Selasa, 30 November 2010
islamic chinese calligraphy / kaligrafi cina islam
Seperti halnya Indonesia, komunitas Muslim Cina juga mengenal seni kaligrafi. Bahkan boleh dibilang seni kaligrafi Cina sudah lebih dulu ada seiring tumbuhnya peradaban Cina ribuan tahun lalu. Serupa pula dengan perkembangan seni kaligrafi tanah air, perkembangan seni kaligrafi Cina turut dipengaruhi kebudayaan setempat. Perpaduan itu membuat seni kaligrafi menjadi semakin kaya dan penuh makna.
Coba saja tengok pameran seni kaligrafi Soleh Yu Jin Xue, pakar kaligrafi asal provinsi Gansu, Cina. Pameran yang mengambil tema Asmaul Husna ini tengah berlangsung di Domus Observatory Cultural, Jakarta. Pameran ini dibuka selama sebulan penuh, mulai tanggal 20 November hingga 20 Desember 2010.
Ratusan karya imam masjid Ping Liang ini memperlihatkan seni kaligrafi Cina yang sangat khas. Salah satunya, seni kaligrafi yang menampilkan empat bunga khas negeri Cina yang tumbuh selama empat musim. Empat motif bunga ini dipadukan dengan asma Allah, dua kalimat syahadat, dan surat-surat dalam Quran.
Pengunjung juga bisa melihat deretan 99 nama suci Allah yang terkandung dalam Quran di sebuah ruangan khusus. Nama-nama suci itu diletakkan dalam medium kain sutra khas Cina. Setiap nama-nama suci memiliki rupa kaligrafi yang berbeda. Ada rupa yang berbentuk kapal layar zaman dahulu, ada pula yang berbentuk vas bunga, dan poci teh. Selain dalam medium kertas, Soleh Yu juga memamerkan hasil karya kaligrafinya dalam medium keramik dan gelas.
Soleh Yu mengatakan pameran ini dimaksudkan untuk merefleksikan keindahan seni kaligrafi Cina kepada masyarakat Indonesia. "Kami ingin menunjukkan kepada masyarakat Indonesia tentang seni kaligrafi Cina. Di samping itu, saya ingin menunjukan kepada dunia, bahwa Islam memiliki seni tingkat tinggi dan saya berupaya memperkuat kebudayaan Islam dalam cara yang berbeda sembari pula menyebarkan risalah Islam," tuturnya.
http://www.republika.co.id/berita/republikatv/republikatv/10/11/29/149172-kekhasan-kaligrafi-muslim-cina
Manusia yang Hatinya Telah Mati
Persepsi tentang mati memang berbeda pada setiap orang. Ada yang merasa sudah mati ketika kehilangan kekasihnya. Ada yang merasa mati ketika ludes harta bendanya. Dan, ada yang menganggap hidupnya tak berarti saat dirundung kegagalan dan kedukaan akibat musibah.
Mati bukan hanya ketika seseorang telah mengembuskan napas terakhir, matanya terpejam, detak jantung terhenti, dan jasad tak bergerak. Itu semua hanya mati biologis. Kematiannya masih bermanfaat karena menjadi pelajaran bagi yang hidup. Rasulullah SAW bersabda, "Cukuplah kematian menjadi pelajaran, dan cukuplah keyakinan sebagai kekayaan." (HR At-Thabrani dari Ammar RA).
Alangkah banyak manusia sudah mati, tapi masih memberikan manfaat bagi yang hidup, yakni masjid atau madrasah yang mereka bangun, buku yang mereka tulis, anak saleh yang ditinggalkan, dan ilmu bermanfaat yang telah diajarkan. Meraka mati jasad, tapi pahala terus hidup (lihat QS al-Baqarah [2]: 154).
Sesungguhnya yang perlu diwaspadai adalah mati hakiki, yakni matinya hati pada orang yang masih hidup. Tak ada yang bisa diharapkan dari manusia yang hatinya telah mati. Boleh jadi dia hanya menambah jumlah bilangan penduduk dalam sensus. Hanya ikut membuat macet jalanan dan mengurangi jatah hidup manusia lain. Itu pun kalau tak merugikan orang lain. Bagaimana halnya dengan koruptor, orang yang merusak, dan menebar kejahatan di muka bumi?
Tanda manusia yang hatinya telah mati, antara lain, kurang berinteraksi dengan kebaikan, kurang kasih sayang kepada orang lain, mendahulukan dunia daripada akhirat, tak mengingkari kemungkaran, menuruti syahwat, lalai, dan senang berbuat maksiat.
Ada tiga hal yang bila kita tinggalkan akan menyebabkan kematian hati. Pertama, bila shalat ditinggalkan, itu akan membuat jiwa kalut. Kita akan terjerumus ke dalam perbuatan keji, terseret ke lembah kemungkaran dan kesesatan (QS al-Ankabut [29]: 45 dan QS Maryam [19]: 59), dan bisa menyusahkan serta merugikan orang lain.
Kedua, meninggalkan sedekah. Itu berarti kita egois, individualis, dan enggan berbuat baik. Kepedulian sosial seperti sedekah adalah bukti keimanan. Orang yang suka bersedekah hatinya lapang dan dijauhkan dari penyakit, khususnya kekikiran, sedangkan para dermawan selalu menebar kebajikan sehingga dekat dengan manusia, Allah, dan surga.
Ketiga, meninggalkan zikrullah adalah awal kematian hati. Hatinya akan membatu sehingga tak bisa menerima nasihat dan ajaran agama. Zikir akan menimbulkan ketenangan hati (QS Ar-Ra'd [13]: 28). Orang yang tenang hatinya akan berperilaku positif dan tak mau berbuat jahat.
Mukmin yang selalu shalat, senang bersedekah, dan memperbanyak zikrullah akan menjadi orang yang paling baik, memiliki hati yang hidup, dan menebar kebaikan kepada sesama. Bila kita merasa rajin shalat, sedekah, dan zikir, tetapi hatinya mati, kemungkinan besar shalat, sedekah, dan zikirnya cenderung formalitas tanpa jiwa
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/11/29/149387-manusia-yang-hatinya-telah-mati
Mati bukan hanya ketika seseorang telah mengembuskan napas terakhir, matanya terpejam, detak jantung terhenti, dan jasad tak bergerak. Itu semua hanya mati biologis. Kematiannya masih bermanfaat karena menjadi pelajaran bagi yang hidup. Rasulullah SAW bersabda, "Cukuplah kematian menjadi pelajaran, dan cukuplah keyakinan sebagai kekayaan." (HR At-Thabrani dari Ammar RA).
Alangkah banyak manusia sudah mati, tapi masih memberikan manfaat bagi yang hidup, yakni masjid atau madrasah yang mereka bangun, buku yang mereka tulis, anak saleh yang ditinggalkan, dan ilmu bermanfaat yang telah diajarkan. Meraka mati jasad, tapi pahala terus hidup (lihat QS al-Baqarah [2]: 154).
Sesungguhnya yang perlu diwaspadai adalah mati hakiki, yakni matinya hati pada orang yang masih hidup. Tak ada yang bisa diharapkan dari manusia yang hatinya telah mati. Boleh jadi dia hanya menambah jumlah bilangan penduduk dalam sensus. Hanya ikut membuat macet jalanan dan mengurangi jatah hidup manusia lain. Itu pun kalau tak merugikan orang lain. Bagaimana halnya dengan koruptor, orang yang merusak, dan menebar kejahatan di muka bumi?
Tanda manusia yang hatinya telah mati, antara lain, kurang berinteraksi dengan kebaikan, kurang kasih sayang kepada orang lain, mendahulukan dunia daripada akhirat, tak mengingkari kemungkaran, menuruti syahwat, lalai, dan senang berbuat maksiat.
Ada tiga hal yang bila kita tinggalkan akan menyebabkan kematian hati. Pertama, bila shalat ditinggalkan, itu akan membuat jiwa kalut. Kita akan terjerumus ke dalam perbuatan keji, terseret ke lembah kemungkaran dan kesesatan (QS al-Ankabut [29]: 45 dan QS Maryam [19]: 59), dan bisa menyusahkan serta merugikan orang lain.
Kedua, meninggalkan sedekah. Itu berarti kita egois, individualis, dan enggan berbuat baik. Kepedulian sosial seperti sedekah adalah bukti keimanan. Orang yang suka bersedekah hatinya lapang dan dijauhkan dari penyakit, khususnya kekikiran, sedangkan para dermawan selalu menebar kebajikan sehingga dekat dengan manusia, Allah, dan surga.
Ketiga, meninggalkan zikrullah adalah awal kematian hati. Hatinya akan membatu sehingga tak bisa menerima nasihat dan ajaran agama. Zikir akan menimbulkan ketenangan hati (QS Ar-Ra'd [13]: 28). Orang yang tenang hatinya akan berperilaku positif dan tak mau berbuat jahat.
Mukmin yang selalu shalat, senang bersedekah, dan memperbanyak zikrullah akan menjadi orang yang paling baik, memiliki hati yang hidup, dan menebar kebaikan kepada sesama. Bila kita merasa rajin shalat, sedekah, dan zikir, tetapi hatinya mati, kemungkinan besar shalat, sedekah, dan zikirnya cenderung formalitas tanpa jiwa
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/11/29/149387-manusia-yang-hatinya-telah-mati
Pemimpin yang Menegakkan Amanah Jabatan
"Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah dan tidak (sempurna) agama orang-orang yang tidak menunaikan janji." (HR. Ahmad). Amanah memiliki dua perspektif makna.
Ditinjau dari aspek yang lebih sempit, amanah diartikan sebagai memelihara titipan yang akan dikembalikan dalam bentuknya seperti sediakala. Dalam tinjauan yang diperluas, amanah mempunyai cakupan yang lebih luas, seperti memelihara amanah orang lain, menjaga kehormatan orang lain, atau menjaga kehormatannya.
Dalam konteks bernegara, amanah yang dibebankan kepada para pemegang amanah (pejabat negara) harus dipikul dengan sebaik-baiknya karena memiiki dua perspektif pertanggungjawaban: horizontal (habluminannas) dan vertikal (habluminallah). Setiap pemimpin, baik di lingkup pemerintahan pusat maupun daerah, wajib menegakkan amanah jabatannya sebagaimana yang pernah dicontohkan Rasulullah.
Dalam surah Al-Ahzab [33]: 21, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta dia banyak menyebut Allah."
