesankan. Agustus lalu ekspor naik 9,76 persen, sedangkan inflasi hanya 0,44 persen. Namun di tengah ekonomi global yang saling mempengaruhi tapi sedang dilanda perang kurs, kita memiliki alasan untuk tidak terlena.
Meminjam tesis editor The Weekly Standard, Irwin M. Stelzer, "perang kurs" dipicu oleh Amerika Serikat.
Menghadapi kampanye pemilihan presiden yang dimulai 3 November nanti, Barack Obama membutuhkan jualan politik baru untuk menarik simpati rakyat.
Pemerintahan ini menghadapi pengangguran yang meninggi dan sistem produksi domestik yang mandek. Obama lalu menawarkan program perluasan lapangan kerja dan memicu sektor produksi.
Federal Reserve kemudian mencetak banyak-banyak dolar AS. Akibatnya dolar melemah. Saat bersamaan, syarat masuk produk dan modal impor, khususnya China, diperketat.
Intinya, industri domestik diproteksi agar anteng berproduksi, sementara asing dipaksa berbagi insenfit bunga surat utang yang dipegangnya. Celakanya, formula itu mendorong negara lain meniru AS, demi mempertahankan daya saing.
Jepang mengintervensi pasar uang demi melemahkan yen. Singapura bergerilya lewat instrumen pajak. Brazil menggandakan pajak beli obligasi oleh asing, Thailand menarik 15 persen pajak kepada asing pembeli obligasi nasionalnya, sementara Korea Selatan melarang bank meminjam dalam mata uang asing.
Banyak negara merintih karena produk ekspornya tiba-tiba tak kompetitif lagi. Brazil tak tahan dan mengaum, "Kita berada di tengah perang mata uang. Daya saing kita tercampakkan," kata Menteri Keuangan Brazil Guido Mantega.
Perang kurs memperlihatkan dilema besar dalam sistem keuangan global di mana dolar AS menjadi cadangan mata uang resmi dunia. Dilema itu adalah ketika AS memakai referensi global ini sebagai instrumen domestiknya, maka perekonomian global terancam perang harga besar-besaran.
Hubungan antarnegara pun bisa rusak. Lihat saja Jepang dan China yang bersitegang karena dipicu saling banting harga di pasar ekspor. Jepang juga menyemprot Korea Selatan karena produk-produk ekspornya kalah laku setelah Korea terus melemahkan mata uangnya.
Indonesia bisa saja merintih jika Malaysia dan Singapura mengenakan syarat-syarat lebih ketat terhadap produk dan jasa Indonesia ke sana.
Mungkin saja instrumen pajak terhadap modal masuk diberlakukan pula pada Indonesia. Itu artinya, para pengusaha Indonesia yang memarkir modal di sana tertekan, lalu mengkompensasikan tekanan itu kembali ke Indonesia.
Bisa juga kondisi-kondisi kerja ideal bagi TKI diubah atau berbuat aneh-aneh terhadap produk Indonesia seperti Taiwan terhadap Indomie. Saat itu terjadi, maka hubungan politik pun terganggu.
Inilah tesis yang salah satunya diajukan ekonom China Li Xiangyang, "Jika negara yang mengadopsi kebijakan nilai tukar (ala AS) kian banyak, maka kepentingan antarnegara akan saling bertabrakan."
Uang Panas
Perang kurs awalnya dengan mendevaluasi mata uang, lalu meminta mitra dagang menaikkan nilai produk dagangnya. Setelah itu, tarif impor dikenakan suatu negara guna melindungi industri kuncinya. Dengan cara seperti ini permintaan domestik kepada produk-produk hasil dalam negeri meningkat.
Masalahnya, saat itu terjadi, barang dan jasa ekspor satu negara hancur karena negara tujuan ekspor memutuskan membuat sendiri produk itu.
Misalnya, Anda mengekspor sepatu ke AS, tapi AS kini memproduksi sendiri sepatu. Anda terpukul kan? Inilah yang membuat China meradang.
Lalu, buah terpahit dari perang kurs adalah banjirnya "uang panas" ke sistem perekonomian yang dianggap menguntungkan dalam jangka pendek.
Banjir uang panas terjadi karena sekarang siapapun bisa memegang dolar karena harganya murah, sementara sejumlah negara seperti AS menjadi pelit memberi insentif. Akhirnya pemodal jangka pendek ini mencari pelabuhan-pelabuhan modal yang dianggapnya menarik.
Investor "uang panas" hanya datang sementara dan melulu memperdagangkan risiko. Tahun ini Anda mungkin dianggap aman, tapi tahun depan anggapan bisa berubah. Bukan karena Anda menjadi tak aman, tapi karena tempat lain menawarkan insentif lebih besar.
Saat itu terjadi, maka modal masuk segera berubah menjadi capital outflow. Ini tak akan apa-apa jika jumlahnya jutaan dolar.
Tapi, mengutip Institute of International Finance, uang panas yang gencar memburu negara-negara berkembang seperti Indonesia ini jumlahnya fantastis, 825 miliar dolar AS! Ini hampir sepuluh kali cadangan devisa RI pada September 2010 sebesar 86,2 miliar dolar AS.
Yang mengerikan adalah, dari pengalaman krisis moneter 1997, modal masuk yang datang tiba-tiba, akan keluar tiba-tiba dalam jumlah sama besarnya.
Dalam editorialnya berjudul "The Next Bubble", International Herald Tribune mengingatkan bahwa Wall Street sedang membidik aset-aset negara-negara berkembang. Oleh karena itu negara berkembang harus awas mencermatinya.
Capital inflow yang mengalir masif ini membuat negara penerima modal kelebihan uang, lalu harga barang tertekan, gelembung-gelembung aset tercipta, harga properti dan saham merangsek.
Mengapa disebut gelembung aset? Karena uang yang masuk kantong Anda, bukan karena Anda telah bekerja, tapi dari pinjaman berente yang setiap waktu ditarik dari Anda. Kantong Anda terlihat penuh, padahal isinya utang.
Bahayanya, mengutip China Post, gelembung-gelembung aset ini cepat atau lambat bakal meledak, untuk kemudian menciptakan bencana.
Kecenderungan di atas memesankan hal lain bahwa statistik ekonomi harus dibaca kritis agar tidak mengaburkan realitas ekonomi nasional sebenarnya.
Kita tak boleh lengah hanya karena performa indeks yang terus menanjak, karena fundamental ekonomi juga harus dilihat utuh. Bahkan, IMF mengingatkan Asia mengenai bahaya inflasi dan penggunaan uang panas untuk proyek-proyek domestik.
Yang juga mesti dicermati adalah konsentrasi ekonomi Indonesia sekarang di mana, mengutip Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto, 56 persen aset nasional dikuasai oleh hanya 6,2 persen penduduk Indonesia.
Jika banyak dari 6,2 persen penduduk Indonesia itu ternyata tergantung pada "uang panas" (belakangan ini sejumlah saham di Bursa Efek Indonesia yang fundamentalnya tidak terlalu bagus mengalami pembiakan harga yang intensif), maka saat bubble meletus, magnitudo ledakannya merusak 56 persen aset nasional.
Jika 56 persen rusak, maka 44 persen lainnya terganggu.
Semoga skenario itu tak terjadi. Tapi jika Anda menjadi tergantung pada uang panas itu atau tak henti mengiimpor karena lebih murah, maka skenario itu mungkin saja terjadi. Krisis moneter 1997 terjadi karena lengah seperti ini.
Saat ini mengimpor memang lebih realistis. Taruhlah impor beras dan tekstil. Anda mungkin lebih suka mengimpor beras dari Thailand dan tekstil dari China karena harganya lebih rendah dibandingkan harga domestik.
Anda untung, tapi saat bersamaan para petani dan perajin tekstil dalam negeri gulung tikar untuk kemudian menganggur.
Anda boleh tak mempedulikan ini, tapi bisnis jangka panjang Anda niscaya terganggu. Ingat, pengangguran bisa memicu ketidakstabilan, bahkan naiknya kriminalitas.
Terlalu banyak orang yang tidak bekerja akan membuat kegiatan investasi dan bisnis terancam, karena stabilitas politik terongrong oleh orang-orang yang tidak puas dan tersisihkan akibat tidak bekerja. Padahal Anda butuh stabilitas sosial politik demi tenangnya berusaha.
Lebih mengkhawatirkan lagi, ketika hanya segelintir yang menguasai ekonomi nasional--taruhlan 6,2 persen penduduk itu-- saat itu pula curiga dan stigma sosial muncul, lalu memicu konflik sosial dan kebencian antarmasyarakat.
Meminjam hipotesis Amy Chua dalam bukunya "World on Fire", masyarakat demokrasi pasar (di mana Indonesia sedang mengarunginya) memang kerap mencipta dan lalu mendidihkan kebencian antaretnis.
Jadi, di samping menarik insentif positifnya bagi perekonomian nasional, dinamika keuangan global ini mesti dicermati kritis untuk menjamin aset ekonomi tak menciptakan gelumbang. Jika pun ada gelumbung, kita bisa mengelolanya sehingga kempes tanpa menciptakan ledakan.
Krisis moneter 1997 memperlihatkan bahwa gelumbung aset yang meledak berimplikasi luas terhadap negara, dan memicu konflik bernuansa rasial yang pekat.
Oleh karena itu kita harus mencari cara agar aset nasional tak terpusat di tangan segelintir orang, sehingga saat yang satu sakit, tak menjangkiti yang lain, apalagi keseluruhan sistem.
Kita juga perlu memonitor ketat masuknya uang panas. Bank Indonesia memang diam-diam sedang melakukannya, tapi langkah lebih drastis tetap diperlukan. Bahkan para ekonom liberal seperti Uri Dadush, Direktur Program Ekonomi Internasional Carnegie Endowment for International Peace, merekomendasikan ini.
"Karena faktanya modal masuk itu mudah bergejolak dan berjangka pendek, maka intervensi mata uang untuk tujuan mensterilasasi dampaknya, mengakumulasi cadangan devisa, dan terakhir mengenakan pajak terhadap modal masuk atau kontrol devisa lainnya, adalah sah," kata Dadush. .
.
Sumber :
1.http://forum.detik.com/perang-mata-uang-t92957.html?s=8fac004aa74683c86fb0a82a942634c2&t=92957
2.http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=26456:membongkar-perang-mata-uang-as-china&catid=15:lintas-warta&Itemid=58
3.http://www.antaranews.com/kolom/?i=1287722284
Ibu selalu tahu…
Tiap kali menatap wajah ibu, hatiku akan bersimbah cinta…
Menelusuri tiap lekuk garis wajahnya yang menua..
Mengamati tiap helai rambutnya yang memutih..
Ku pandang ibu dalam lelap tidurnya..
Duhai Rabb, betapa muliah Engkau ciptakan dia.
Entah dari mana engkau bentuk hatinya yang begitu tulus..
Ku raba tangannya yang mulai keriput, tangan kasar namun bertabur berkah..
Ku ingin menciumnya agar berkah itu mengalir padaku..
Duhai penguasa jagad raya..
Alangkah tegar dia Kau bentuk, namun betapa lembut kasihnya Kau curahkan..
Ibu..
Menggoreskan tentangmu, tak akan ada kata yang mampu mewakilkannya..
Menggambarkan indahmu tak ada tinta yang mampu mewarnai sucimu..
Menguntai kata terindah untukmu, tak akan ada pujangga yang mampu menuliskan keagunganmu..
Ibu..
Bisa apa aku tanpamu..?
Saat ku gelisah, kau tau ada yang mengganggu fikirku.. Dan belaianmu mampu menenangkanku..
Saat ku menangis, kau tahu ada yang mengusik hatiku.. Dan senyumanmu akan mendamaikan qalbuku..
Ketika malam tiba, kau tahu ku takut gelap.. Dan aku akan segera mendapatkan pelukanmu, dan sirna sudah takutku.. Ketika ku sakit, ibu tahu penderitaanku, dan ku yakin dia merasakan jauh lebih sakit dari yang ku rasakan, akan ku temukan raut sedih dan air mata tiap menatapku yang lemah.
Ibu tahu betapa sedihnya aku ketika ku gagal meraih apa yang ku inginkan.. Dan dia akan memacu semangatku lagi.
Ibu tahu saat ku jatuh cinta, dan senyumnya akan menggodaku, namun nasihatnya membuatku tak berani melangkah terlalu jauh..
Ibu tahu ketika ku lelah, pijatannya mampu mengantarku dalam tidur yang lelap.. Ibu tahu tiap detail kesukaanku.. Dan apa yang tak kusuka. Ibu tahu semua makanan favoritku..
Ibu tahu saat ku begadang mengerjakan tugas-tugasku, dan akan ku temukan segelas susu atau kopi hangat di atas mejaku..
Ibu tahu, aku begitu sibuknya dan tak sempat membereskan kamar dan pakaian kotorku sehingga dia yang mengerjakan semuanya..
Ibu tahu ketika ku pulang, aku akan begitu laparnya sehingga tiap ku tiba, di meja telah tersaji makanan favoritku.. Ketika ku jauh dari ibu..
Ibu tahu saat ku rindu padanya, maka tak lama HP ku akan berdering dan ibulah yang menelponku.. Saat ku sakit ibu tahu, dan jauh di sana ibupun akan gelisah.. Ibu pun tahu betapa besarnya cintaku padanya, walau..
Aku tak pernah tahu, bila ibu sakit, aku tetap lelap dalam tidurku.. Dan ibu akan tertatih meraba mencari obat sendiri untuk mengatasi sakitnya..
Aku tak pernah tahu, bila ibu galau, dan aku mengabaikan keluhannya.. Dan ibu akan memikirkan masalahnya sendiri..
Aku tak pernah tahu, ketika ibu lelah mengurusi smua kebutuhanku, dan tak ku pedulikan rintihan pegal badannya.. Dan ibu akan mengatasi pegalnya dengan mencoba memijat dirinya sendiri..
Aku tak pernah tahu jika ibu melarangku, itu untuk kebaikanku, dan aku berlalu dari hadapannya dengan wajah tertekuk, dan ibu terluka..
Aku tak pernah tahu, jika ibu mengomel, itu smua agar aku tak melakukan kesalahan yang sama lagi. Namun ku membalas dengan kata-kata yang mampu melukai hatinya..
Aku tak pernah tahu, betapa sedihnya ibu saat ayah tiada, dan aku pun dengan mudahnya memutuskan bekerja di tempat yang jauh, meninggalkan ibu dalam sepinya..
Aku tak pernah tahu betapa takutnya ibu kehilanganku, saat ku memutuskan untuk menikah.. Dan setelahnya ku sibukkan diriku dengan keluarga baruku, dan mengabaikan ibu dalam sendirinya..
Ibu.. Selalu tahu.. Namun aku.. Tak pernah tahu.. “Allahummaghfirlana wa li walidaina warhamhuma kama rabbayana shighara” Amin….amin ya Rabbal alamin.
http://www.oaseimani.com/ibu-selalu-tahu.html
Benci dan Cinta
(Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari)
Ini adalah kisah seorang sahaya yang ingin mendapatkan cinta kekasih belahan jiwa. Perjalanan hidupnya membuahkan pelajaran-pelajaran berharga untuk selu…ruh kaum muslimin hingga akhir masa. Kalau anda saat ini sedang jatuh cinta, mungkin pribadi Mughits lebih menarik perhatian anda. Begitu buta dan dalam dan pilunya ekspresi cintanya pada Barirah sehingga semua orang mendengar rengekan dan melihat airmatanya. Meleleh membasahi jenggotnya. Seakan dia berprinsip, biarkan dunia tau kalau aku cinta kamu. Dan, ehem…ternyata Rasulullah tidak melarangnya jatuh cinta.. Tapi kalau anda adalah pembela HAM dan hak-hak wanita, sosok Barirah yang akan menggetarkan anda. Penasaran dengan kisah cintanya.??
Disebutkan di dalam Shahih Al-Bukhari dari jalan Khalid Al-Hadda’, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas; bahwasanya suami Barirah adalah seorang budak, bernama Mughits, saya melihatnya berjalan dibelakangnya sambil menangis, sampai-sampai air matanya mengalir ke jenggotnya, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Wahai Abbas, tidakkah engkau merasa heran dengan cintanya Mughits terhadap Barirah dan bencinya Barirah terhadap Mughits.” (Insya Allah akan dipaparkan pada kisah di bawah nanti).
~.Bismillahirramanirrahim…~
BARIRAH.. adalah budak milik seorang Anshar dari kabilah bani Hilal. Kemudian ‘Aisyah ra. Membelinya dan dibebaskan. Barirah seorang wanita yang pandai, perawi hadits dan faqihah serta memiliki firasat yang tajam dan tepat. Ia hidup sampai masa kepemimpinan Mu’awiyah radliyallah ‘anhu.
MUGHITS.. adalah suami Barirah. Dia seorang budak hitam, maula Abu Ahmad bin Jahsy Al-Asadi. Istrinya, Barirah meminta pisah darinya sesudah dimerdekakan oleh ‘Aisyah. Ketika itu, Mughits masih berstatus sebagai budak.
Abu Ahmad bin Jahsy, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tuan dari Mughits, sangat menyayangi dan kagum terhadap budaknya itu. Ia seorang budak yang amanat, jujur, dan bersemangat dalam berkhidmat terhadap tuannya sehingga ia berhasil mempersembahkan banyak manfaat untuk tuannya. Oleh karena itu, ketika tuannya menyerunya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, segera saja ia menyambutnya. Sebagai balasannya, ketika Mughits meminta sesuatu kepada tuannya, dengan suka rela tuannya pun mengabulkan permintaannya.
Pada suatu hari, Mughits meminta kepada tuannya untuk menikahkannya. Dan tuannya-pun menyanggupinya, tapi nanti setelah mereka tiba di Yasrib untuk hijrah. Abu Ahmad dan Mughits keluar dari Makkah menuju Madinah. Di tengah perjalanan, Abu Ahmad menyenandungkan syair yang memuji istrinya, hal ini membuat hati Mughits semakin menggebu-gebu untuk menikah. Oleh karena, di tengah-tengah perjalanan yang masih sangat jauh dari Madinah, Mughits senantiasa mengulang-ulang permintaannya kepada tuannya.
Setelah mereka tiba di Yatsrib dan telah mendapatkan tempat, Mughits mengulangi lagi permintaannya kepada tuannya untuk segera dinikahkan. Maka Abu Ahmad menyuruhnya untuk mencari calon istri dari budak wanita yang ada di Yatsrib.
Mulailah Mughits berkeliling di perkampung Madinah. Pada akhirnya, hatinya terpaut dengan seorang budak wanita yang cantik di salah satu rumah kaum Anshar. Ia bernama Barirah. Maka ia bersegera pulang menemui tuannya dan mengabarkan berita gembira ini.
Abu Ahmad pun bersegera pergi ke tempat kaum Anshar tadi, dan menyatakan keinginannya. Merekapun menyambutnya dengan baik. Tapi Barirah tidak menyukai laki-laki ini. Ia memberitahu pada tuannya bahwa ia tidak menyukainya, lalu ia masuk ke dalam sambil menangis. Maka tuannya menyampaikan kepada Abu Ahmad bahwa ia telah ridla dengan ini, tapi Barirah tidak menghendakinya. Maka ia meminta waktu beberapa hari untuk melunakkan hati Barirah.
Mughits sangat sedih dengan tanggapan Barirah. Maka ia meminta tuannya untuk terus mendesak keluarga Barirah agar hatinya luluh. Ia menyampaikan kepada tuannya bahwa ia telah jatuh cinta kepada Barirah dan tidak mau menikah dengan selainnya.
Abu Ahmad merespon permintaan Mughits, dan ia pun berkali-kali datang ke keluarga Barirah untuk meminta budaknya. Pada akhirnya, ia berhasil, hati Barirah-pun luluh.
~.Pada awalnya Barirah tidak mau menikah dengan Mughits, tapi karena desakan yang terus menerus dari tuannya, akhirnya ia pun menyatakan keridlaannya, menerima lamaran Mughits, secara dzahirnya saja. Lalu pernikahan pun dilangsungkan.
Mughits amat merasa bahagia dengan pernikahannya ini. Dia berhasil menyunting gadis cantik pujaannya. Tapi, berbeda dengan Barirah. Ia merasa telah menipu dirinya, ia menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia cintai, sampai-sampai ia berujar:
“Demi Allah, aku tidak menginginkan dan tidak menyukainya, tapi apa yang bisa kuperbuat, takdir pastilah menang.”
Kesedihan Barirah sangat luar biasa, tetapi Allah telah mempersiapkan satu hal untuk meringankan beban kesedihannya, yaitu dengan dibukanya pintu salah satu rumah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Aisyah radliyallah ‘anha. Barirah sering datang ke sana untuk membantu pekerjaan Ummul mukminin.
Barirah sangat menyukai ‘Aisyah radliyallah ‘anha, beliau menyambutnya dengan ramah dan memperlakukannya dengan baik. Pada akhirnya Barirah mau mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada bunda ‘Aisyah tentang perasaannya terhadap suaminya, Mughits.
Ia berkata:”Demi Allah, aku dipaksa oleh keluargaku untuk menikah dengannya. Dalam hatiku tidak ada kecondongan (kecintaan) kepadanya, dan aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat.”
Tetapi Bunda ‘Aisyah memintanya untuk tetap bersabar dan ridla dengan takdirnya. Beliau menasihatkan: “Wahai Barirah! Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah dengan suamimu, sungguh ia adalah laki-laki shalih dan semoga Allah menghilangkan kegundahanmu dan menganugerahkan kecintaan kepada suamimu.”
Berulang-ulang kali Barirah mengadu kepada bunda ‘Aisyah dan berulang-ulang kali pula beliau menasihatkan supaya tetap bersabar dengan suaminya, berusaha terus untuk mencintainya dan ridla dengan bagian yang Allah tetapkan padanya. Barirah-pun berusaha melaksanakan nasihat bunda ‘Aisyah, dan berusaha membuka hatinya untuk suaminya.
Setelah waktu berlalu cukup lama, ia terus mencobanya, tapi ia tetap tidak bisa, bahkan bertambahnya hari hanya menambah rasa benci kepada suaminya.
Barirah mengadu lagi kepada bunda ‘Aisyah tentang suaminya, ia berkata: “Demi Allah wahai Ummul mukminin, sungguh hatiku ini sangat membenci Mughits, aku sudah berusaha mencintainya dan aku tetap tidak bisa. Aku tidak tahu apa yang bisa ku lakukan dalam hidup bersamanya.”
‘Aisyah pun menasihatinya: “Bersabarlah wahai Barirah, semoga Allah memberikan jalan keluar dari masalahmu ini.”
“Demi Allah, aku tidak menginginkan dan tidak menyukainya, tapi apa yang bisa kuperbuat, takdir pastilah menang.” senandung Barirah
Mughits amat merasa sedih dengan sikap istrinya, ia telah mencurahkan segala cintaannya kepada istrinya tapi ia membalasnya dengan kebencian yang besar. Dia meminta tolong kepada tuannya, Abu Ahmad, untuk menasihati istrinya supaya bersikap lembut kepadanya, tapi tidak juga membawa perubahan. Dia juga meminta bantuan pada keluarga Barirah, tapi mereka kurang meresponnya.
Pada suatu hari istri Abu Ahmad melihat Mughits sedang bersedih, lalu ia berusaha menghiburnya. Ia berkata: “Kenapa kamu ini wahai Mughits! Sepertinya kamu terlalu memikirkan Barirah, wanita selain dia kan banyak!!”
Mughits menjawab: “Tidak, demi Allah, wahai tuanku, aku tidak bisa membencinya dan tidak bisa mencintai wanita selainnya.”
Tuannya berkata: “Kalau begitu bersabarlah, sampai ia melahirkan anakmu, semoga setelah itu hatinya mulai berubah dan bisa mencintaimu.”
Mughits amat bahagia mendengarnya dan mulailah ia berhayal. “Tidak, demi Allah, wahai tuanku, aku tidak bisa membencinya dan tidak bisa mencintai wanita selainnya.” Kata Mughits kepada tuannya.
Sebaliknya dengan Barirah, bertambahnya hari dan bergantinya siang dan malam, hanyalah menambah rasa benci terhadap suaminya, bahkan hal ini bertambah setelah ia melahirkan. Ia berangan-angan tidak pernah melahirkan seorang anak-pun dari Mughits.
Setelah berlalu beberapa tahun, datanglah hari yang ditunggu-tunggu, keluarga Barirah menyatakan mau memerdekakannya jika ia siap membayar sejumlah harta selama sembilan tahun. Barirah amat sangat senang mendengar berita ini, lalu bersegeralah ia menuju ke rumah bunda ‘Aisyah mengabarkan bahwa keluarganya menawarkan mukatabah dengan sembilan awaq dalam waktu sembilan tahun. Setiap tahunnya satu ‘uqiyah (12 dirham), maka ia meminta bantuan kepada ‘Aisyah untuk membelinya. Ia berkata kepadanya: “Ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu wahai Ummul Mukminin, hilangkanlah kesusahanku maka Allah akan menghilangkan kesusahan Anda.”
Lalu ‘Aisyah tertawa dan berkata: “ Bergembiralah wahai Barirah, demi Allah beberapa hari ini aku ingin bertaqarrub kepada Allah dengan memerdekakan budak, dan tiada yang lebih aku senangi kecuali memerdekakanmu dan menghilangkan duka citamu. Kemarilah wahai Barirah, ambilah harta ini, timbanglah dan berikan sembilan awaq kepada tuanmu, lalu bayarlah sekaligus dan dirimu menjadi milikmu.”
Barirah membawa uang itu kepada tuannya dan menyerahkannya sekaligus, lalu ia kembali kepada Sayyidah ‘Aisyah, berterima kasih dan memujinya. Ia berkata kepada nya:”Al-Hamdulillah, wahai Ummul Mukminin, Allah telah menghilangkan duka citaku dan menyingkapkan kegundahanku, dan aku telah mendapatkan sesuatu yang besar dengan kesabaran.”
Barirah juga menyampaikan kepadanya bahwa ia akan segera meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memisahkan dia dari Mughits.
Pada sore harinya, ia datang ke kamar Aisyah dan meminta izin bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia pun diizinkan. Lalu ia mengucapkan salam dan menyampaikan maksudnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. “Wahai Rasulullah, aku memohon, kiranya baginda sudi menceraikanku dari suamiku Mughits, aku sekarang telah merdeka sedangkan dia masih sebagai budak, aku sudah tidak kuat lagi hidup bersamanya. Tanyalah pada Ummu Abdillah, ‘Aisyah. Pasti beliau akan memberitahukan bagaimana nasib hidupanku bersamanya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersenyum akan ucapan Barirah dan mengabulkan permintaannya. Lalu beliau mengutus seseorang untuk menyampaikan kabar berita ini kepada Mughits.
Ketika mendengar berita ini, Mughits langsung pingsan, ia dirundung kesedihan yang sangat luar biasa. Bumi yang luas ini terasa sempit dan seolah-olah nyawanya sudah pergi meninggalkan jasadnya.
Setelah mendapat berita tadi, Mughits selalu mengikuti Barirah, berlari-lari di belakangnya, sepanjang perjalanannya di lorong-lorong kota Madinah. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia merayunya dengan kata-kata terindahnya, berbicara kepadanya dengan ucapan terhalusnya, tapi Barirah tidak sedikitpun terpengaruh.
Mughits meminta bantuan kepada siapa saja yang dikenalnya untuk berbicara kepada Barirah, tapi tidak juga membuahkan hasil.
Pada hari berikutnya, Mughits mengiba kepada Barirah dengan selalu berjalan dan mengikuti di belakangnya memasuki pasar kota Madinah sambil menangis sampai-sampai air matanya membasahi janggutnya, tapi hal itu juga tidak membuat luluh hati Barirah.
Mughits kembali mengiba kepada Barirah agar mau kembali kepadanya, sampai-sampai dia berjalan di belakangnya di sepanjang jalan Madinah dengan menangis hingga janggutnya basah oleh air matanya
Pemandangan ini membuat hati setiap orang yang menyaksikannya menjadi terenyuh, kasihan dan merasa sedih, di antaranya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika itu beliau bersama pamannya Abbas, berada di pasar Madinah. Lalu beliau berkata kepadanya:
“Hai Abbas, tidakkah engkau heran dengan cintanya Mughits kepada Barirah dan bencinya Barirah terhadap Mughits.”
Abbas pun menjawab; “betul, Demi Dzat yang mengutusmu, sungguh urusan mereka sangat aneh.”
Ketika Mughits melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia pun mendatangi beliau fsn meminta pertolongannya untuk menyampaikan kepada Barirah agar mau kembali kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sedih melihat kondisi Mughits. Beliau tidak dapat berbuat apa-apa melainkan hanya bisa mengingatkan pihak istri seraya mengatakan, Lalu beliau memanggil Barirah dan bersabda kepadanya: “Wahai Barirah, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya ia adalah bapak dari anakmu, kalau seandainya kamu mau, ruju’lah kepadanya.”
Barirah memahami perkataan Rasulullah itu, sehingga dia pun bertanya, “Apakah engkau menyuruhku?” Atau dengan kata lain, “Apakah ucapan itu engkau kehendaki sebagai perintah, sehingga aku harus mentaatinya?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Aku hanya sekedar menawarkan, dan bukan sebagai keharusan atau paksaan.”
Barirah pun menjawab: “Kalau begitu aku tidak merasa butuh kepadanya, aku tidak bisa hidup bersamanya, aku memilih sendiri.”
Inilah kisah kehidupan Barirah dengan suaminya. Suaminya sangat mencintainya, tapi Barirah sangat membencinya. Ia mampu bersabar bersamanya dalam kurun waktu yang cukup lama dengan berangan-angan ingin berpisah dari suaminya.
Tidakkah para orang tua yang zhalim dan berbuat semaunya kepada puterinya mendengar petunjuk Rasulullah yang agung ini?
Islam telah melindungi kemanusiaan wanita, menjaga kehormatannya serta menjunjung tinggi keinginannya memilih laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupnya. Islam tidak memperkenankan seorang pun memaksa wanita untuk menikah dengan laki-laki yang tidak disukainya. Mengenai ini tidak ada dalil yang lebih tepat selain kisah Barirah, seorang budak Habasyi yang berada di bawah kekusaan Utbah bin Abi Lahab. Utbah memaksanya untuk menikah dengan budak laki-laki, yang bernama Mughits. Barirah tidak suka Mughits menjadi suaminya.
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
http://www.oaseimani.com/ini-baru-namanya-benci-dan-cinta.html
Mukjizat cinta seorang istri
Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.
Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya.
Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak.
Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.
Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.
Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.
Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh…segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban.”
Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.
Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.
Sang suami menuturkan, “Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku.”
Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.
Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.
Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.
Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.
Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata biasa”.
(Dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al Mubarak)
http://www.oaseimani.com/mukjizat-cinta-seorang-istri.html
Doa Buka Hati
Bencana dan Kematian, Siapa Yang Bisa Memastikan dan Menolaknya ?
Selain Hanya Bisa Pasrah dan Berdoa Serta Mohon PengampunanNYA .......
* Ya Allah... terima kasih karena Engkau selalu mengasihi kami secara berkelimpahan tiada batas setiap saat.
* Ya Allah... bantulah & bimbinglah kami agar dapat berdoa kepadaMu dengan sepenuh hati & perasaan kami, memasrahkan semua masalah, beban, hambatan, pikiran, jiwa, hati & seluruh diri kami seutuh-utuhnya kepadaMU.
* Ya Allah... terangilah hati kami agar semua kesombongan dibersihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
* Ya Allah... terangilah hati kami agar semua kemarahan dibersihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
* Ya Allah... terangilah hati kami agar semua sifat ingin mementingkan diri sendiri dibe
rsihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
* Ya Allah... terangilah hati kami agar semua perasaan iri & dengki dibersihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
* Ya Allah... terangilah hati kami agar semua keserakahan & kelicikan dibersihkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
* Ya Allah... bantulah & bimbinglah kami agar mudah bagi kami untuk memberi maaf kepada siapapun yang pernah bersalah kepada kami dengan setulus-tulusnya. (Ingat kembali siapapun yang pernah bersalah & maafkan dengan setulus-tulusnya sambil menyadari bahwa hubungan hati anda kepada Tuhan adalah yang terpenting & jangan sampai hubungan ini dihalang-halangi oleh emosi-emosi negatif yang diakibatkan orang lain terhadap anda)
* Ya Allah... dengan telah kami maafkannya mereka, berkatilah hati kami agar semua kebencian, dendam, sakit hati, ketidakpuasan, kejengkelan & emosi-emosi negatif lainnya yang disebabkan oleh orang lain, semuanya dibersihkan & dikeluarkan dari hati kami untuk digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
* Ya Allah... bantulah & bimbinglah kami agar kami dapat semakin sadar akan kesalahan kami, baik kepadaMu maupun kepada sesama kami, memohon ampun kepadaMu dengan setulus hati kami & dengan sepenuh kesungguhan & perasaaan hati kami.
* Tuhan... ampunilah semua kesalahan kami, biarlah semua ketakutan, kekhawatiran, beban & semua hal-hal negatif lainnya yang diakibatkan oleh kesalahan kami, juga dibersihkan, dikeluarkan & digantikan dengan cahaya & kasih sayangMu.
* Ya Allah... bantulah & bimbinglah kami agar cahaya & kasih sayangMu semakin meresap di dalam hati kami, bersinar semakin indah & terang di dalam hati kami, untuk memberikan ketenangan, kedamaian & kebahagiaan yang sejati di dalam hati kami.
* Ya Allah... segala puji hanya untuk Engkau Yang Maha Esa, Maha Kuasa & Maha Segalanya untuk sekarang & selama-lamanya.
* Terima kasih ya Allah... Amin!
Para Wanita Intelektual Inggris Ramai Menjadi Muslim, Ada Apa?
Ipar Tony Blair, Lauren Booth, 43 tahun, mengatakan dia sekarang memakai jilbab yang menutupi kepala setiap kali meninggalkan rumah. Ia juga mengaku melakukan shalat lima kali sehari dan mengunjungi masjid setempat kapanpun dia bisa. Lauren berprofesi sebagai wartawan dan penyiar televisi. Dia memutuskan untuk menjadi seorang Muslim enam minggu lalu setelah mengunjungi tempat suci Fatima al-Masumeh di kota Qom. “Ini adalah Selasa malam, dan saya duduk dan merasa ini suntikan morfin spiritual, hanya kebahagiaan mutlak dan sukacita,” ujarnya.
Kristiane Backer dulu dan sekarang
Sebelum pergi ke Iran, ia mengaku telah tertarik pada Islam dan telah menghabiskan banyak waktu untuk bekerja sebagai wartawan di Palestina. “Saya selalu terkesan dengan kekuatan dan kenyamanan berada di tengah-tengah Muslimin,” katanya. Menurut Kevin Brice dari Swansea University, yang memiliki spesialisasi dalam mempelajari konversi keyakinan, menyatakan gelombang para wanita terpelajar Inggris yang beralih keyakinan menjadi Muslim merupakan bagian dari tren menarik.
“Mereka mencari inti spiritualitas, arti yang lebih tinggi, dan cenderung untuk berpikir secara mendalam sebelum memutuskan. Namun dalam konteks ini, saya menyebutnya fsebagai fenomena “mengkonversi kenyamanan”. Mereka akan menganggap agama adalah alat menyenangkan suami Muslim mereka dan keluarganya, tapi tidak akan selalu menghadiri masjid, berdoa, dan berpuasa,” ujarnya.
Camilla Leyland 32 tahun seorang guru Yoga, penampilan dulu dan sekarang
Benarkah demikian? Kristiane Backer, wanita 43 tahun dan mantan VJ MTV yang menjadi ikon kehidupan Barat liberal yang dirindukan remaja saat mudanya, menggeleng. “Masyarakat permisif yang saya dambakan ketika muda dulu ternyata sangat dangkal, tak memberi ketenteraman batin apapun,” ujarnya.
Titik balik untuk Kristiane muncul ketika dia bertemu mantan pemain kriket Pakistan dan seorang Muslim, Imran Khan pada tahun 1992. Dia membawanya ke Pakistan. Di negara kekasihnya itu, dia segera tersentuh oleh spirtualitas dan kehangatan dari orang-orang Islam di negara itu. “Meskipun kemudian hubungan asmara saya dengan Imran Khan kandas, semangat saya mempelajari Islam tak turut kandas. Saya mulai mempelajari Islam dan akhirnya menjadi mualaf,” ujarnya.
Menurutnya, Islam adalah agama bervisi. “Di Barat, kami menekankan untuk alasan yang dangkal, seperti apa pakaian untuk dipakai. Dalam Islam, semua orang bergerak ke tujuan yang lebih tinggi. Semuanya dilakukan untuk menyenangkan Tuhan. Itu adalah sistem nilai yang berbeda,” tambahnya.
Penulis Eva Ahmad Sebelah Kanan dan Lynne Ali yang kini menjadi seorang Muslimah
Untuk sejumlah besar wanita, kontak pertama mereka dengan Islam berasal dari kencan pacar Muslimnya. Lynne Ali, 31, dari Dagenham di Essex, mengakuinya. Di masa lalu, hidupnya hanyalah pesta. “Aku akan pergi keluar dan mabuk dengan teman-teman, memakai pakaian ketat dan mengerling siapapun lelaki yang ingin aku kencani,” ujarnya.
Di sela-sela pekerjaannya sebagai DJ sebuah kelab malam papan atas London, ia menyempatkan ke gereja. Tetapi ketika ia bertemu pacarnya, Zahid, di universitas, sesuatu yang dramatis terjadi.”Dia mulai berbicara kepadaku tentang Islam, dan itu seolah-olah segala sesuatu dalam hidupku dipasang ke tempatnya. Aku pikir, di bawah itu semua, aku pasti mencari sesuatu, dan aku tidak merasa hal itu dipenuhi oleh gaya hidup hura-huraku dengan alkohol dan seks bebas.”
Pada usia 19 tahun, Lynne memutuskan menjadi mualaf. “Sejak hari itu pula, aku memutuskan mengenakan jilbab,” ujarnya. “Ini adalah tahun ke-12 rambut saya selalu tertutup di depan umum. Di rumah, aku akan berpakaian pakaian Barat normal di depan suami saya, tapi tidak untuk keluar rumah.”
Lauren Booth, ipar dari mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang menjadi muslim setelah mendapat pengalaman spiritual di Iran
Survei YouGov baru-baru ini menyimpulkan bahwa lebih dari setengah masyarakat Inggris percaya Islam adalah pengaruh negatif yang mendorong ekstremisme, penindasan perempuan dan ketidaksetaraan. Namun statistik membuktikan konversi Islam menunjukkan perkembangan yang signifikan. Islam adalah, setelah semua, agama yang berkembang tercepat di dunia. “Bukti menunjukkan bahwa rasio perempuan Barat mengkonversi untuk laki-laki bisa setinggi 2:1,” kata sosiolog Inggris, Kevin Brice.
Selain itu, katanya, umumnya perempuan mualaf ingin menampilkan tanda-tanda dari agama baru mereka – khususnya jilbab – walaupun gadis Muslim yang dibesarkan dalam tradisi Islam justru malah memilih tak berjilbab. “Mungkin sebagai akibat dari tindakan ini, yang cenderung menarik perhatian, Muslim mualaflah yang sering melaporkandiskriminasi terhadap mereka daripada mereka yang menjadi Muslimah sejak lahir,” tambahnya.
Hal itu diakui Backer. “Di Jerman, ada Islamophobia. Saya kehilangan pekerjaan saya ketika saya bertobat. Ada kampanye untuk melawan saya dengan sindiran tentang semua Muslim mendukung teroris – intinya saya difitnah. Sekarang, saya presenter di NBC Eropa,” ujarnya.
Hal itu diamini Lyne. “Aku menyebut diriku seorang Muslim Eropa, yang berbeda dengan mereka yang menjadi Muslim sejak lahir. Sebagai seorang Muslim Eropa, saya mempertanyakan segala sesuatu – saya tidak menerima secara membabi-buta. Dan pada akhirnya harus diakui, Islam adalah agama yang paling logis secara logika,” ujarnya.
“Banyak perempuan mualaf di Inggris juga mengkonversi agamanya karena tertarik dengan kehangatan hubungan di antara sesama Muslim. “Beberapa tertarik untuk merasakan kembali nilai-nilai yang telah mengikis di Barat,” kata Haifaa Jawad, dosen senior di Universitas Birmingham, yang telah mempelajari fenomena konversi agama. “Banyak orang, dari semua lapisan masyarakat, meratapi hilangnya tradisi menghargai orang tua dan perempuan, misalnya. Ini adalah nilai-nilai yang termuat dalam Quran, yang umat Islam harus hidup dengannya,” tambahnya Brice.
Nilai-nilai seperti ini pula yang menarik Camilla Leyland, 32, seorang guru yoga yang tinggal di Cornwall, pada Islam. Ia seorang ibu tunggal untuk anak, Inaya, dua tahun. Ia mengaku menjadi Muslim pada pertengahan usia 20-an untuk ‘alasan intelektual dan feminis’.
“Aku tahu orang akan terkejut mendengar kata-kata ‘feminisme’ dan ‘Islam’ dalam napas yang sama, namun pada kenyataannya, ajaran Alquran memberikan kesetaraan kepada perempuan, dan pada saat agama itu lahir, ajaran pergi terhadap butir masyarakat misoginis,” tambahnya. Selama ini, orang salah memandang Islam, katanya. “Islam dituduh menindas wanita, namun yang aku rasakan ketika dewasa, justru aku merasa lebih tertindas oleh masyarakat Barat.”
Tumbuh di Southampton – ayahnya adalah direktur Institut Pendidikan Southampton dan ibunya seorang
ekonom – Camilla pertama kali bersinggungan dengan Islam di sekolah. Ia mengenal Islam saat kuliah dan kemudian mengambil gelar master di bidang Studi Timur Tengah. Ketika tinggal dan bekerja di Suriah, ia menemukan pencerahan spiritual.
Merefleksikan apa yang dia baca di Alquran, ia menyadari bahwa islamlah yang dicarinya selama ini. “Orang-orang akan sulit untuk percaya bahwa seorang wanita yang berpendidikan tinggi dari kelas menengah akan memilih untuk menjadi Muslim,” katanya, menirukan komentar ayahnya saat itu. Namun ia mantap menjadi Muslimah. Kini, ia yang mengaku tak pernah meninggalkan shalat lima waktu tapi belum berjilbab ini menyatakan dirinya telah “merdeka”. “Saya sangat bersyukur menemukan jalan keluar bagi diri saya sendiri. Saya tidak lagi menjadi budak masyarakat yang rusak.” (Daily Mail & Republika)
http://ruanghati.com/2010/10/27/para-wanita-intelektual-inggris-ramai-menjadi-muslim-ada-apa/
Cinta
Apakah telapak tanganmu berkeringat, jantungmu berdetak cepat, dan suaramu tercekat saat berada di dekatnya?
* Itu bukan Cinta, itu Suka.
Apakah kamu tak bisa melepaskan pandangan atau genggaman dari dirinya?
* Itu bukan Cinta, itu Nafsu.
Apakah kamu menginginkan dia saat dia sedang tidak ada?
* Itu bukan Cinta, itu Kesepian.
Apakah kamu ada di sana karena itulah yang diinginkannya?
* Itu bukan Cinta, itu Kesetiaan.
Apakah kamu menerima pengakuan cintanya karena kamu tak ingin menyakitinya?
* Itu bukan Cinta, itu Kasihan.
Apakah kamu ada di sana karena dia memelukmu atau menggenggam tanganmu?
* Itu bukan Cinta, itu Ketergantungan.
Apakah kamu ingin memiliknya karena tatapan matanya membuat hatimu berdegup kencang?
* Itu bukan Cinta, itu Tergila-gila.
Apakah kamu memaafkan kesalahannya karena kamu peduli padanya?
* Itu bukan Cinta, itu Persahabatan.
Apakah kamu mengatakan padanya setiap hari bahwa dialah satu-satunya orang yang kamu pikirkan?
* Itu bukan Cinta, itu Dusta.
Apakah kamu ingin memberikan semua benda kesayanganmu untuknya?
* Itu bukan Cinta, itu Sikap dermawan.
