Ada satu kenangan yg tersisa dari ibadah ramadhan kemarin yg masih menggelitik hati saya…apakah gerangan itu..?
Begini…pada salah satu malam ganjil di hari2 terakhir ramadhan yg lalu..saya shalat tarawih di masjid Al-Huda di kompleks tempat saya tinggal.. Di antara sholat Isya’ dan Tarawih ada “kultum” yg disampaikan oleh seorang Ustadz yg kebetulan juga seorang dokter (saya lupa namanya)…nah dalam tausyiahnya tersebut, Sang Ustadz mengatakan bahwa sesungguhnya “mati itu kebutuhan” buat kita.. Lho..lho..ngomong opo sih Ustadz iki..?” begitu gumam saya dalam hati pada saat itu... Bahwa mati itu suatu “kepastian”, iya..saya sepakat…tapi kalau dibilang kebutuhan..nanti dulu bung..emangnya kayak makan/minum aja..kalau nggak makan/minum kita bakal mati...
Bukankah selama ini mati dianggap momok yg menakutkan..yg kemudian orang berusaha menghindar dari kematian..atau enggan untuk mati..?? wah aneh juga nih Ustadz…saya jadi penasaran..apa sih yg beliau maksudkan..??
Saya lantas teringat buku “Psikologi Kematian” karangan Prof Dr Komarudin Hidayat (Rektor UIN)..beliau menceritakan bahwa pada umumnya manusia menolak kematian, karena kematian selalu diidentikkan dengan tragedi yang sangat mengerikan..rasa sakit yang dahsyat..ketidak berdayaan..kehilangan..dan kebangkrutan hidup… Siapapun orangnya entah dia presiden, jenderal, menteri, pengusaha kaya, ilmuwan, bintang film ataupun selebritas..tiba2 menjadi gemetar dan tidak berdaya ketika maut menjemputnya…
Dari riset yang beliau lakukan, ada beberapa alasan mengapa orang takut mati dan enggan meninggalkan dunia ini, antara lain: karena takut neraka..karena rasa sakit yg luar biasa saat sakaratul maut..karena tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mati..karena berat berpisah dengan dunia (tidak mau meninggalkan orang2, harta kekayaan, jabatan/kekuasaan yang dicintainya).. Namun dari analisis beliau, yang dominan adalah karena merasa berat berpisah dengan dunia…
Kembali ke tausyiah..Sang Ustadz yg dokter ini lalu bercerita..dia sering merawat pasien yg secara medis sudah tidak punya harapan sembuh lagi..atau dalam keadaan “koma”..pasien ini hidupnya tergantung pada alat2 bantu medis di “ICU”, dan kalau alat2 ini dicabut..maka selesailah sudah hidupnya.. Sebetulnya sang dokter kasihan pada pasien dan keluarganya ini..tapi kan kode etik tidak membolehkan dokter menghentikannya... Perawatan di ICU ini bisa ber-hari2, ber-minggu2, bahkan ber-bulan2..sehingga biaya yg harus dikeluarkan oleh keluarga pasien pastilah sangat besar..coba bayangkan..kalau satu hari di ICU biayanya sekitar Rp 10 juta, maka pasien yg dirawat lama di ICU bisa milyaran biayanya... Untuk orang kaya mungkin nggak masalah..tapi bagaimana kalau orang miskin..??
Nah, biasanya sang dokter menyarankan kepada keluarga untuk banyak berdo’a kepada Allah SWT, agar diberikan “yg terbaik” untuk si pasien..apa yg terbaik buat pasien tsb.? Ternyata yg terbaik menurut sang dokter adalah mati..karena dengan kematian tsb sang pasien akan terbebas dari penderitaan..lalu keluarga pasien juga terbebas dari beban biaya yg sangat besar (yg mungkin lebih bermanfaat utk kepentingan yg lain..), sementara buat RS sendiri..ruang ICU tsb bisa dipakai utk merawat pasien lain yg juga menunggu…
Sang ustadz pun melanjutkan ceritanya, beliau juga sering diminta membantu keluarga mengurus orang tua yg sudah lanjut usia..ada yg usianya sudah lebih dari 80 th, sehingga sang lansia sudah tidak berdaya..sudah pikun..se-hari2 hanya tergolek ditempat tidur..semuanya harus dilayani (makan/minum/buang air/ganti baju..dll)..sehingga ber-bulan2 atau ber-tahun2 menjadi beban keluarganya.. Sang lansia sendiri sdh tidak punya semangat hidup..bahkan selalu berdo’a agar Allah segera memanggilnya… Nah, yg terbaik untuk orang yg sudah seperti ini..adalah mati..