Rasulullah pantaslah menjadi sosok panutan bagi para leader karena empat hal fundamental yang melekat dalam dirinya, yaitu sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Meskipun susah untuk mengikuti jejak keteladanan Nabi SAW secara komprehensif, paling tidak kita bisa mendekati apa yang pernah Nabi Muhammad lakukan dalam menegakkan amanah sebagai pemimpin agama dan negara ketika itu.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS an-Nisaa [4]: 58).
Kemudian, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang kami angkat menjadi karyawan untuk mengerjakan sesuatu dan kami beri upah yang semestinya, maka sesuatu yang diambilnya sesudah itu (selain upah) namanya korupsi." (HR Abu Dawud).
Rasulullah pernah menegur Ibnu Luthbiyah dengan keras karena mengambil hadiah ketika sedang menjalankan tugasnya sebagai pengumpul zakat. Rasulullah menegurnya dengan bersabda, "Dengan wewenang yang diberikan Allah kepadaku, aku mengangkat seseorang di antara kalian untuk melaksanakan tugas, (tetapi) dia datang melapor. Jika ia duduk saja di rumah bapak dan ibunya, apakah hadiah itu datang sendiri kepadanya kalau barang itu memang sebagai hadiah?
Demi Allah, seseorang tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya, melainkan ia menghadap Allah nanti pada hari kiamat dengan membawa beban yang berat dari benda itu." (HR Mutafaqun 'Alaihi).Semoga para pemimpin kita bisa menunaikan amanah jabatannya dengan baik sehingga bangsa ini bisa maju dalam berbagai bidang
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/11/30/149643-pemimpin-yang-menegakkan-amanah-jabatan
Ditinjau dari aspek yang lebih sempit, amanah diartikan sebagai memelihara titipan yang akan dikembalikan dalam bentuknya seperti sediakala. Dalam tinjauan yang diperluas, amanah mempunyai cakupan yang lebih luas, seperti memelihara amanah orang lain, menjaga kehormatan orang lain, atau menjaga kehormatannya.
Dalam konteks bernegara, amanah yang dibebankan kepada para pemegang amanah (pejabat negara) harus dipikul dengan sebaik-baiknya karena memiiki dua perspektif pertanggungjawaban: horizontal (habluminannas) dan vertikal (habluminallah). Setiap pemimpin, baik di lingkup pemerintahan pusat maupun daerah, wajib menegakkan amanah jabatannya sebagaimana yang pernah dicontohkan Rasulullah.
Dalam surah Al-Ahzab [33]: 21, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta dia banyak menyebut Allah."
Rasulullah pantaslah menjadi sosok panutan bagi para leader karena empat hal fundamental yang melekat dalam dirinya, yaitu sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Meskipun susah untuk mengikuti jejak keteladanan Nabi SAW secara komprehensif, paling tidak kita bisa mendekati apa yang pernah Nabi Muhammad lakukan dalam menegakkan amanah sebagai pemimpin agama dan negara ketika itu.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS an-Nisaa [4]: 58).
Kemudian, Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang kami angkat menjadi karyawan untuk mengerjakan sesuatu dan kami beri upah yang semestinya, maka sesuatu yang diambilnya sesudah itu (selain upah) namanya korupsi." (HR Abu Dawud).
Rasulullah pernah menegur Ibnu Luthbiyah dengan keras karena mengambil hadiah ketika sedang menjalankan tugasnya sebagai pengumpul zakat. Rasulullah menegurnya dengan bersabda, "Dengan wewenang yang diberikan Allah kepadaku, aku mengangkat seseorang di antara kalian untuk melaksanakan tugas, (tetapi) dia datang melapor. Jika ia duduk saja di rumah bapak dan ibunya, apakah hadiah itu datang sendiri kepadanya kalau barang itu memang sebagai hadiah?
Demi Allah, seseorang tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya, melainkan ia menghadap Allah nanti pada hari kiamat dengan membawa beban yang berat dari benda itu." (HR Mutafaqun 'Alaihi).Semoga para pemimpin kita bisa menunaikan amanah jabatannya dengan baik sehingga bangsa ini bisa maju dalam berbagai bidang
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/11/30/149643-pemimpin-yang-menegakkan-amanah-jabatan
Hikmah Silaturahim
"Barangsiapa yang ingin dimudahkan rezeki dan dipanjangkan usianya hendaklah ia senantiasa menjaga silaturahim." (HR Muslim, dari Anas bin Malik RA).
Tak ada yang mampu menghindar dari masalah selama menjalani kehidupan di dunia. Bahkan, tantangan hidup dari hari ke hari terasa kian kompleks. Rasul dan orang-orang beriman di masa lalu pun pernah hampir putus asa ketika menerima cobaan yang demikian berat dari Allah SWT.
Dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 214 disebutkan, ''Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang padamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan dengan bermacam-macam cobaan, sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ''Bilakah datangnya pertolongan Allah?''
Mengapa ada yang mampu mengatasi masalah yang dihadapinya dan ada yang tidak? Kuncinya sebenarnya adalah silaturahim. Tentu, tak hanya sekadar mendatangi saudara, kerabat, atau kenalan dengan pertemuan yang penuh basa-basi. Namun, pertemuan itu untuk mengukuhkan persaudaraan dan untuk selalu berbagi pengalaman; bercerita, dan mendengarkan.
Dengan berbagi, kita menjadi tahu betapapun beratnya masalah yang kita hadapi, sesungguhnya kita tidaklah sendiri. Orang lain juga menghadapi masalah yang sama, bahkan mungkin lebih berat dengan bentuk yang berbeda. Jika sudah demikian, kita akan bisa lebih tegar menghadapi masalah, dan saling menguatkan. Semangat hidup pun tumbuh kembali.
Tidak keliru bila dalam hadis di atas Rasulullah SAW sangat menganjurkan silaturahim, yang hikmahnya antara lain akan membuat kita jadi panjang umur. Kalau saja tidak rajin silaturahim, dengan sedikit masalah saja akan membuat kita lekas putus asa. Hidup tanpa harapan atau malah mengakhiri hidup secara tragis.
Namun dengan memperbanyak silaturahim, masalah apa pun yang menimpa, bisa kita hadapi dengan ketegaran. Kita bisa saling mengingatkan untuk tidak berputus asa, sebagaimana bunyi akhir ayat 214 surat Al-Baqarah, ''.... Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.'' Wallahu a'lam bish-shawab.
(Achmad Marzoeki )
Sumber : Republika - Hikmah Silaturahim , atau bila sudah menghilang, bisa baca di http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=DQhdXl5TUVYI
Tak ada yang mampu menghindar dari masalah selama menjalani kehidupan di dunia. Bahkan, tantangan hidup dari hari ke hari terasa kian kompleks. Rasul dan orang-orang beriman di masa lalu pun pernah hampir putus asa ketika menerima cobaan yang demikian berat dari Allah SWT.
Dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 214 disebutkan, ''Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang padamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan dengan bermacam-macam cobaan, sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ''Bilakah datangnya pertolongan Allah?''
Mengapa ada yang mampu mengatasi masalah yang dihadapinya dan ada yang tidak? Kuncinya sebenarnya adalah silaturahim. Tentu, tak hanya sekadar mendatangi saudara, kerabat, atau kenalan dengan pertemuan yang penuh basa-basi. Namun, pertemuan itu untuk mengukuhkan persaudaraan dan untuk selalu berbagi pengalaman; bercerita, dan mendengarkan.
Dengan berbagi, kita menjadi tahu betapapun beratnya masalah yang kita hadapi, sesungguhnya kita tidaklah sendiri. Orang lain juga menghadapi masalah yang sama, bahkan mungkin lebih berat dengan bentuk yang berbeda. Jika sudah demikian, kita akan bisa lebih tegar menghadapi masalah, dan saling menguatkan. Semangat hidup pun tumbuh kembali.
Tidak keliru bila dalam hadis di atas Rasulullah SAW sangat menganjurkan silaturahim, yang hikmahnya antara lain akan membuat kita jadi panjang umur. Kalau saja tidak rajin silaturahim, dengan sedikit masalah saja akan membuat kita lekas putus asa. Hidup tanpa harapan atau malah mengakhiri hidup secara tragis.
Namun dengan memperbanyak silaturahim, masalah apa pun yang menimpa, bisa kita hadapi dengan ketegaran. Kita bisa saling mengingatkan untuk tidak berputus asa, sebagaimana bunyi akhir ayat 214 surat Al-Baqarah, ''.... Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.'' Wallahu a'lam bish-shawab.
(Achmad Marzoeki )
Sumber : Republika - Hikmah Silaturahim , atau bila sudah menghilang, bisa baca di http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=DQhdXl5TUVYI
Senin, 29 November 2010
Hati Nurani
Ada seorang tua berupaya agar ketiga anaknya memperoleh lebih banyak pengalaman hidup. Suatu saat ia berkata kepada ketiga anaknya itu.
"Kalian pergilah merantau, setelah 3 bulan kalian kembali kerumah, ceritakan pengalaman yang paling berkesan selama kalian merantau, saya akan melihat perbuatan diantara kalian bertiga yang paling bisa dibanggakan,” katanya.
Ketiga anaknya setelah mendengar perkataan bapaknya, mulai melakukan perjalanan.
Tiga bulan berselang, mereka bertiga sudah kembali ke rumah, bapaknya bertanya kepada mereka perbuatan yang paling bangga yang telah mereka lakukan. Satu persatu anak-anaknya mengisahkan pengalaman mereka.
"Saya bertemu dengan seseorang, dia menitipkan sekantong permata berharga kepada saya, dia sendiri tidak tahu berapa jumlah permata didalam kantong itu, jika saya mengambil beberapa butir dia juga tidak akan tahu, ketika orang ini mengambil titipannya, saya menyerahkan seperti semula tanpa saya buka sama sekali,” kisah si anak sulungnya.
Setelah mendengar cerita anak sulungnya itu, bapaknya berkata kepadanya.
"Ini hal yang memang harus engkau lakukan, jika engkau mengambil beberapa butir, coba engkau pikirkan engkau akan berubah menjadi orang apakah?” komentar si Bapak.
Putra sulungnya mendengar komentar bapaknya, menganggapnya benar lalu pergi mengundurkan diri. Anak keduanya ganti menceritakan pengalamannya.
“Suatu hari saya melihat ada seorang anak kecil terjatuh di air, saya lalu menolongnya, keluarganya memberi saya hadiah besar, saya tidak menerimanya,” cerita anak kedua.
Mendengar kisah anak keduanya itu, bapaknya mengatakan kepadanya.
“Inipun memang yang seharusnya engkau lakukan, jika engkau melihat anak kecil itu mati tenggelam, apakah hatimu bisa tenang?" kata Bapaknya.
Setelah anak kedua mendengar komentar bapaknya itu, ia tidak berkata apapun. Lalu anaknya yang paling bungsu mengisahkan juga pengalamannya.
“Pada suatu hari saya melihat seorang yang sakit pingsan dipinggir jurang di jalan pegunungan, jika sedikit membalikkan badan saja sudah akan terjatuh dalam jurang, saya mendekatinya melihat, orang itu rupanya adalah musuh besar saya, dahulu beberapa kali saya berpikir untuk membalas dendam, tetapi tidak punya kesempatan, sekarang kesempatan ini muncul, saya tidak memerlukan tenaga mendorong, dia sudah akan terjatuh ke dalam jurang, tetapi saya mengantarnya pulang ke rumah,” kisah anak bungsu.
Bapaknya tidak menunggu dia habis berbicara, lalu dengan memuji ia mengatakan kepadanya.
“Perbuatan kedua kakakmu melakukan hal yang memang secara hati nurani dilakukan setiap orang, tetapi perbuatanmu dengan budi membalas rasa dendam, itu adalah perbuatan yang sangat terpuji.”
Melakukan perbuatan yang memang harus dilakukan, adalah hal yang wajar yang tidak mengkhianati hati nurani, tetapi melakukan perbuatan yang tidak ingin dilakukan, barulah hal itu membuat hati nurani ini dapat bersinar terang.
Cerita diatas, mengisahkan ketiga bersaudara ini melakukan hal yang tidak menyimpang dari permintaan hati nurani, anak sulung tidak tamak, anak kedua menolong orang yang kesusahan, kedua perbuatan ini adalah hal yang wajib dan memang seharusnya dilakukan oleh semua manusia. Sedangkan anak bungsu yang mempunyai dada yang lapang dan mau memaafkan musuhnya, malahan menolong musuhnya, hati nuraninya menyuruh dia tidak melakukan hal yang jahat, malahan bisa melakukan perbuatan baik yang tidak semua orang bisa lakukan, terlihat dari sini dia melupakan seorang yang bisa menjadi panutan bagi orang lain. (Erabaru/hui)
Sumber :
http://erabaru.net/cerita-budi-pekerti/71-cerita-budi-pekerti/19958-hati-nurani
Sebatang Ginseng
Alkisah di sebuah desa ada seorang bapak sedang pergi ke pasar. Dia melihat seorang pedagang sedang menjual sesuatu. Lalu dia bertanya kepadanya.
“Ini apa?”
”Ginseng,” jawab si pedagang.
Dijawab lagi oleh si Bapak: “Ini ginseng beneran?” Pedagang menjawab: “Tentu saja, ini adalah ginseng pegunungan.”
Si Bapak bertanya kembali: “Berapa harganya?” Pedagang ginseng ini menjawab, ”800 Yuan.”
Bapak dari desa kami ini memang sudah lama ingin membeli ginseng, hari ini kebetulan bertemu. Akhirnya dia menyerahkan 800 Yuan membeli ginseng ini.
Ketika pulang ke rumah, penduduk desa seorang pakar ginseng setelah melihat ginseng yang dibeli olehnya lalu berkata,” Ini bukan ginseng pegunungan, ini adalah sebatang akar sayur sawi.”
“Benarkah?” berarti saya tertipu.”
Dia dengan ringan menjawab, hatinya tidak merasa kesal dan marah.
Dia berpikir ini memang sudah nasib saya, mungkin di kehidupan yang lain saya berhutang kepada orang ini, maka sudah pantas sekarang saya membayarnya.
20 tahun telah berlalu, pada suatu malam bapak yang membeli ginseng ini bermimpi, dengan jelas seseorang berkata kepadanya, “Hari ini saya datang membayar hutang, masih ingat ginseng yang engkau beli, itu bukan ginseng tetapi itu adalah akar sayur sawi.”
Ketika dia terbangun, tidak ada orang yang datang membayar hutang kepadanya, itu hanya mimpi.
Keesokan harinya lembu yang dipeliharanya melahirkan seekor lembu kecil. Setelah setahun berlalu lembu kecil ini sudah besar.
Dia menarik lembunya ke pasar untuk dijual, setelah seharian ditawar oleh beberapa orang, semua harga yang ditawar adalah 800 Yuan, tidak ada seorangpun yang menawar lebih atau kurang dari 800 Yuan.
Bapak ini teringat, "Ini seperti mimpi saya setahun yang lalu, mungkin dia memang datang membayar hutang kepada saya.”
Di dalam hatinya berpikir demikian, lalu dia menarik lembunya kepinggir dan bertanya, “Lembu kecil, apakah engkau datang untuk membayar hutangmu? Jika benar engkau harus tambah sedikit supaya saya bisa membeli sebungkus nasi, hari sudah mulai gelap.”
Begitu perkataannya habis dikatakan, dari depannya datang seorang pembeli, orang ini membuka mulut menawar lembunya dengan harga 800 Yuan.
Dia berkata,”Tambah sedikit lagi Tuan.”
Pembeli menjawab: “Tidak bisa, hari sudah mulai gelap, ini saya tambahkan sedikit, namun hanya cukup beli sebungkus nasi.”
Penjual lembu ini segera mengerti lalu menjual lembunya kepada orang ini.
Ini pengalaman dalam hidup manusia, setiap niat pikiran dan perbuatan manusia akan mendapat balasan di kemudian hari, seseorang yang melakukan sesuatu yang tidak baik dikemudian hari dia harus membayar apa yang dilakukannya. Semua ini adalah hukum karma, percaya atau tidak, tentu tergantung masing-masing individu.(Erabaru/hui)
Sumber :
http://erabaru.net/cerita-budi-pekerti/71-cerita-budi-pekerti/20173-sebatang-ginseng
Ilmu Kebahagiaan
Semua orang pasti mendambakan kebahagiaan, tapi sepertinya kebahagiaan adalah harta terpendam.
Dengan banyak cara, secara sadar atau tidak, secara langsung atau tidak, semua yang kita lakukan, semua harapan kita adalah berhubungan dengan keinginan kuat mendapatkan kebahagiaan.
Dengan 256 elektroda di rambut yang dicukur habis, biksu Buddha Prancis Matthieu Ricard, penulis buku “Happiness: A Guide to Developing Life’s Most Important Skills,” menunjukkan senyuman alami yang selalu terlihat di wajahnya kemana pun dia pergi. Prefrontal cortex kirinya, zona otak khusus manusia yang aktif dengan pikiran positif, menunjukkan aktivitas melampaui parameter normal.
Sebagai seorang ahli biologi molekul, Ricard mengenali hasil dari resonansi otak: Menurut ilmu pengetahuan, kondisi mental ini hanya dapat dihasilkan dari manusia paling bahagia di bumi.
Otak Bahagia
Studi selama bertahun-tahun oleh ilmuwan berusaha membedakan secara benar aktivitas di prefrontal cortex kiri yang ditemukan berhubungan erat dengan perasaan bahagia, sedangkan emosi negatif meninggalkan kesan di area prefrontal kanan.
Yang mengejutkan ilmuwan adalah hasil studi menunjukkan model yang jelas pada orang-orang yang mempunyai “otak bahagia.” Bukanlah ditemukan pada otak orang yang mempunyai perolehan ekonomi dan material dalam hidupnya, tetapi kelompok lain, yaitu biksu Tibet dan meditator professional.
Dihadapkan dengan eksperimen pemindai otak yang melelahkan, sekelompok meditator yang sudah lama berlatih dengan fokus belas kasih mampu mengubah anatomi otak secara mengejutkan. Mereka bisa meningkatkan level emosi positif, seperti yang terlihat di prefrontal cortex kiri. Mereka juga bisa mengurangi aktivitas di prefrontal cortex yang berhubungan dengan depresi, mengurangi aktivitas amygdale, yang merupakan area di otak yang berhubungan dengan rasa takut dan marah; dan meningkatkan durasi dan tingkat perhatian.
Ilmuwan menyimpulkan bahwa belas kasih dihasilkan oleh bentuk meditasi tertentu yang dihasilkan oleh rasa tenang di otak, mencapai kondisi tenang. Kebahagiaan meditator terdiri dari kondisi tanpa rasa takut dan kontrol emosi sepenuhnya.Kebanyakan orang mengalami kondisi seperti mengalir selama tahap latihan intelektual atau fisik tertentu, perasaan bahagia yang menyenangkan pikiran ketika pikiran dan perbuatan menjadi satu.
Menurut Dr. Daniel Goleman, dikenal di dunia internasional untuk hasil kerjanya dalam bidang psikologi, kondisi mengalir adalah sensasi spontan dari kejutan yang menyenangkan dan membahagiakan.
Cocok dengan penjelasan Goleman, orang-orang menjadi begitu masuk ke dalam kondisi mengalir sehingga perhatian dan kesadaran mereka menjadi satu dengan tindakan mereka.
Berbeda dengan yang diperkirakan para ahli neurologi selama ini, ketika fokus pikiran masuk ke dalam tugas, seperti dalam kondisi mengalir, otak menghasilkan aktivitas yang lebih sedikit. Terlihat mempunyai “kotoran neurologi” yang lebih sedikit ketika pikiran melamun. Mirip dengan kondisi yang dihasilkan oleh orang-orang yang sering bermeditasi.
Karena itu menurut kesimpulan ilmiah, kebahagiaan adalah kondisi yang tidak bisa dicapai oleh jalan material, tetapi adalah konsekuensi dari upaya melepas keterikatan emosi dan komtemplasi belas kasih dari alam semesta. Hal ini lebih berhubungan dengan kondisi tanpa ego, lebih spiritual daripada materi. (Leonardo VintiƱi/The Epoch Times/rob)
http://erabaru.net/iptek/55-iptek/20285-ilmu-kebahagiaan
Dongeng Dalam Hati
Dahulu hidup seorang putri kecil yang sangat cantik. Dia tumbuh dewasa dalam sebuah kastil yang indah. Saat menginjak usia 15 tahun, pada suatu malam, ketika sedang tidur nyenyak, mendadak muncul jin berwajah jelek seperti seekor tikus besar, sekujur tubuhnya berbau busuk, diam-diam merangkak ke tempat tidur bermaksud ingin menggoda sang puteri.
Selanjutnya datang lagi satu, dua, tiga jin... banyak sekali jin yang mengelilinginya, mereka tertawa cekikikan. Sang putri terbangun dari tidur, membuka mata melihat jin yang begitu banyak, dia segera ketakutan sekali hingga tak bisa mengeluarkan suara.
Jin-jin itu menarik-narik baju sang putri sambil berbicara bergantian, “Anda manusia yang tidak tahu budi! Apakah lupa bahwa Anda asalnya juga jin, salah satu dari kami? Ketika sang putri sebenarnya masih kecil, kita bunuh dan makan dagingnya. Anda memakan sumsum putri itu sehingga bisa berubah menjadi manusia. Meski wajah Anda mirip manusia, tetapi darah yang mengalir dalam tubuh itu adalah darah jin, dalam lubuk hati Anda masih adalah jin!
Beberapa jin mendorong cermin hias kehadapan putri, dan berkata, “Jika Anda tidak percaya silahkan melihatnya!” Dari cermin itu, sang putri melihat hidungnya bulat seperti jin. Matanya juga agak kecil seperti jin, semakin dilihat semakin merasakan wajahnya mirip jin. Sang putri mulai curiga pada diri sendiri, apakah benar seperti yang mereka katakan.
Jin-jin itu berkata sambil berteriak, “Putri adalah jin.” Mereka tertawa jail karena berhasil mengelabui sang putri. Sebelum sang putri terbangun, kaca cermin itu sudah diberi sihir oleh jin-jin itu, sehingga ketika sang putri melihat dirinya dalam cermin semakin lama terlihat persis dengan jin, dan bukan seperti dirinya diluar cermin yang masih tetap cantik.
Sejak malam itu, sang putri berubah menjadi pemurung, mengurung diri sepanjang hari di kamar, sering kali menangis seorang diri, mengkhawatirkan parasnya yang buruk pasti akan ditertawai orang. Jin-jin itu setiap malam mendatangi kamar sang putri, terus-menerus mengusik dan menyiksa batinnya. Jin-jin itu juga membuat kamar sang putri jadi kotor dan berbau, kacau sekali.
Akhirnya sang putri tak tahan lagi, dia bertanya kepada ibunya, “Ibunda ratu, apakah paras saya jelek sekali?”
Ibunda ratu menjawab, “Mana mungkin?! Kamu putriku yang paling cantik dan elok diseluruh dunia!”
Dalam hati sang putri berpikir, “Pasti Ibunda ratu sangat menyayangi diriku, sehingga berkata demikian untuk menghiburku.” Putri melewatkan keseharian dengan muram, hal tersebut diketahui dan sangat dikhawatirkan Ibunda ratu.
Beberapa hari lagi hari ulang tahun sang putri yang ke-16, Ibunda ratu memutuskan mengadakan pesta ulang tahun untuk putrinya, berharap suasana keramaian pesta bisa membuat sang putri menjadi gembira. Sudah tentu sang putri bersikeras tidak setuju, karena khawatir orang lain akan menertawai paras jeleknya. Tetapi karena Ibunda ratu tetap mempertahankan, pesta ulang tahun tetap diselenggarakan.
Sang putri mengurai rambut panjangnya untuk menutupi wajah, melalui rambut poninya dia mengintai kumpulan orang yang hadir dalam pesta ulang tahunnya itu.
Banyak sekali pemuda tampan dan berprestasi mereka meminta putri untuk berdansa dengan mereka, tetapi mereka semuanya ditolak sang putri. Putri merasakan bahwa mereka hanya ingin menyindir kejelekan wajahnya saja, semakin banyak orang yang memintanya untuk berdansa dia semakin merasa terhina, dan semakin menjadi berang.
Kemudian ada seorang pria yang berwajah garang, tutur kata dan perilakunya sangat tidak sopan, dia maju dan berbincang dengan sang putri. Meski dalam hati putri merasa sangat benci, tetapi dia juga bersyukur bahwa setelah kedatangan pria tersebut tidak ada lagi orang lain yang mendekat. Kemudian pria bejat ini menggandeng tangan sang putri dengan kurang sopan, sedangkan sang putri juga berpura-pura tidak menghiraukannya. Bahkan akhirnya putri menyetujui permintaan pria tersebut untuk berhubungan dengannya.
Setiap orang menasehati sang putri bahwa pria pilihannya itu seorang pria nakal, dan menyarankan untuk tidak berhubungan dengannya, lagi pula dia sama sekali tidak sepadan dengan putri. Meski dalam hati sang putri sangat jelas terlihat betapa tidak baik pria tersebut, tetapi sang putri tetap membela pria tersebut, bertahan untuk berhubungan terus dengan pria tersebut. Saat ini putri sudah menganggap keterbelakangan dirinya sebagai suratan takdir.
Hari demi hari berlalu, putri dalam cermin makin hari semakin mirip jin. Putri menutup erat jendela dan pintu, sangat takut orang lain melihat keburukan wajahnya. Kutukan jin pada cermin itu masih belum terhapus, hanya sinar mentari pagi yang cerah, bisa menghapusnya.
Suatu hari, secara kebetulan ada seberkas sinar matahari masuk ke dalam kamar sang putri. Sinar itu persis jatuh pada cermin, dan segera kutukan itu terhapuskan. Ketika sang putri berjalan lewat di depan cermin, tiba-tiba ia menemukan bahwa wajah aslinya masih tetap cantik sekali. Dia baru sadar apa yang telah terjadi, ternyata semua ini perbuatan jail jin-jin itu.
Malam itu ketika seperti biasa jin datang ke kamar sang putri untuk berbuat onar. Sang putri berpura-pura masih tidak tahu tipu muslihat mereka, membiarkan mereka berbuat onar. Hingga menjelang pagi, sang putri mengatakan bahwa dirinya sudah tidak tahan lagi, meminta jin meninggalkan dirinya. Putri tahu semakin dia memohon, mereka semakin tidak mau meninggalkan tempat itu.
Putri berpura-pura mundur ke arah jendela. Sedangkan para jin itu juga hendak melanjutkan menggodanya. Secara mendadak sang putri membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Sinar matahari yang terang menyoroti semua tubuh jin itu. Mereka bergulung-gulung kesakitan di atas lantai, berangsur-angsur mengerut menjadi bola kering.
Meski sang putri sangat membenci jin itu, tetapi ia merasakan sedikit tidak tega melihat jin-jin itu mengalami kesakitan yang begitu hebat. Cahaya matahari terus menyinari bola-bola kering, berangsur-angsur bola-bola itu berubah menjadi bening. Di luar dugaan kemudian berubah menjadi peri-peri yang cantik, mengibaskan sayap mereka yang bening dan terang itu terbang keluar jendela.
Ada satu peri yang berhenti di atas teras jendela dan berkata kepada sang putri, “Terima kasih Anda telah menolong kami! Kami sebenarnya berasal dari negeri peri di sebelah utara, karena dikutuk tukang sihir menjadi jin. Kami berubah menjadi sangat jelek, dan hanya bisa hidup ditempat yang gelap dan basah. Kami merasa sangat risau sehingga mencari kesenangan dengan menggoda orang lain, kami merasa menyesal sekali telah membuat Anda sengsara!”
Selesai berbicara, peri itu terbang pergi ke arah sinar matahari mengikuti peri-peri yang lain. Dalam hati sang putri penuh dengan ketenangan, melihat titik cahaya terang ketika peri-peri itu terbang pergi.
Selanjutnya putri membatalkan janji pernikahannya dengan pria nakal itu.
Setiap orang adalah pusaka yang tak ternilai harganya, sama terhormatnya seperti diri seorang putri dan pangeran. Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan terpendam yang sangat baik dan indah, seperti kecantikan putri dalam kisah ini. Namun kadangkala karena bermacam opini publik bagai kutukan iblis yang berada di sekitar kita, berbagai macam godaan dari nama, keuntungan dan perasaan, lalu melupakan diri kita yang sejati dan mengalir mengikuti arus.
Jika kita bisa menemukan seberkas sinar matahari yang bisa menghapuskan kutukan iblis itu... yakni keyakinan dan keberanian, serta bisa percaya dengan teguh kepada kebaikan dan kemurnian diri kita yang paling hakiki, barulah bisa membuat diri kita sendiri tidak tertutupi oleh benda-benda dalam dunia yang sangat rendah itu.
(Ming Yue/The Epoch Times/lin)
http://erabaru.net/kehidupan/41-cermin-kehidupan/17912-dongeng-dalam-hati
Minggu, 28 November 2010
Agar Allah tak Membuka Aib Kita
Suatu hari Rasulullah SAW naik ke atas mimbar dan menyeru dengan suara yang tinggi, "Janganlah kalian menyakiti kaum Muslim, janganlah menjelekkan mereka, janganlah mencari-cari aurat mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aurat saudara sesama Muslim, Allah akan mencari-cari auratnya. Dan, siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walaupun ia berada di tengah tempat tinggalnya." (dari Abdullah bin 'Umar)
Syekh Mahmud al-Mishri dalam kitabnya Mausu'ah min Akhlaqir-Rasul mengungkapkan, di zaman sekarang ini sulit untuk menemukan orang yang dapat dipercaya dalam menjaga rahasia. Kebanyakan manusia-kecuali manusia yang mendapat pertolongan Allah-tak dapat menjaga rahasia orang lain. Padahal, membuka aib orang lain termasuk bagian dari khianat.
Dalam hadis di atas, Rasulullah menegaskan bahwa menutupi aib dan menjaga rahasia termasuk keutamaan. Nabi SAW menganjurkan agar umatnya senantiasa saling memelihara rahasia dan menutupi aib saudaranya agar dapat hidup bermasyarakat dalam ketenangan, kedamaian, juah dari keresahan, kedengkian, serta balas dendam.
Namun, kita sering melalaikan peringatan ini. Kita kerap kali bermain-main dengan aib. Kita lupa kalau suatu saat Allah SWT pun akan membukakan aib kita tanpa bisa ditolak. Sesungguhnya, ketika membuka aib orang lain, sama dengan memberitahukan aib kita sendiri.
Padahal, dengan menutup aib orang lain, Allah akan menutup aib kita, baik di dunia maupun akhirat. Rasulullah bersabda, "Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia, melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya".
Aib merupakan sesuatu yang diasosiasikan buruk, tidak terpuji, dan negatif. Manusia tidak bisa lari dengan menutup diri terhadap kekurangannya. Manusia harus berintrospeksi dan menghisab diri sendiri untuk memperbaikinya. Umar bin Khattab berpesan, "Hisablah dirimu sebelum diri kamu sendiri dihisab, dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum perbuatanmu ditimbang."