Apakah kamu tertarik pada orang lain, tapi tetap setia mendampinginya tanpa pernah menyesal?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu menerima segala kesalahan dan kekurangannya karena itulah bagian dari dirinya?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu menangis saat dia sedih meskipun dia kuat?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu memaafkannya dan bersedia tetap bersamanya saat dia menyakiti?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu tetap setia apapun yang terjadi, baik saat gembira maupun sengsara?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu bersedia memberikan hatimu, hidupmu, dan matimu untuknya?
* Ya, itulah Cinta.
Sekarang, tarik perlahan nafas anda. Dan pejamkan mata anda. Bayangan siapa yg pertama kali muncul?
Kemungkinan besar dialah orang yg anda Cintai...
Indahnya berbagi... Indahnya Memiliki Seseorang yang Mencintai Anda...
* Itu bukan Cinta, itu Suka.
Apakah kamu tak bisa melepaskan pandangan atau genggaman dari dirinya?
* Itu bukan Cinta, itu Nafsu.
Apakah kamu menginginkan dia saat dia sedang tidak ada?
* Itu bukan Cinta, itu Kesepian.
Apakah kamu ada di sana karena itulah yang diinginkannya?
* Itu bukan Cinta, itu Kesetiaan.
Apakah kamu menerima pengakuan cintanya karena kamu tak ingin menyakitinya?
* Itu bukan Cinta, itu Kasihan.
Apakah kamu ada di sana karena dia memelukmu atau menggenggam tanganmu?
* Itu bukan Cinta, itu Ketergantungan.
Apakah kamu ingin memiliknya karena tatapan matanya membuat hatimu berdegup kencang?
* Itu bukan Cinta, itu Tergila-gila.
Apakah kamu memaafkan kesalahannya karena kamu peduli padanya?
* Itu bukan Cinta, itu Persahabatan.
Apakah kamu mengatakan padanya setiap hari bahwa dialah satu-satunya orang yang kamu pikirkan?
* Itu bukan Cinta, itu Dusta.
Apakah kamu ingin memberikan semua benda kesayanganmu untuknya?
* Itu bukan Cinta, itu Sikap dermawan.
Apakah kamu tertarik pada orang lain, tapi tetap setia mendampinginya tanpa pernah menyesal?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu menerima segala kesalahan dan kekurangannya karena itulah bagian dari dirinya?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu menangis saat dia sedih meskipun dia kuat?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu memaafkannya dan bersedia tetap bersamanya saat dia menyakiti?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu tetap setia apapun yang terjadi, baik saat gembira maupun sengsara?
* Barulah itu Cinta.
Apakah kamu bersedia memberikan hatimu, hidupmu, dan matimu untuknya?
* Ya, itulah Cinta.
Sekarang, tarik perlahan nafas anda. Dan pejamkan mata anda. Bayangan siapa yg pertama kali muncul?
Kemungkinan besar dialah orang yg anda Cintai...
Indahnya berbagi... Indahnya Memiliki Seseorang yang Mencintai Anda...
Bicara, Sebuah mukjizat Ilahi…
Manusia biasanya mulai bicara ketika menginjak usia tertentu. Fenomena ini nampak jelas dan seakan merupakan hal biasa bagi kita… ya, karena semua orang mengalaminya di usia yang berdekatan.
Inilah yang menyebabkan sebagian orang berasumsi bahwa percakapan atau bicara merupakan hal biasa; padahal sebenarnya ini adalah mukjizat yang luar biasa. Itu karena si balita tidak tahu apa-apa tentang percakapan sebelum ia mulai bicara.
Prof. Steven Pinker, seorang pakar ilmu percakapan yang terkenal dengan berbagai risetnya di bidang ini mengatakan; “Kita tidak pernah berfikir untuk bicara dan kita menganggapnya hal biasa. Kita lupa bahwa itu merupakan mukjizat dan hadiah yang ajaib untuk kita”.[1]
Tidak diragukan lagi…. Ketika si kecil mendadak bisa bicara tanpa tahu apa pun tentang rahasia percakapan sebelumnya, inilah mukjizat yang dimaksud.
Dia tidak memilih bahasa yang akan dipakainya karena masih sederhana. Walau demikian, bahasa yang paling sederhana pun tetap menggunakan asas-asas percakapan yang rumit. Berhubung asas percakapan merupakan interaksi matematis, maka dari beberapa kata dan kalimat akan menghasilkan makna yang banyak dan kompleks.
Di sanalah muncul banyak pertanyaan yang belum terjawab seputar percakapan dan bahasa… Bagaimana si kecil bisa bicara saat berumur tiga tahun? Apakah ia belajar lewat apa yang ia dengar di sekitarnya? Lantas siapa yang mengajarinya kaidah bahasa dan percakapan, yang tak mampu dirumuskan dengan sempurna oleh para ahli hingga kini? Bagaimana kata-kata itu mengalir dengan mudah dari mulutnya dan sesuai dengan kaidah bahasa yang rumit tadi? Kemudian bagaimana kata dan kalimat tadi berhasil menyusun pokok-pokok bahasa yang memberikan suatu makna? Lalu mengapa sampai terbentuk lebih dari 6000 bahasa yang berbeda? Lantas mengapa manusia satu-satunya makhluk hidup yang dapat berbicara, sedang makhluk lainnya tidak? Apakah yang terjadi di fikiran kita saat semuanya berubah menjadi kata-kata dan kalimat? Padahal kalimat yang diucapkan manusia tadi hingga kini belum diketahui hakikatnya, karena melewati berbagai proses yang detail dan rumit…
Yang jelas, percakapan tidak muncul akibat proses belajar-mengajar; sebab tidak ada seorang pun yang bisa mengajari kita kaidah ribuan kalimat yang kita kenal… dan pada dasarnya hal itu memang mustahil diajarkan.
Contohnya, ketika seseorang berbicara ia akan menyusun beberapa kalimat yang teratur, padahal ia tak mengenal sedikit pun tentang kaidah rumit yang ada pada kalimat yang disusunnya… namun dengan mudah ia bisa menyusun kata-kata yang mungkin baru pertama kali keluar dari mulutnya. Ini semua terjadi dengan spontan tanpa dirasakan… Ilmu percakapan yang rumit ini, sampai sekarang belum bisa didefinisikan dengan tepat oleh para ahli yang terkenal.
Bicara adalah proses yang rumit. Seorang pakar bahasa terkenal, Philip Lieberman, berbicara tentang kaidah-kaidah bahasa yang tak terhingga banyaknya. Beliau mengatakan: “Seiring dengan banyak dan luasnya hasil penelitian, kami berasumsi bahwa jumlah kaidah dan pokok bahasa mendekati jumlah kalimat yang ada. Kami demikian terkejut dengan kaidah-kaidah percakapan tadi, dan usaha kami gagal total. Dan sampai saat ini belum ada seorang pun yang berhasil meletakkan dasar-dasar percakapan yang lengkap dan menyeluruh untuk satu bahasa pun”.[2]
Lieberman menegaskan bahwa asas percakapan jumlahnya setara dengan jumlah kalimat, lantas bagaimana asas percakapan yang demikian banyak tadi mampu diserap oleh si balita saat mulai bicara?
Gambar pita suara
Manusia memulai kehidupan sosialnya dengan belajar kaidah-kaidah bahasa dan percakapan. Namun yang lebih jelas ialah bahwa kita tidak mengambil ilmu percakapan ini dari orang tua maupun orang lain. Fakta ini diungkapkan oleh Prof. Steven Pinker, dosen di Universitas MIT. Beliau mengatakan: “Bagaimana mungkin si kecil bisa menyerap bahasa dan ilmu bahasa yang tidak ada akhirnya dari sedikit percakapan terencana yang terjadi di sekitarnya? Sesungguhnya anak kecil tidak mengambil kemampuan bahasa dari kedua orang tuanya, dan dalam waktu yang sama, keduanya juga tidak mengoreksi kesalahan si kecil terus-menerus. Mereka tidak memperingatkan akan kesalahan yang terjadi selama si kecil bicara, padahal ucapan anak kecil biasanya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Dan jika memang demikian, konsekuensinya kedua orang tua harus terus menyalahkan si kecil sepanjang hari”.[3]
Selama ini, kita menggunakan kaidah percakapan dan bahasa tanpa usaha sedikitpun dari kita, sebab kita telah mendapatkannya dengan siap di depan kita. Seandainya kita pusing melihat soal matematik yang rumit, maka rumitnya kaidah percakapan akan menjadikan kita pusing tujuh keliling!
Sebab itu, kemampuan berbicara yang dimiliki manusia merupakan rahasia matematis tulen dengan segala makna yang dikandungnya. Rahasia tersembunyi ini diakui oleh Noam Chomsky saat mengatakan: “Aku hanya memiliki sedikit informasi tentang ilmu percakapan, selain sisi-sisi nyata yang terlihat dari luar. Jadi, percakapan adalah rahasia besar dari semua sudut pandangnya”.[4]
Saat seseorang mulai bicara dengan santai… saat ia menggunakan lisannya dengan sempurna… saat ia mencermati semua itu, ia baru yakin bahwa semuanya terjadi tanpa diketahui atau disengaja olehnya.
Kalaulah kita tak kuasa mengatur kata-kata yang keluar dari mulut kita, pasti ada kekuatan tersembunyi yang memberi ilham dan mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan; agar kita bisa menyusun berbagai kalimat dari kata-kata. Inilah kekuatan Allah Sang Pencipta yang Maha Agung… Dialah yang mengetahui segalanya, dan Dia lah pemilik segalanya…
Allah lah yang memberi ilham kepada manusia dan membuatnya pandai berbicara. Seseorang takkan mampu mengucap sepatah kata pun tanpa seizin Allah. Sesungguhnya kemampuan berbicara adalah anugerah Allah atas manusia; Allah ‘azza wa jalla berfirman dalam Kitab-Nya:
الرَّحْمَنُ * عَلَّمَ الْقُرْآَنَ * خَلَقَ الْإِنْسَانَ * عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
(Allah) Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan Al Qur’an. Dia menciptakan manusia, (dan) mengajarinya pandai berbicara (Ar Rahman: 1-4).
Berbagai macam bahasa adalah tanda kebesaran Allah
Bagaimana berbagai bahasa yang kita kuasai tidak tercampur satu sama lain?
Sebagaimana dimaklumi, orang yang mampu bicara dalam dua bahasa tidak akan mencampur keduanya saat berbicara. Berbagai penelitian telah dilakukan guna mengungkap sebab tidak tercampurnya kosa kata terhadap orang yang menguasai beberapa bahasa saat ia bicara dengan salah satu bahasa tersebut.
Salah seorang pakar otak bernama Thomas Munte yang dibantu timnya, mengadakan beberapa eksperimen untuk mengetahui perubahan elektrik yang terjadi di beberapa titik di otak saat terjadi percakapan. Eksperimen ini dilakukan dengan memperhatikan MRI (Magnetic Resonance Image) atas orang-orang yang berbicara dengan bahasa Spanyol, yang disisipkan dengan bahasa Katlan; yaitu bahasa yang dipakai di timur laut Spanyol[5]. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa otak menyimpan kosa kata setiap bahasa yang dipakai manusia pada bagian tertentu darinya. Hal ini berguna agar tidak terjadi pencampuran kosa kata dari berbagai bahasa saat berbicara.
Eksperimen ini membuktikan kenyataan yang berseberangan dengan asumsi yang mengatakan bahwa kedua bahasa yang dimiliki seseorang terdapat dalam bagian yang sama di otak; dan saat seseorang mencari suatu kata, kata tersebut akan muncul secara langsung tanpa harus mencari maknanya terlebih dahulu, dan proses ini terjadi di luar kehendak si pembicara secara otomatis.
Artinnya, ketika kita berbicara menggunakan suatu bahasa, bahasa lain yang kita kuasai akan tertekan oleh faktor yang belum diketahui hingga kini. Lalu saat pembicara berpindah menggunakan bahasa lainnya, secara spontan ia akan mengganti filter-filter yang ada di otak, yang tidak kenal sama sekali dengan kalimat baru yang diucapkan.
David Green[6] mengungkapkan hal menarik tersebut dengan mengatakan: “Dari sini muncullah pertanyaan penting; bagaimana mengatur itu semua?”
Tanpa ragu sedikit pun jawabannya adalah: semua itu telah dirancang sedemikian rupa oleh Allah yang menciptakan manusia dalam bentuk paling sempurna. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْأِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (At Tiin: 4).
Sistem yang rumit ini hanyalah satu contoh dari sekian fakta yang tak mampu dijelaskan lewat teori evolusi, bahkan justeru bertolak belakang dengannya. Sistem ini menampakkan kepada kita kekuasaan ilahi yang menciptakan kita dalam bentuk yang paling baik tanpa cacat. Kemudian memberi kita kenikmatan ini… nikmat jasmani dan ruhani dengan segala yang dikandungnya, termasuk nikmat bicara.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan kepada kita tentang bahasa manusia yang bermacam-macam, dan ini termasuk tanda yang membuktikan keberadaan-Nya. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِلْعَالِمِينَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi serta perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui” (Ar Rum:22).
Sistem percakapan yang ajaib
Ketika seseorang ingin bicara, otak mengirimkan serangkaian perintah ke lidah dan pita suara, lalu diteruskan ke otot-otot rahang atas dan bawah. Sistem percakapan yang ada pada bagian otak tertentu tadi, mengirimkan pesan-pesan penting ke setiap otot yang akan ‘bertugas’ selama proses percakapan.
Sebelum ini semua terjadi, paru-paru bertugas menyedot udara hangat yang merupakan media khusus dalam proses bicara. Udara tadi masuk lewat hidung, kemudian melalui rongga-rongga yang ada padanya, dan terus ke tenggorokan, lalu ke saluran pernapasan (trachea), kemudian ke bronchus dan seterusnya hingga sampai di alveoli. Di sini terjadi pertukaran antara O2 (oksigen) dari udara dan CO2 (karbon dioksida) dalam darah; oksigen akan diangkut oleh darah, sedangkan karbon dioksida dilepas keluar. Udara yang keluar dari paru-paru ini akan melewati pita suara yang bentuknya mirip tirai. Gerakan pita suara ini dikontrol oleh cartilage (tulang rawan) kecil yang melekat padanya.
[1] Pinker Words and Rules, Basic Books, 1999, s. 1 s
[2] “Eve spoke : Human Language and Human Evolution”, P. Lieberman, w. w. norton & company, 1998, s. 126-128
[3] S. Pinker Words and Rules, Basic Books, 1999, s. 1
[4] Noam Chomsky, Powers and Prospects, s.16.
[5] Majalah ‘Nature’, 28 Februari 2002.
[6] Beliau adalah dosen pengajar di Universitas London yang terkenal dengan berbagai penelitiannya dalam ilmu bahasa.
http://risalahhikmah.blogspot.com/2009/10/bicara-sebuah-mukjizat-ilahi.html
Langganan:
Postingan (Atom)