Sang ustadz juga menyinggung ada seorang bandar besar narkoba yg sdh divonis mati..tetapi anehnya sang bandar bukannya bertobat tapi justru makin bebas mengendalikan bisnis narkobanya dari dalam penjara..nah yang terbaik bagi masyarakat untuk orang semacam ini adalah kematian..ya, sang bandar perlu segera dieksekusi mati..agar tidak membahayakan masyarakat luas…
Sebagai manusia biasa…kitapun sejatinya membutuhkan kematian...bukankah dengan kematian kita akan bisa merasakan nikmat dan indahnya syurga yg dijanjikan Allah Ta’ala..? Bagaimana mungkin kita bisa masuk syurga tanpa mengalami kematian..? Jadi sampai disini, saya kira kita sepakat..bahwa kita “butuh mati”… Tapi mati yg bagaimana..?? Nah, inilah yg jadi soal..??
Kita yakin bahwa semua yang bernyawa pasti akan mati…ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ali 'Imran: 185 yg artinya:”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”…
Kita tidak bisa lari dari kematian..karena ini adalah ketentuan dan kekuasaan Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan seluruh makhluk-Nya. Allah mengingatkan dalam firman-Nya di dalam QS. Al-Jumu'ah: 8 yg artinya: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu..”..dan dalam QS. An Nisaa': 78 yg artinya:”Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh..”
Nah, pertanyaannya sekarang:”Mati yg bagaimana yg kita butuhkan..??”.. Oh, tentu saja mati yg baik..dimana kita mengakhiri hidup ini dalam keadaan yg baik (bertaqwa kpd Allah, beramal sholeh dan berakhlaqul karimah..) atau yg disebut “Khusnul Khotimah”..dan jangan sampai kita mengakhiri hidup ini dalam keadaan yg buruk (ingkar kpd Allah, musrik, bermaksiat, berakhlaq bejat..) atau “Su’ul Khotimah”… Lalu pertanyaan berikutnya adalah:”Bagaimana caranya agar kita bisa khusnul khotimah...dan bukannya su’ul khotimah..??
Sebagai insan yg beriman, tentu kita harus merujuk ke Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai pedoman hidup kita.. Allah yg “menghidupkan dan mematikan” kita, telah berwasiat kepada kita tentang kematian ini... Coba simak firman-Nya dalam QS. Ali Imrân: 102 yg artinya:”Hai orang-orang yg beriman, bertaqwalah kepada Allah dgn sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan muslim (beragama Islam)”…
Jadi jelas sudah..syarat agar kita bisa khusnul khotimah adalah “muslim”.. Loh, berarti kalau kita tdk muslim kita tdk bisa khusnul khotimah donk.? Benar.! sebab kalau kita tdk muslim berarti kita ingkar kpd Allah Sang Pencipta.. Lantas kalau kita sudah muslim..bagaimana caranya agar bisa khusnul khotimah.? Coba simak firman Allah dalam QS. Al-Fajr: 27-30 yg artinya:” Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku”…
Lihat…betapa indah dan puitisnya Allah SWT menggambarkan hamba-Nya yg “khusnul khotimah”…jiwanya tenang, hatinya puas...mendapatkan ridha dari Allah Sang Pencipta...dan akhirnya “dipersilahkan” masuk kedalam syurga-Nya.. Subhanallah..!!..merinding saya jadinya…
Nah, agar jiwa kita tenang..dan “Dia” ridha kpd kita, tentu kita harus taat dan patuh kpd-Nya dan kpd Rasul-Nya.. Untuk itu, tentu kita harus menjalankan perintah2-Nya dan menjauhi larangan2-Nya...dalam satu kata, kita sebut “Taqwa” (dgn se-benar2nya taqwa) kepada-Nya… Semoga kita diijinkan Allah utk bisa khusnul khotimah dan dihindarkan dari su’ul khotimah.. amin ya robbal alamiin..
Allahummakhtim lanaa bil islami wakhtim lanaa bil imani wakhtim lanaa
bi khusnil khotimah
Ya Allah, akhirilah hidup kami dalam keislaman, akhirilah
hidup kami dalam keimanan, akhirilah hidup kami dengan akhir yang baik/khusnul
khotimah…
Allahumma inna nas’aluka salamatan fiddin, wa’afiyatan fil jasadi,
waziyadatan fil ilmi, wabarokatan fir rizki, watawbatan qablal mawt, warahmatan
indal mawt, wamaghfiratan ba’dal mawt.. Allahumma hawwin ‘alayna fi sakaratil
mawt, wa najata minannari, wa afwa indal hisab
Ya Allah ya Tuhan kami, kami mohon keselamatan
agama..kesehatan jasmani..bertambahnya ilmu dan berkah rizki.. dapat bertaubat
sebelum mati..mendapat rahmat ketika mati..dan memperoleh ampunan setelah
mati.. Ya Allah, mudahkanlah kami pada saat sakaratul maut..bebaskanlah kami
dari azab neraka-Mu dan memperoleh ampunan ketika kami dihisab...