Jumat, 03 Februari 2012

Budi Pekerti dan Budaya Rasa Malu



Saatnya segera BUDI PEKERTI dan BUDAYA MALU menjadi budaya yg HARUS selalu dijaga dan dipelihara oleh bangsa ini, baik individu maupun kelompok. Sekarang ini tidak berhentinya petaka, bencana, kerusuhan, dan demo yg melanda bangsa ini, yg salah satunya diakibatkan oleh hilangnya rasa malu dari individu, Pejabat, wakil rakyat yg hrs nya merasa malu jika menyelewengkan kekuasaan terkait profesinya. Penguasa merasa malu jika tidak memberikan pelayanan terbaiknya kpd rakyat. Hilangnya rasa malu dan tiadanya budi pekerti, menyebabkan hilangnya seluruh kebaikan manusia.....


**********************

Yang perlu kita ingat, bahwa nilai kita sbg manusia bukanlah berada pada penampilan diri kita, bukan pula dari jabatan dan harta benda yang telah kita kumpulkan… Kita dinilai bukan dari kursi yang kita duduki, bukan pula berapa pangkat yang kita sandang dan tanda jasa yang melekat pada dada kita, serta bukan karena garis keturunan kita.

Yang perlu kita ingat adalah kesalahan kita kepada orang lain dan kebaikan orang lain kepada kita. Kita harus melupakan kebaikan kita pada orang lain dan kesalahan orang lain kepada kita. Mengingat kebaikan orang lain terhadap kita akan mendorong kita selalu berbuat baik kepada orang lain. Kehidupan tidak akan terbina dengan baik tanpa kebaikan orang lain, yang pada hakikatnya kebaikan itu untuk diri kita sendiri.
Seorang itu dinilai dari budi pekerti luhur yg menghiasi perilakunya.

Salah satu ciri fitrah manusia adalah adanya rasa malu. Bila rasa malu hilang, manusia cenderung berbuat seperti binatang bahkan bisa lebih parah lagi. Allah berfirman: "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai". (QS. 7:179).

Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang paling sempurna. Kesempurnaan itu tampak dari dianugerahkannya akal, sehingga manusia mampu memilah antara yang hak dan batil.

Malu merupakan sifat yang mulia. Sifat yang telah diwariskan oleh para Nabi. Islam menganjurkan umatnya agar menjadikan malu sebagai penghias hidupnya. Hiasan yang membawa kebaikan bagi pemiliknya dan menjadi jalan menuju surga.

Hilangnya rasa malu menyebabkan hilangnya seluruh kebaikan manusia. Sifat malu juga merupakan perangai yang mengantarkan seseorang untuk istiqamah berbuat baik dan terpuji, sehingga rela meninggalkan perbuatan jelek dan maksiat.

Sudah saatnya malu menjadi budaya yang harus selalu dijaga dan dipelihara, baik oleh individu, kelompok, terlebih bangsa ini. Kita sadari betapa tidak berhentinya petaka, bencana, yang melanda bangsa ini mungkin salah satunya diakibatkan oleh hilangnya rasa malu.

Pejabat merasa malu jika menyelewengkan kekuasaan terkait profesinya. Jabatannya merupakan amanah yang harus diemban. Dia menjadi pejabat bukan karena kehebatannya, melainkan kepercayaan konstituen kepadanya. Seorang wanita merasa malu mempertontonkan 'perhiasannya' pada orang yang tidak memiliki hak atasnya. Dia berpikir bahwa 'perhiasan' itu merupakan karunia Allah SWT yang harus dijaga.

Penguasa merasa malu jika tidak memberikan pelayanan terbaiknya kepada rakyat. Kekuasaan yang dimilikinya sangat terbatas oleh ruang dan waktu. Namun, kekuasaan Allah SWT bersifat kekal. Ketakutannya kepada Allah SWT mendorongnya untuk berbuat adil dan bijaksana.

1 komentar: