Minggu, 31 Oktober 2010

MERAIH SUKSES DENGAN KONSEP 7B

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(QS al-Ahzâb [33]: 21)

Sukses adalah satu kata yang menjadi tujuan semua orang. Tiada satupun manusia di dunia ini yang tidak menginginkan sebuah kesusksesan, namun demikian banyak yang disayangkan dari fenomena pada abad modern ini manusia memandang sebuah sukses itu terkadang bukan sukses secara lebih dalam, bahkan mereka sebenarnya mendefinisikan sukses dengan sangat dangkal. Akibat dari pendefinisian yang sangat dangkal maka manusia untuk meuju kesuksesan tersebut dilakukan dengan cara yang dangkal dan tidak memperhitungkan etika sehingga timbullah berbagai permasalahan yang kini melanda bangsa kita. Seluruh lapisan masyarakat dan kelas atas sampai rakyat jelata mencari jalan keluar dan kemelut yang berkepanjangan ini. Semuanya sibuk mempermasalahkan berbagai bidang kehidupan bangsa, bukanlah mencari solusi untuk mengatasinya. Diantara penyebab yang paling potensial adalah krisis akhlak yang telah merasuk dan menjiwai hampir semua masyarakat Indonesia siapapun orangnya jika telah memiliki krisis akhlak, maka dirinya tidak akan membawa manfaat bagi orang lain.

Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Hal ini senada dengan ayat diatas (QS al-Ahzâb [33]: 21). Demikian Nabi Muhammad menyeru seluruh umat dengan membawa akidah yang benar, tetapi pada hadits diatas dikatakan bahwa Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak, seakan-akan tidak ada tugas lain dari Allah untuk Nabi selain menyempurnakan akhlak dalam arti menjadikan umat di bumi berakhlak sempurna (baik), tentu hal demikian perlu difahami lebih dalam. Akhlak dan akidah memiliki korelasi pada keduanya. Akidah dalam ajaran Islam merupakan dasar dari segala tindakan orang muslim agar tidak terjerumus dalam prilaku syirik dan menyesatkan.

Orang yang memiliki akidah yang baik ia akan mampu mengimplementasikan tauhid itu dalam akhlak yang mulia. Seseorang yang telah menempati kedudukan mulia tidak hanya pahala yang dijanjikan Allah yang akan ia raih namun efek samping dalam kehidupan di dunia pun akan dirasakan karena kita tahu bahwa manusia pada fitrahnya adalah suka diperlakukan dengan baik, sehingga dengan akhlak yang baik kehidupan dunia yang damai dan tentram jauh dari sengketa akan didapat. Oleh karena itu, akhlak merupakan parameter kesusksesan baik didunia ataupun di akhirat kelak.

Akhlak bisa dijadikan sebagai alat ukur kesuksesan seseorang, Sayangnya masyarakat Indonesia sering mengakui kesuksesan seseorang dari harta kekayaan, gelar, pangkat, jabatan, kedudukan dan popularitas serta penampilannya. Akibatnya banyak anak bangsa ini berusaha dengan segala cara untuk memperoleh hal-hal tersebut demi untuk kesuksesannya tanpa mengindahkan syari’at agama. Banyak orang yang bangga dan terhormat dengan gelar-gelar pada dirinya walaupun mungkin dengan cara membeli. Hal ini akan memberikannya sebuah kepercayaan diri untuk tampil di muka umum, padahal sebenarnya ia hanyalah sosok yang hidup dalam kepalsuan, sandiwara dan sama sekali tidak terhormat. Ada yang merasa bangga ketika mendapat jabatan, padahal pribadinya tidak bisa menjadi suri tauladan. Keputusannya tidak menjadikan sebuah solusi dan tidak mencerminkan kearifan, karena jabatannya digunakan untuk kepentingan pribadi, bukan untuk bangsanya. Ada yang merasa bangga dengan popularitas, karena dengan itu akan banyak di kenal orang dan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan. Kesemuanya itu dikarenakan niat yang jelek, bukan niat untuk membangun bangsanya.

Kini semua harus sepakat bahwa alat ukur kesuksesan bukanlah topeng dunia yang sudah disebutkan tadi. Islam memandang bahwa sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa dan paling berhasil membaca, menggali, dan memompa potensi dirinya, sehingga bisa berkarier yang terbaik dijalan Allah. Orang yang sukses adalah orang yang mampu menyukseskan dirinya dan orana lain. Orang lain merasa sukses karena mendapat sesuatu yang bermanfaat dari orang yang sukses, bukannya orang sukses di dunia ini, karena ia banyak harta tapi banyak pula orang lain teraniaya karena harta kekayaannya dikarenakan didapatkan dengan cara korupsi, menindas bawahan dan segudang keburukan lainnya. Memang tidak ada orang yang menolak sukses, tapi tidak sedikit orang yang tidak tahu cara mencapai kesuksesan yang hakiki yaitu memperoleh akhlak yang mulia.

Untuk meraih suatu solusi dalam rangka keluar dan krisis multi dimensi yang berkepanjangan ini dengan suatu konsep yaitu 7B (Beribadah dengan benar, Bertaqwa dengan baik, Belajar tiada henti, Bekerja keras dan ikhlas, Bersahaja dalam hidup, Bantu sesame, Bersihkan hati selalu). Kalau tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan dengan baik jangan kaget jika bangsa ini bisa terlepas dari krisis yang sedang melanda dan akan menjadi bangsa yang terhormat dan bermartabat.

Konsep 7B

Pertama, Beribadah dengan benar. Awali setiap pekerjaan dengan suatu niat yang baik yaitu hanya untuk memperoleh keridhoan Allah Ta’ala semata. Hal itu merupakan suatu ibadah dengan benar. Beribadah dengan benar akan membuat seseorang semakin tawadhu, hati rnenjadi tentram dan kehidupan akan seimbang. Hidup tanpa ibadah bagaikan bangunan tanpa fondasi. Maka segala sesuatu yang akan dilakukan hendaknya berdasarkan pada ibadah yang tujuannya untuk memperoleh keridhoan dan kasih sayang Allah SWT.

Kedua, Bertaqwa dengan baik. Selaku manusia yang beragama haruslah menjalankan syariatnya dengan baik. Untuk dapat menjalankan syariat dengan baik tentu harus dibarengi dengan iman. Iman seseorang dapat dikatakan berkualitas, jika ia dapat bertaqwa dengan baik. Dengan iman dan taqwa yang baik segala perbuatannya akan senantiasa berdasarkan kepada syariat agama dan tidak akan merugikan mahluk ciptaan Allah yang lain.

Ketiga, Belajar tiada henti. Ibadah benar dan akhlak baik belumlah cukup jika tidak didukung upaya belajar dari kita. Belajar merupakan suatu kebutuhan bahkan kewajiban. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an “Aku senantiasa meningkatkan derajat beberapa tingkat bagi mereka yang berilmu” (QS al-Hujurât []: ). Demikian pula sabda Nabi Muhammad s.a.w, “Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat” (HR ). Dari hari ke hari masalah, potensi konflik, dan kebutuhan kita akan terus bertambah. Bagaimana mungkin kita mampu menyikapi masalah tersebut dengan ilmu seadanya tanpa ada peningkatan kualitas dan kuantitas? Ciri orang yang sungguh-sungguh dalam mencapai kesuksesan adalah mau belajar tiada henti dan memperoleh ilmu.

Keempat,
Bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas. Kita harus menanamkan standar pada diri kita, yaitu bekerja optimal dengan pemikiran yang cerdas. Ada orang yang bekerja dengan keras tapi kurang menggunakan akalnya, akibatnya dia hanya menjadi pekerja keras saja tanpa ada kemajuan

Kelima, Bersahaja dalam hidup. Seorang pekerja keras seringkali terpuruk karena ketidak bersahajaannya dalam hidup. Dia boros, senang bermegah-megah, sehingga mudah terpedaya dan tertipu orang lain. Lain halnya jika dia bersahaja, kemampuan keuangannya lebih tinggi dibandingkan kebutuhannya. Jadi orang yang gemar menabung, bersedekah, dan investasi untuk masa mendatang yang bermanfaat bagi dirinya maupun generasi mendatang. Inilah budaya yang harus ajarkan ke masyarakat kita saat ini. Budaya kita bukanlah budaya yang banyak memiliki banyak barang, tetapi budaya yang selalu memiliki nilai tambah dari segala yang kita miliki.

Keenam,
Bantu sesama. Salah satu alat ukur kesuksesan adalah dilihat dari kemampuan kita membangun diri dan orang lain, misalnya dengan membuka lapangan kerja sebanyak mungkin. Kelebihan yang kita miliki digunakan untuk memajukan sanak saudara, tetangga, teman, pembantu, dan siapa saja yang mau maju dan membutuhkan. Jika antara orang yang membantu dan orang yang dibantu memiliki kesamaan tata nilai, ibadah benar; taqwa baik, belajar tiada henti, serta kerja keras dengan cerdas dan ikhlas, maka apa yang telah dihasilkan oleh keduanya akan digunakan untuk menolong saudaranya. Dengan demikian terjadilah sebuah sinergi yang harmonis dalam kehidupan bernegara.

Ketujuh,
Bersihkan hati selalu. Untuk apa kita harus selalu membersihkan hati? Apa yang kita lakukan, dari B yang pertama hingga B yang keenam jika tidak diiringi dengan selalu membersihkan hati, maka dikhawatirkan akan timbul ujub atau bahkan yang lebih besar lagi yaitu takabur. Jika semuanya menjadikan kita ujub, maka sia-sialah apa yang telah dilakukan. Allah tidak akan menerima amal seseorang kecuali ada keihkhlasan didalamnya. Kita tidak perlu merasa paling bisa, berjasa, dan paling mulia karena semuanya adalah karunia Allah semata. Kita harus bersyukur diberikan jalan kesuksesan atau kemudahan bagi orang lain oleh Allah. Inilah orang yang akan sukses karena tidak ada dalam dirinya rasa ujub dan sikap takabur dengan segala prestasi yang diraihnya. Apalah artinya kita mendapat banyak hal bila kita tidak mendapat ridha dari Allah karena kesombongan kita.

Jika kita laksanakan tujuh langkah dan rumus ini maka akan menjadi mantap upaya pencapaian tujuan dalam membangun bangsa ini. Bagaimana bisa keluar dari krisis, jika akhlak kita kurang baik? Maukah kita melihat para pemimpin kita yang buruk akhlaknya? Maukah kita mendapat pasangan hidup yang cantik atau tampan tapi akhlaknya jelek? Pastinya kita tidak menginginkan semua itu. Berarti ada celah kegagalan dalam diri kita. Bagaimana jika kita tidak suka belajar? Suatu saat nanti kita akan dihadapkan pada suatu masalah mentok, maksudnya adalah tidak memiliki jalan keluar karena ilmu kita kurang. Bagaimana jika kita tidak suka kerja keras dengan cerdas dan ikhlas? Kita pun tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan tanpa kesungguhan maka hasilnya pun kurang maksimal. Untuk itulah rumus 7B ini didesain menjadi satu kesatuan untuk meminimalisasi keterpurukan.

Kita harus sama-sama belajar menetapkan kiat ini dalam diri kita dan keluarga. Jika sedikit demi sedikit upaya yang kita lakukan telah membuahkan hasil, maka kita jangan sampai hanya jadi jago kandang saja. Kita harus berani menerapkannya diluar lingkungan keluarga kita. Jangan takut dengan lingkungan kita, jika pondasi kita sudah kuat. Sebetulnya kita tidak boleh gentar dengan situasi di luar. Yang merusak kita itu sebetulnya bukan luar, tapi memang apa yang ada di dalam diri kita. Kalau kita sudah mendesain diri dan terus melakukan penguatan diri, maka kita tidak bisa memaksa lingkungan agar sesuai dengan keinginan kita. Mudah-mudahan semua kita ini dapat menjadi solusi bagi setiap permasalahan dalam diri, keluarga dan lingkungan sekitar, atau bahkan bangsa Indonesia.

Mila El-Ghuroba

Kimia Analis
Fakultas MIPA UII

http://alrasikh.wordpress.com/2010/05/07/meraih-sukses-dengan-konsep-7b/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar