Kemarin saya Jum’atan lagi di Gedung “The Energy” di SCBD. Jamaa’ah cukup membludak sehingga memenuhi ruang-ruang di luar masjid sampai ke koridor-koridornya. Kegairahan beribadah di kalangan professional muda di kota Metropolitan ini patut disyukuri.
Kali ini isi khotbah berkaitan dengan maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada setiap tgl 12 Rabiulawal dalam kalender Hijriyah. Khotib menyampaikan bahwa ternyata Allah Aza Wajalla telah mempersiapkan kedatangan RasulNya itu ribuan tahun sebelumnya.
Khotib mengutip dari Kitab Injil, bahwa pada zaman Nabi Isa AS (550an tahun sebelumnya), Allah telah “membocorkan” berita akan datangnya Rasulullah nanti. Juga di dalam Kitab Taurat pada zaman Nabi Musa AS (2.000an tahun sebelumnya), Allah menginformasikan akan datangnya Rasulullah di kelak kemudian hari. Bahkan pada awal penciptaan Nabi Adam AS pun, sebenarnya Allah telah merencanakan kedatangan RasulNya ini. Hal ini sesuai dengan penjelasan Rasulullah sendiri dalam Hadis Riwayat Turmudzi: “Aku adalah seorang Nabi ketika Adam masih di antara ruh dan badannya.”
Pertanyaannya: “Mengapa Allah SWT mempersiapkan kedatangan RasulNya itu sedemikian lamanya, begitu cermat dan begitu seriusnya?”.
Jawabannya adalah karena Nabi Muhammad akan diberi tugas yang sangat berat jauh melampaui Nabi-Nabi sebelumnya. Tugas maha berat yg akan dibebankan kepada Nabi Muhammad tsb adalah “Menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta”. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad adalah bentuk kasih sayang Allah Azza Wajalla kepada seluruh alam semesta yang nota bene adalah makhluk ciptaanNya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al Anbiya: 107: “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta”. Untuk mengemban tugas maha berat tsb Allah telah membekali Rasulullah dengan kemampuan yg juga maha hebat. Rasulullah dikenal memiliki kepribadian/karakter yang sangat kuat, kepemimpinan yg mumpuni disegala bidang (pemerintahan, militer, ekonomi, sosial kemasyarakatan, dll), kemampuan manajerial dan kewirausahaan yang hebat, perilaku/sikap hidup yg sederhana dan rendah hati. Kesemuanya tersebut terangkum dalam satu kesatuan pribadi utuh, yaitu “Akhlaqul Karimah” (Akhlak mulia).
Keagungan akhlak Nabi Muhammad ini dipuji oleh Allah sendiri dalam firmanNya QS. Al Qalam: 4: ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”, dan Allah SWT juga menjadikan akhlaq mulia Nabi ini sebagai “suri tauladan” dan rujukan bagi umat manusia. Hal ini diterangkan dalam QS. Al Ahzab: 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
Rasulullah mengajarkan agar kita berakhlak mulia bukan hanya pada manusia, namun juga pada makhluk Allah yang lain, baik itu makhluk hidup (binatang & tumbuh2an) maupun benda-benda mati. Kita dilarang menganiaya binatang, merusak tumbuh2an dan lingkungan, karena ternyata penghargaan thd makhluk lain ini sangat tinggi nilainya di mata Allah.
Khotib memberikan ilustrasi dengan mengutip Hadis yang mengisahkan seorang wanita ahli ibadah yang menelantarkan kucing peliharaannya hingga mati…kemudian Nabi berkata singkat..wanita tersebut neraka tempatnya. Sungguh mahal harganya berakhlak buruk terhadap binatang… apalagi terhadap manusia..!!
Sebaliknya, dikisahkan seorang wanita bekas pelacur yang memberikan air minum kepada seekor anjing yang sekarat krn kehausan, sehingga anjing tersebut segar kembali dan tidak jadi mati…Nabipun berkata singkat…wanita tersebut sorga tempatnya. Sungguh tinggi nilainya berakhlak baik terhadap binatang..apalagi terhadap manusia…!!
Khotib mengkritisi kondisi saat ini..dimana sesama manusia saling mendzolimi..saling menyakiti…bahkan saling bunuh.. Bukan hanya terhadap orang yg beragama lain…bahkan sesama muslimpun saling mengkafirkan..saling serang dengan kekerasan… Sungguh malu kita sebagai umat Nabi Muhammad, tidak bisa meneladani akhlak mulia beliau…
Khotib juga mengkritisi kondisi kaum muslimin saat ini..,yang kebanyakan mengaku mencintai dan membanggakan Rasulullah hanya sebatas dibibir saja (lip service)… dengan mengatakan: “Kami umat yang setia dan mencintai Rasulullah”…tapi perbuatan dan tingkah laku kita jauh dari yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW…
Pertanyaan sederhana yg sering menohok kita sebagai umat Nabi Muhamad: “Apakah kita sudah mengamalkan Al Qur’an dan As Sunah yang merupakan ajaran dan warisan utama Rasulullah SAW?”
Di dalam Al’ Qur’an tidak kurang dari 200 ayat yang membahas tentang kematian….apakah kita sudah mempersiapkan diri untuk menyongsong kematian..? jangan2 yg kita lakukan justru sebaliknya… Kalau ini yg terjadi, berarti sejatinya kita belum mencintai Rasulullah dengan sepenuh hati…baru sebatas luarnya saja…
Sahabat2 dan saudaraku yg dirahmati Allah…inilah sekelumit pelajaran yg bisa saya petik dari khotbah Jum’at kemarin…. semoga bermanfaat pula bagi para sahabat dan saudara sekalian….
Ya Lathiifil waddud…Wahai Yang Maha Halus lagi Maha Mencintai...bimbinglah hamba untuk dapat mencintai RasulMu dengan sepenuh hati hamba.. sehingga hamba bisa mengamalkan ajaran dan meneladani akhlak mulia beliau…
Ya Rasulullah….maafkan jika karena kebodohan dan kelalaianku, aku belum mampu mencintaimu dengan sepenuh hati…tapi aku berjanji dengan sungguh2…untuk dapat mengamalkan ajaranmu “Al Qur’an dan Sunahmu”….dan berusaha mencintaimu dengan sepenuh jiwa ragaku…
Ya Nabi…salam alaika….
Ya Rasul...salam alaika….
Ya Habib…salam alaika…
Sholawatullah alaika…
Nur Hasan Achmad, Alumni ITB 1977
Tidak ada komentar:
Posting Komentar