Dalam hidup, kita terkadang terlupakan dengan aib-aib sendiri yang begitu menggunung karena begitu seringnya memikirkan aib orang lain. Kita juga sering lupa untuk bersyukur bahwa Allah telah menjaga aib-aib kita. Sesungguhnya, manusia bukanlah apa-apa jika semua aibnya dibukakan di depan mata orang lain.
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/11/28/149340-agar-allah-tak-membuka-aib-kita
WAJIB KITA RENUNGKAN
1. Sesungguhnya berdzikir itu karunia Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Betapa dzikir itu membawa ketentraman dan ketenangan batin. Karena dzikirlah, kita menjadi “hidup”. Hidup dalam arti sebenarnya. Sedangkan mereka yang tidak berdzikir, diibaratkan sebagai orang yang mati.
Mulut yang basah dari dzikrullah mana mungkin berdusta, memfitnah dan menggunjing! Mata yang berdzikir, mana mungkin melihat yang haram! Seluruh tubuh ini berdzikir, bergerak atas titah-Nya! Jika tangan kita melempar maka yang melempar adalah Dia. Jika kita memohon pertolongan pada-Nya, pasti dikabulkan-Nya.
Selamat datang di taman surga wahai para muzakirin. Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang dicintai dan dirahmati Allah. Tiada kesedihan bagi kalian, karena ruh kehidupan ini telah terisi kegembiraan.
“Tidak ada satu kaum pun yang berdzikir kepada Allah, kecuali mereka akan dikelilingi oleh para malaikat, akan diselubungi rahmat, akan turun ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebut (nama) mereka di antara orang-orang yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim).
2. Kita sbg makhluk yg didesain oleh Allah SWT dgn sempurna,
memiliki akal sbg alat berfikir, hati sbg alat memahami, nurani sbg alat interospeksi, syahwat sbg penggerak tingkah laku dan
hawa nafsu sbg tantangan. Kesemuanya itu dirancang utk menghadapi
medan kehidupan yg sulit.
Dgn akal kita bisa memecahkan masalah yg sulit, dgn hati kita bisa menerima kenyataan yg pahit, dgn nurani kita bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dgn syahwat membuat kita dinamis mencari dan dgn hawa nafsu kita menjadi tertantang... utk mampu mengendalkan diri
Jika orang ingin sekedar senang dlm hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justeru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek
3. Ketika kita berdoa, yang paling penting bukanlah ijabahnya doa. Bukan pula datangnya barang yang kita minta, atau lenyapnya kesulitan yang menimpa. Meningkatnya kedekatan diri kita kepada Allah SWT. Justru yang paling penting dari proses doa yang kita lakukan.
Pada akhirnya dalam proses pelaksanaan doa diperlukan interaksi dua arah. Yaitu interaksi kita dengan diri kita melalui introspeksi, dan interaksi kita pada Allah. Kita harus mengkritisi dan mengevaluasi terhadap perilaku kita, sambil kita terus mengikat diri pada Allah. Dengan demikian hakikat doa tidak sekedar mencari kepuasan atas dikabulkannya permintaan kita, tetapi ia berdampak pada kedekatan pada Illahi.
kebutuhan kita utk beribadah kpd Allah dan mendekat kpd-Nya, lebih mendesak drpd kebutuhan kita kpd makanan, minuman dan udara. Karena makanan, minuman dan udara berfungsi utk melestarikan tubuh, sedangkan ibadah berfungsi utk menegakan ruh... dan tubuh sekaligus. Oleh karena itu ibadah mendekatkan diri kpd-Nya merupakan aktivitas seluruh makhluk yg ada, baik benda mati, hewan maupun tumbuh2-an, baik yg kita saksikan maupun yg tdk dpt kita saksikan. Allah berfirman:
“Langit yg tujuh, bumi dan semua yg ada di dlmnya bertasbih kpd Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dgn memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tdk mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Israa: 44)
Juga firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah memasukan orang2 yg beriman dan mengerjakan amal saleh ke dlm surga2 yg di bawahnya mengalir sungai2. Sesungguhnya Allah berbuat apa yg Dia kehendaki.”(QS. Al-Hajj: 14)
4. Kita sering kali salah dalam mengganggap doa. Doa bukan sesuatu yang gratis yang dapat kita lakukan begitu saja. Doa juga bukan iseng-iseng berhadiah. Doa bukan merupakan sebuah mantra yang kita baca tanpa tau maksudnya. Doa harus disertai dengan itegritas diri kita terhadap doa yang kita ucapkan. Doa merupakan bagian yang terintegrasi dengan usaha. Doa tanpa usaha hasilnya akan nol besar. Doa pada hakikatnya merupakan konsultasi akhir kepada yang maha kuasa atas masalah ataupun keinginan kita.
Kita sering kali menyalahkan takdir dalam kegagalan kita. Sebagai contoh ketika kita tidak mendapat pekerjaan yang kita inginkan, kita sering kali mencari pembenaran dengan mengatakan “ah mungkin emang ini yang terbaik buat saya”. Hati-hati, jangan selalu menyalahkan takdir. Hal yang pertama harus kita koreksi apakah kita sudah usaha semaksimal yang kita bisa? Jika sudah berusaha, apakah kita sudah berdoa? Jika kita belum berusaha dengan baik, maka sebenarnya bukan itulah yang terbaik buat kita, sebenarnya kita berhak untuk mendapat yang lebih dari itu. Akan tetapi tentu semua kejadian bisa kita ambil hikmahnya.
5. Negeri ini akan terus tumbuh, berkembang, maju dengan diselimuti kedamaian, rasa cinta,persaudaraan, dan kemulian bila sebagian besar diantara kita mengembangkan sikap to GIVE ketimbang to GET
Kita semua harus selalu berpikir, apa yang sudah saya berikan buat anak, mitra kerja, perusahaan, pasangan hidup, saudara, orang tua, bangsa dan Sang Maha Pencipta?
Pertanyaan itu harus selalu tertanam kuat dalam setiap aktivitas kita sehari-hari.
Jangan kedepankan to GET dalam sikap keseharian kita.
Pada saat sebagian besar orang memiliki sikap to GIVE kita sudah boleh mengatakan bahwa kita memang sudah MERDEKA
6. Jika saja anda tidak mampu berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah melalui kemahaindahan sifat-sifatNya, maka berbaiksangkalah kepada Allah karena adanya anugerah mu’amalah Allah yang menyertai anda. Bukankah Allah telah mengembalikan diri anda, melainkan pada kebajikan? Dan bukankah Allah telah melimpahkan kepada anda , melalui pintu anugerahNya?
Husnudzon atau berbaik sangka kepada Allah, merupakan salah satu dasar utama kita membangun hubungan dengan Allah Ta’ala. Banyak hamba-hamba Allah yang menggugat Allah atas taqdir yang diterima dengan rasa pahit, lalu ia menggedor-gedor langitNya, agar dibuka pintu anugerah yang sesuai dengan selera si hamba ini.
Kategori manusia berhusnudzon kepada Allah itu ada tiga:
Pertama, Husnudzon kepada Allah karena keagungan dan keindahan SifatNya.
Kedua, Husnudzon kepada Allah karena IhsanNya, atau kebajikanNya.
Ketiga, Husnudzon kepada Allah karena dua-duanya. Dan perilaku jiwa demikian ini, lebih sempurna dari kedua hal di atas.
7. Khusnudzon adalah suatu akhlak terpuji yang mengandung arti berbaik sangka dan lawannya adalah su’udzon : artinya berburuk sangka.
Jadi setiap apa yang terjadi akan di tafsirkan secara baik oleh seseorang apabila mempunyai sikap khusnudzon (berbaik sangka). Dan setiap apa yang terjadi akan menjadi jelek dipandangannya apabila seseorang mempunyai sikap su’uzon (berburuk sangka).
FUNGSI KHUSNUDZON
1) Menentramkan jiwa. ( TENTRAM KARENA TAK BEKERJA SECARA KERAS MEMIKIRKAN KEJELEKAN)
2) Mantapkan keimanan ( KARAKTER ORANG BERIMAN ADALAH BAIK SANGKA )
3) Sikap tawaduk ( RENDAH HATI – TIDAK SOMBONG – ANGKUH ) KARENA MEMANDANG ORG BAIK.
4) Tawakal ( MENYERAHKAN URUSAN BATHIN KEPADA ALLAH SWT)
5) Hidup menjadi ringan ( TANPA BEBAN PIKIRAN )
6) Hubungan persahabatan akan lebih baik (TAK SALING MENYALAHKAN) CARI SOLUSI.
7) Terhindar dari penyesalan akibat buruk sangka (MENYESAL JIKA SALAH SANGKA)
8) Selalu berbahagia atas segala kemajuan orang lain, (SENANG JIKA ORANG MAJU-AGAR KITA ….)
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai? Maka, tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." ( QS Al Hujuraat:12 )
KHUSNUDZON AJARAN ISLAM YANG TINGGI
Mengapa Islam mengajarkan khusnudzon dan berfikir positif.
1) Kita harus berkhusnudzon dan berfikir positif, karena ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita sangka.
2) Berbaik sangka dapat mengubah suatu keburukan menjadi kebaikan. Contoh ketika rasul mendo’akan orang jahat dengan kebaikan, akibatnya mereka tertarik dengan islam.
3) Berfikir positif dan berbaik sangka dapat menyelamatkan hati. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian, hati yang tentram adalah hati yang tidak memendam syakwasangka, dan hati yang berseri hanyalah hati yang selalu berfikir positif. YANG PENTING bagaimana kita selalu baik pada orang lain, adapun orang tidak baik kepada kita bukan urusan kita, tapi urusan mereka dengan Allah Swt.
4)..Berfikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo.
8. Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya.
Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.
Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunyai tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan jiwa.
9. Merendahkan diri (tawadhu’) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Setiap orang mencintai sifat ini sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Sifat terpuji ini mencakup dan mengandung banyak sifat terpuji lainnya.
Tawadhu’''adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Artinya, janganlah kamu memandang dirimu berada di atas semua orang. Atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu.
Lawan dari sifat tawadhu’ adalah takabbur (sombong), sifat yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah mendefinisikan sombong dengan sabdanya:
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (Shahih, HR. Muslim no. 91 dari hadits Abdullah bin Mas’ud z)
Jika anda mengangkat kepala di hadapan kebenaran baik dalam rangka menolaknya, atau mengingkarinya berarti anda belum tawadhu’ dan anda memiliki benih sifat sombong.
Tahukah anda apa yang diperbuat Allah subhanahu wa ta’ala terhadap Iblis yang terkutuk?
Dan apa yang diperbuat Allah kepada Fir’aun dan tentara-tentaranya?
Kepada Qarun dengan semua anak buah dan hartanya?
Dan kepada seluruh penentang para Rasul Allah?
Mereka semua dibinasakan Allah subhanahu wa ta’ala karena tidak memiliki sikap tawadhu’ dan sebaliknya justru menyombongkan dirinya.
10. Qana’ah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana’ah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak.
Qana’ah seharusnya merupakan sifat dasar setiap muslim, karena sifat tersebut dapat menjadi pengendali agar tidak surut dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan. Qana’ah berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator hidup seorang muslim. Dikatakan stabilisator, karena seorang muslim yang mempunyai sifat Qana’ah akan selalu berlapang dada, berhati tentram, merasa kaya dan berkecukupan, bebas dari keserakahan, karena pada hakekatnya kekayaan dan kemiskinan terletak pada hati bukan pada harta yang dimilikinya. Bila kita perhatikan banyak orang yang lahirnya nampak berkecukupan bahkan mewah, namun hatinya penuh diliputi keserakahan dan kesengsaraan, sebaliknya banyak orang yang sepintas lalu seperti kekurangan namun hidupnya tenang, penuh kegembiraan, bahkan masih sanggup mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan sosial. Nabi SAW bersabda dalam salah satu hadisnya :
„ Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi SAW : „ Bukanlah kekayaan itu banyak harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati". ( H.R.Bukhari dan Muslim)
11. Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.”
Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah [2]: 45).
Yaitu mintalah pertolongan kepada Allah dengan bekal sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga. Allah ta’ala berfirman kepada penduduk surga, “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” (QS. Ar Ra’d [13] : 24).
Allah juga berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al Furqaan [25] : 75).
Selain itu Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, “Dan Kami menjadikan di antara mereka (Bani Isra’il) para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami.”
(QS. As Sajdah [32]: 24)
12. Sesungguhnya kedekatan Allah SWT tdk dpt diukur dgn alat apapun didunia ini, bahkan kata “ Dekat” itu sendiri tak dpt mengungkap arti kedekatan sebenarnya. DekatNya Allah SWT terhadap hambaNya adalah kedekatan yg tdk berjarak dan tdk berperantara, hingga tiada sesuatu didunia ini yg menandingi keindahan dari kedekatanNya tersebut.
KedekatanNya tak dpt dideteksi dgn mata dan akalmu, ia dpt disentuh dgn hati yg “ hidup “ dgn rasa yg asyik bersamaNya. Hanya hati yg asyik adalah hati yg telah menemukan wajah dirinya, yakni melepaskan segala ketergantungan kecuali kepada Allah SWT. Sebab, ketergantungan kepadaNya merupakan sifat dasar yg wajib dimiliki hati hamba.
sesungguhnya Allah SWT tdk pernah menyembunyikan diriNya drpd kita, DIA setiap saat selalu memberi isyarat akan kehadiranNya dekat dgn diri kita. Namun, lantaran hati kita masih dipenuhi dgn berharap kepada yg lain, hingga isyaratNya yg begitu jelas dan nyata tdk “terbaca” didepan kita.
Ya..Allah..,Ya..Rabbi, jadikanlah kami hamba yg selalu bergantung kepadaMu, hingga hati kami asyik dalam kedekatanMu,
dan peliharalah hati kami dgn rasa rindu kepadaMu,
dan dampingilah setiap niat dan usaha kami dgn berharap dan bercita-cita kepadaMu, serta sadarkanlah kami, bahwasanya Engkaulah satu satunya Zat yg paling dekat, hingga kedekatanMu melebihi dari apa apa yg dirasa oleh hati kami sendiri..
Ya Allah…hanya Engkaulah yg mengasyikan hati hambaMu
13. Seseorang yang berdoa hendaknya jangan tergesa-gesa, karena sesungguhnya orang yang berdoa kepada Allah niscaya akan dikabulkan segera atau lambat. Kadang kala permohonannya dikabulkan seketika, kadangkala dikabulkan pada waktu yang agak lama, kadang kala tidak dikabulkan di dunia dan nanti akan diganti dengan pahala di akhirat.
Setiap kita hendaknya selalu memposisikan diri sebagai hamba Allah yang berdoa, menangis di keheningan malam, memohon ampunan atas segala dosa di masa lalu. Memohon limpahan kemudahan hidup serta diselamatkan kelak dari api neraka.
Manusia yang merasa telah cukup puas dengan apa yang didapatkan didunia sehingga tidak mau berdoa adalah termasuk manusia yang merugi karena kesombongannya di hadapan Allah Swt.
Para Nabi dan Rasulpun selalu menengadahkan tangan memohon dan berdoa kepada Allah Swt siang dan malam tanpa lelah. Mereka yang telah dijamin kebahagiaan di akhirat kelak masih mau meminta pertolongan Allah. Sedang kita yang belum tahu di mana tempat akhir persinggahan masih melalaikan fasilitas doa yang telah disedia di dunia.
Sebagai suri tauladan kita dapat temukan beberapa kisah para nabi dan rasul yang berdoa untuk mendapatkan hajat dan keinginan mereka. Seperti:
1. Nabi Adam As bapak para manusia memohon ampunan karena telah mendzalimi dirinya memakan buah khuldi di surga. Saat diturunkan didunia, setiap hamparan tanah tak terlepas dari tetesan air mata penyesalan beliau. Doa beliau:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-A’raf: 23)
2. Nabi Ibrahim As bapak para nabi mendoakan tanah suci makkah sebagai tanah yang diberkati oleh Allah, sehingga walau pun terdiri dari tanah yang tandus dan berbatuan, tetapi selalu dilimpahi rahmat dari berbagai buah-buah.
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (Albaqarah: 126)
3. Nabi Musa as, nabi yang telah menyelamatkan bani Israil dari kukungan Firaun di mesir, pada saat beliau mendapat kesusahan untuk berdakwah karena cacat pada lidahnya, maka ia berdoa:
"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku (QS. Thoha: 25-28)
4. Nabi Sulaiman As, seorang yang mendapat kenikmatan dunia yang luar biasa, yang memiliki kekuasaan atas jin, manusia, binatang, angin dan air masih mampu mengucapkan doa.
"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS. An-Naml: 19)
Masih banyak doa-doa yang diucapkan para Nabi dalam al-Quran, yang tentunya bila kita mau mentadaburi nya kita akan menjadi malu. Alangkah sombongnya kita, alangkah angkuhnya kita, alangkah malangnya diri kita yang telah menyia-nyiakan waktu dan umur kita dari perbuatan doa kepada Allah sedang para Nabi pun berdoa.
Berdoalah, agar kita selamat di dunia dan akhirat.
14. Aib merupakan sesuatu yg diasosiasikan buruk, tdk terpuji, dan negatif.
Manusia tdk bisa lari dgn menutup diri thd kekurangannya. Kita terkadang terlupakan dgn aib2 sendiri yg begitu menggunung karena begitu seringnya memikirkan aib orang lain. Kita juga sering lupa utk bersyukur bhw Allah telah menjaga aib2 kita.
...Sesungguhnya, manusia bukanlah apa2 jika semua aibnya dibukakan di depan mata orang lain.
Dgn menutup aib orang lain, Allah akan menutup aib kita, baik di dunia maupun akhirat. Rasulullah bersabda, "Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia, melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya".
Semoga Kita saling memelihara rahasia dan menutupi aib saudaranya agar dapat hidup bermasyarakat dalam ketenangan, kedamaian, juah dari keresahan, kedengkian, serta balas dendam.
15. Learning by doing, istilah yg sdh tdk asing bagi kita. Cara yg ampuh utk membuat kita paham dan menyimpan pengalaman yg kita dptkan di memory kita. Karena, dgn mencobanya, kita akan langsung dihadapkan pd kasus dan masalah yg ada, shg mau tdk mau kita akan menemukan cara kita sendiri utk menyelesaikan masalah tsb
Mungkin cara itu juga diterapkan Allah untuk mengajari hambaNya. Allah sengaja menempatkan kita pada situasi dan kondisi yang mungkin sulit dan berat bagi kita, agar kita mau belajar. Allah sedang ingin mengajari kita ilmu beradaptasi. Bagaimana cara beradaptasi di lingkungan yang baru, bagaimana menyesuaikan diri dengan orang – orang yang baru kita kenal, dan bagaimana bertahan pada situasi dan kondisi yang berbeda dengan keseharian ku.
"Bila Allah cepat mengabulkan Doamu, Maka DIA Menyayangimu, Bila DIA Lambat mengabulkan doamu, Maka DIA Ingin Mengujimu, Bila DIA Tidak mengabulkan Doamu, Maka Dia merancang sesuatu yang lebih baik untukmu. Oleh karena itu, senantiasalah berprasangka baik pada ALLAH dalam keadaan apapun. Karena kasih sayang ALLAH itu mendahului kemurkaanNya..."
Mulut yang basah dari dzikrullah mana mungkin berdusta, memfitnah dan menggunjing! Mata yang berdzikir, mana mungkin melihat yang haram! Seluruh tubuh ini berdzikir, bergerak atas titah-Nya! Jika tangan kita melempar maka yang melempar adalah Dia. Jika kita memohon pertolongan pada-Nya, pasti dikabulkan-Nya.
Selamat datang di taman surga wahai para muzakirin. Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang dicintai dan dirahmati Allah. Tiada kesedihan bagi kalian, karena ruh kehidupan ini telah terisi kegembiraan.
“Tidak ada satu kaum pun yang berdzikir kepada Allah, kecuali mereka akan dikelilingi oleh para malaikat, akan diselubungi rahmat, akan turun ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebut (nama) mereka di antara orang-orang yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim).
2. Kita sbg makhluk yg didesain oleh Allah SWT dgn sempurna,
memiliki akal sbg alat berfikir, hati sbg alat memahami, nurani sbg alat interospeksi, syahwat sbg penggerak tingkah laku dan
hawa nafsu sbg tantangan. Kesemuanya itu dirancang utk menghadapi
medan kehidupan yg sulit.
Dgn akal kita bisa memecahkan masalah yg sulit, dgn hati kita bisa menerima kenyataan yg pahit, dgn nurani kita bisa mundur selangkah demi memperbaiki diri, dgn syahwat membuat kita dinamis mencari dan dgn hawa nafsu kita menjadi tertantang... utk mampu mengendalkan diri
Jika orang ingin sekedar senang dlm hidup, maka ia dapat mencari kesenangan instan, pergi ke tempat hiburan, berfoya-foya dan berpesta pora. Tetapi jika seseorang ingin meraih kebahagiaan, maka ia justeru harus siap menderita menghadapi kesulitan, melupakan kesenangan jangka pendek
3. Ketika kita berdoa, yang paling penting bukanlah ijabahnya doa. Bukan pula datangnya barang yang kita minta, atau lenyapnya kesulitan yang menimpa. Meningkatnya kedekatan diri kita kepada Allah SWT. Justru yang paling penting dari proses doa yang kita lakukan.
Pada akhirnya dalam proses pelaksanaan doa diperlukan interaksi dua arah. Yaitu interaksi kita dengan diri kita melalui introspeksi, dan interaksi kita pada Allah. Kita harus mengkritisi dan mengevaluasi terhadap perilaku kita, sambil kita terus mengikat diri pada Allah. Dengan demikian hakikat doa tidak sekedar mencari kepuasan atas dikabulkannya permintaan kita, tetapi ia berdampak pada kedekatan pada Illahi.
kebutuhan kita utk beribadah kpd Allah dan mendekat kpd-Nya, lebih mendesak drpd kebutuhan kita kpd makanan, minuman dan udara. Karena makanan, minuman dan udara berfungsi utk melestarikan tubuh, sedangkan ibadah berfungsi utk menegakan ruh... dan tubuh sekaligus. Oleh karena itu ibadah mendekatkan diri kpd-Nya merupakan aktivitas seluruh makhluk yg ada, baik benda mati, hewan maupun tumbuh2-an, baik yg kita saksikan maupun yg tdk dpt kita saksikan. Allah berfirman:
“Langit yg tujuh, bumi dan semua yg ada di dlmnya bertasbih kpd Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dgn memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tdk mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Israa: 44)
Juga firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah memasukan orang2 yg beriman dan mengerjakan amal saleh ke dlm surga2 yg di bawahnya mengalir sungai2. Sesungguhnya Allah berbuat apa yg Dia kehendaki.”(QS. Al-Hajj: 14)
4. Kita sering kali salah dalam mengganggap doa. Doa bukan sesuatu yang gratis yang dapat kita lakukan begitu saja. Doa juga bukan iseng-iseng berhadiah. Doa bukan merupakan sebuah mantra yang kita baca tanpa tau maksudnya. Doa harus disertai dengan itegritas diri kita terhadap doa yang kita ucapkan. Doa merupakan bagian yang terintegrasi dengan usaha. Doa tanpa usaha hasilnya akan nol besar. Doa pada hakikatnya merupakan konsultasi akhir kepada yang maha kuasa atas masalah ataupun keinginan kita.
Kita sering kali menyalahkan takdir dalam kegagalan kita. Sebagai contoh ketika kita tidak mendapat pekerjaan yang kita inginkan, kita sering kali mencari pembenaran dengan mengatakan “ah mungkin emang ini yang terbaik buat saya”. Hati-hati, jangan selalu menyalahkan takdir. Hal yang pertama harus kita koreksi apakah kita sudah usaha semaksimal yang kita bisa? Jika sudah berusaha, apakah kita sudah berdoa? Jika kita belum berusaha dengan baik, maka sebenarnya bukan itulah yang terbaik buat kita, sebenarnya kita berhak untuk mendapat yang lebih dari itu. Akan tetapi tentu semua kejadian bisa kita ambil hikmahnya.
5. Negeri ini akan terus tumbuh, berkembang, maju dengan diselimuti kedamaian, rasa cinta,persaudaraan, dan kemulian bila sebagian besar diantara kita mengembangkan sikap to GIVE ketimbang to GET
Kita semua harus selalu berpikir, apa yang sudah saya berikan buat anak, mitra kerja, perusahaan, pasangan hidup, saudara, orang tua, bangsa dan Sang Maha Pencipta?
Pertanyaan itu harus selalu tertanam kuat dalam setiap aktivitas kita sehari-hari.
Jangan kedepankan to GET dalam sikap keseharian kita.
Pada saat sebagian besar orang memiliki sikap to GIVE kita sudah boleh mengatakan bahwa kita memang sudah MERDEKA
6. Jika saja anda tidak mampu berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah melalui kemahaindahan sifat-sifatNya, maka berbaiksangkalah kepada Allah karena adanya anugerah mu’amalah Allah yang menyertai anda. Bukankah Allah telah mengembalikan diri anda, melainkan pada kebajikan? Dan bukankah Allah telah melimpahkan kepada anda , melalui pintu anugerahNya?
Husnudzon atau berbaik sangka kepada Allah, merupakan salah satu dasar utama kita membangun hubungan dengan Allah Ta’ala. Banyak hamba-hamba Allah yang menggugat Allah atas taqdir yang diterima dengan rasa pahit, lalu ia menggedor-gedor langitNya, agar dibuka pintu anugerah yang sesuai dengan selera si hamba ini.
Kategori manusia berhusnudzon kepada Allah itu ada tiga:
Pertama, Husnudzon kepada Allah karena keagungan dan keindahan SifatNya.
Kedua, Husnudzon kepada Allah karena IhsanNya, atau kebajikanNya.
Ketiga, Husnudzon kepada Allah karena dua-duanya. Dan perilaku jiwa demikian ini, lebih sempurna dari kedua hal di atas.
7. Khusnudzon adalah suatu akhlak terpuji yang mengandung arti berbaik sangka dan lawannya adalah su’udzon : artinya berburuk sangka.
Jadi setiap apa yang terjadi akan di tafsirkan secara baik oleh seseorang apabila mempunyai sikap khusnudzon (berbaik sangka). Dan setiap apa yang terjadi akan menjadi jelek dipandangannya apabila seseorang mempunyai sikap su’uzon (berburuk sangka).
FUNGSI KHUSNUDZON
1) Menentramkan jiwa. ( TENTRAM KARENA TAK BEKERJA SECARA KERAS MEMIKIRKAN KEJELEKAN)
2) Mantapkan keimanan ( KARAKTER ORANG BERIMAN ADALAH BAIK SANGKA )
3) Sikap tawaduk ( RENDAH HATI – TIDAK SOMBONG – ANGKUH ) KARENA MEMANDANG ORG BAIK.
4) Tawakal ( MENYERAHKAN URUSAN BATHIN KEPADA ALLAH SWT)
5) Hidup menjadi ringan ( TANPA BEBAN PIKIRAN )
6) Hubungan persahabatan akan lebih baik (TAK SALING MENYALAHKAN) CARI SOLUSI.
7) Terhindar dari penyesalan akibat buruk sangka (MENYESAL JIKA SALAH SANGKA)
8) Selalu berbahagia atas segala kemajuan orang lain, (SENANG JIKA ORANG MAJU-AGAR KITA ….)
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai? Maka, tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." ( QS Al Hujuraat:12 )
KHUSNUDZON AJARAN ISLAM YANG TINGGI
Mengapa Islam mengajarkan khusnudzon dan berfikir positif.
1) Kita harus berkhusnudzon dan berfikir positif, karena ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita sangka.
2) Berbaik sangka dapat mengubah suatu keburukan menjadi kebaikan. Contoh ketika rasul mendo’akan orang jahat dengan kebaikan, akibatnya mereka tertarik dengan islam.
3) Berfikir positif dan berbaik sangka dapat menyelamatkan hati. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian, hati yang tentram adalah hati yang tidak memendam syakwasangka, dan hati yang berseri hanyalah hati yang selalu berfikir positif. YANG PENTING bagaimana kita selalu baik pada orang lain, adapun orang tidak baik kepada kita bukan urusan kita, tapi urusan mereka dengan Allah Swt.
4)..Berfikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo.
8. Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya.
Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.
Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunyai tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan jiwa.
9. Merendahkan diri (tawadhu’) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Setiap orang mencintai sifat ini sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Sifat terpuji ini mencakup dan mengandung banyak sifat terpuji lainnya.
Tawadhu’''adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Artinya, janganlah kamu memandang dirimu berada di atas semua orang. Atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu.
Lawan dari sifat tawadhu’ adalah takabbur (sombong), sifat yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah mendefinisikan sombong dengan sabdanya:
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (Shahih, HR. Muslim no. 91 dari hadits Abdullah bin Mas’ud z)
Jika anda mengangkat kepala di hadapan kebenaran baik dalam rangka menolaknya, atau mengingkarinya berarti anda belum tawadhu’ dan anda memiliki benih sifat sombong.
Tahukah anda apa yang diperbuat Allah subhanahu wa ta’ala terhadap Iblis yang terkutuk?
Dan apa yang diperbuat Allah kepada Fir’aun dan tentara-tentaranya?
Kepada Qarun dengan semua anak buah dan hartanya?
Dan kepada seluruh penentang para Rasul Allah?
Mereka semua dibinasakan Allah subhanahu wa ta’ala karena tidak memiliki sikap tawadhu’ dan sebaliknya justru menyombongkan dirinya.
10. Qana’ah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana’ah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak.
Qana’ah seharusnya merupakan sifat dasar setiap muslim, karena sifat tersebut dapat menjadi pengendali agar tidak surut dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan. Qana’ah berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator hidup seorang muslim. Dikatakan stabilisator, karena seorang muslim yang mempunyai sifat Qana’ah akan selalu berlapang dada, berhati tentram, merasa kaya dan berkecukupan, bebas dari keserakahan, karena pada hakekatnya kekayaan dan kemiskinan terletak pada hati bukan pada harta yang dimilikinya. Bila kita perhatikan banyak orang yang lahirnya nampak berkecukupan bahkan mewah, namun hatinya penuh diliputi keserakahan dan kesengsaraan, sebaliknya banyak orang yang sepintas lalu seperti kekurangan namun hidupnya tenang, penuh kegembiraan, bahkan masih sanggup mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan sosial. Nabi SAW bersabda dalam salah satu hadisnya :
„ Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi SAW : „ Bukanlah kekayaan itu banyak harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati". ( H.R.Bukhari dan Muslim)
11. Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.”
Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah [2]: 45).
Yaitu mintalah pertolongan kepada Allah dengan bekal sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga. Allah ta’ala berfirman kepada penduduk surga, “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” (QS. Ar Ra’d [13] : 24).
Allah juga berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al Furqaan [25] : 75).
Selain itu Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, “Dan Kami menjadikan di antara mereka (Bani Isra’il) para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami.”
(QS. As Sajdah [32]: 24)
12. Sesungguhnya kedekatan Allah SWT tdk dpt diukur dgn alat apapun didunia ini, bahkan kata “ Dekat” itu sendiri tak dpt mengungkap arti kedekatan sebenarnya. DekatNya Allah SWT terhadap hambaNya adalah kedekatan yg tdk berjarak dan tdk berperantara, hingga tiada sesuatu didunia ini yg menandingi keindahan dari kedekatanNya tersebut.
KedekatanNya tak dpt dideteksi dgn mata dan akalmu, ia dpt disentuh dgn hati yg “ hidup “ dgn rasa yg asyik bersamaNya. Hanya hati yg asyik adalah hati yg telah menemukan wajah dirinya, yakni melepaskan segala ketergantungan kecuali kepada Allah SWT. Sebab, ketergantungan kepadaNya merupakan sifat dasar yg wajib dimiliki hati hamba.
sesungguhnya Allah SWT tdk pernah menyembunyikan diriNya drpd kita, DIA setiap saat selalu memberi isyarat akan kehadiranNya dekat dgn diri kita. Namun, lantaran hati kita masih dipenuhi dgn berharap kepada yg lain, hingga isyaratNya yg begitu jelas dan nyata tdk “terbaca” didepan kita.
Ya..Allah..,Ya..Rabbi, jadikanlah kami hamba yg selalu bergantung kepadaMu, hingga hati kami asyik dalam kedekatanMu,
dan peliharalah hati kami dgn rasa rindu kepadaMu,
dan dampingilah setiap niat dan usaha kami dgn berharap dan bercita-cita kepadaMu, serta sadarkanlah kami, bahwasanya Engkaulah satu satunya Zat yg paling dekat, hingga kedekatanMu melebihi dari apa apa yg dirasa oleh hati kami sendiri..
Ya Allah…hanya Engkaulah yg mengasyikan hati hambaMu
13. Seseorang yang berdoa hendaknya jangan tergesa-gesa, karena sesungguhnya orang yang berdoa kepada Allah niscaya akan dikabulkan segera atau lambat. Kadang kala permohonannya dikabulkan seketika, kadangkala dikabulkan pada waktu yang agak lama, kadang kala tidak dikabulkan di dunia dan nanti akan diganti dengan pahala di akhirat.
Setiap kita hendaknya selalu memposisikan diri sebagai hamba Allah yang berdoa, menangis di keheningan malam, memohon ampunan atas segala dosa di masa lalu. Memohon limpahan kemudahan hidup serta diselamatkan kelak dari api neraka.
Manusia yang merasa telah cukup puas dengan apa yang didapatkan didunia sehingga tidak mau berdoa adalah termasuk manusia yang merugi karena kesombongannya di hadapan Allah Swt.
Para Nabi dan Rasulpun selalu menengadahkan tangan memohon dan berdoa kepada Allah Swt siang dan malam tanpa lelah. Mereka yang telah dijamin kebahagiaan di akhirat kelak masih mau meminta pertolongan Allah. Sedang kita yang belum tahu di mana tempat akhir persinggahan masih melalaikan fasilitas doa yang telah disedia di dunia.
Sebagai suri tauladan kita dapat temukan beberapa kisah para nabi dan rasul yang berdoa untuk mendapatkan hajat dan keinginan mereka. Seperti:
1. Nabi Adam As bapak para manusia memohon ampunan karena telah mendzalimi dirinya memakan buah khuldi di surga. Saat diturunkan didunia, setiap hamparan tanah tak terlepas dari tetesan air mata penyesalan beliau. Doa beliau:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-A’raf: 23)
2. Nabi Ibrahim As bapak para nabi mendoakan tanah suci makkah sebagai tanah yang diberkati oleh Allah, sehingga walau pun terdiri dari tanah yang tandus dan berbatuan, tetapi selalu dilimpahi rahmat dari berbagai buah-buah.
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (Albaqarah: 126)
3. Nabi Musa as, nabi yang telah menyelamatkan bani Israil dari kukungan Firaun di mesir, pada saat beliau mendapat kesusahan untuk berdakwah karena cacat pada lidahnya, maka ia berdoa:
"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku (QS. Thoha: 25-28)
4. Nabi Sulaiman As, seorang yang mendapat kenikmatan dunia yang luar biasa, yang memiliki kekuasaan atas jin, manusia, binatang, angin dan air masih mampu mengucapkan doa.
"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (QS. An-Naml: 19)
Masih banyak doa-doa yang diucapkan para Nabi dalam al-Quran, yang tentunya bila kita mau mentadaburi nya kita akan menjadi malu. Alangkah sombongnya kita, alangkah angkuhnya kita, alangkah malangnya diri kita yang telah menyia-nyiakan waktu dan umur kita dari perbuatan doa kepada Allah sedang para Nabi pun berdoa.
Berdoalah, agar kita selamat di dunia dan akhirat.
14. Aib merupakan sesuatu yg diasosiasikan buruk, tdk terpuji, dan negatif.
Manusia tdk bisa lari dgn menutup diri thd kekurangannya. Kita terkadang terlupakan dgn aib2 sendiri yg begitu menggunung karena begitu seringnya memikirkan aib orang lain. Kita juga sering lupa utk bersyukur bhw Allah telah menjaga aib2 kita.
...Sesungguhnya, manusia bukanlah apa2 jika semua aibnya dibukakan di depan mata orang lain.
Dgn menutup aib orang lain, Allah akan menutup aib kita, baik di dunia maupun akhirat. Rasulullah bersabda, "Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia, melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya".
Semoga Kita saling memelihara rahasia dan menutupi aib saudaranya agar dapat hidup bermasyarakat dalam ketenangan, kedamaian, juah dari keresahan, kedengkian, serta balas dendam.
15. Learning by doing, istilah yg sdh tdk asing bagi kita. Cara yg ampuh utk membuat kita paham dan menyimpan pengalaman yg kita dptkan di memory kita. Karena, dgn mencobanya, kita akan langsung dihadapkan pd kasus dan masalah yg ada, shg mau tdk mau kita akan menemukan cara kita sendiri utk menyelesaikan masalah tsb
Mungkin cara itu juga diterapkan Allah untuk mengajari hambaNya. Allah sengaja menempatkan kita pada situasi dan kondisi yang mungkin sulit dan berat bagi kita, agar kita mau belajar. Allah sedang ingin mengajari kita ilmu beradaptasi. Bagaimana cara beradaptasi di lingkungan yang baru, bagaimana menyesuaikan diri dengan orang – orang yang baru kita kenal, dan bagaimana bertahan pada situasi dan kondisi yang berbeda dengan keseharian ku.
"Bila Allah cepat mengabulkan Doamu, Maka DIA Menyayangimu, Bila DIA Lambat mengabulkan doamu, Maka DIA Ingin Mengujimu, Bila DIA Tidak mengabulkan Doamu, Maka Dia merancang sesuatu yang lebih baik untukmu. Oleh karena itu, senantiasalah berprasangka baik pada ALLAH dalam keadaan apapun. Karena kasih sayang ALLAH itu mendahului kemurkaanNya..."
Tingkatan Berbuat Ihsan
”Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl [16] : 128).
Sebagai makhluk sosial, manusia tak pernah bisa hidup sendiri tanpa interaksi dengan yang lain. Mereka diciptakan dalam keadaan sangat lemah sehingga untuk menutupi kelemahannya itu, setiap manusia membutuhkan bantuan dan pertolongan. Maka terjadilah interaksi, hubungan timbal balik, saling tolong, dan saling membantu.
Dalam konteks ini, perbedaan tidak seharusnya menjadi penghalang bagi terwujudnya kasih sayang, tolong menolong, dan saling membantu di antara sesama. Justru sebaliknya, perbedaan adalah rahmat yang dengannya manusia disatukan dalam ikatan kepentingan bersama. Laki-laki dan wanita adalah dua jenis yang berbeda. Akan tetapi justru perbedaan itu menimbulkan daya tarik sendiri, yang jika diikat secara benar akan melahirkan cinta dan kasih sayang yang mendalam.
Semestinya perbedaan yang lain, baik perbedaan suku, bahasa, adat istiadat, pendapat, dan apalagi sekadar perbedaan pendapatan, menjadikan kita bisa saling mendekat, menyatu, dan berbagi kasih sayang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) memerintahkan kita untuk saling mengenal. (Al-Hujurat [49] : 13). Mengenal dalam pengertian saling memahami (tafahum), saling menghormati dan menghargai (tasamuh), saling tolong menolong (ta’awun), dan saling peduli dan saling menanggung (takaful).
Bagaimana mewujudkan hal tersebut?
Allah SWT memberi contoh, yaitu berbuat baik (ihsan) kepada sesama, sebagaimana ayat di atas. Sungguh tak mungkin kita bisa berbuat ihsan seperti Allah berbuat ihsan kepada kita, tapi setidak-tidaknya kita berusaha untuk mendekati perilaku ihsan. Ada tiga tingkatan berbuat ihsan, yang masing-masing tingkatan menunjukkan posisi dan derajat manusia di hadapan Allah SWT dan di hadapan manusia.
Pertama, tidak menggangu orang lain (ihsan pasif).
Seseorang bisa disebut telah berbuat ihsan manakala tangannya, kakinya, dan lisannya tidak mengganggu ketenangan orang lain. Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjadikan mereka terganggu, baik berupa gangguan fisik maupun psikologis.
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam (SAW) bersabda,
”Perumpamaan orang-orang mukmin di dalam kecintaan, kasih, dan sayang mereka satu sama lain, ibarat satu tubuh. Apabila ada satu anggota tubuh yang mengeluh, maka seluruh tubuh tidak bisa tidur dan merasakan demam.” (Riwayat Muslim).
Tidak merokok di area publik adalah ihsan. Tidak berisik di tengah ketenangan adalah ihsan. Tidak membuka aurat yang menarik syahwat lelaki adalah ihsan.
Kedua, memenuhi hak-hak sesama. Ada hak-hak orang lain yang melekat pada kita sebagai akibat dari keberadaan kita sebagai makhluk sosial. Rasulullah SAW bersabda, ”Hak Muslim atas orang Islam lainnya ada enam. Ditanyakan,
”Apakah keenam hak itu hai Rasulullah?” Beliau bersabda,
”Jika engkau berjumpa dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundang maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepadamu maka nasihatilah, jika ia bersin lalu memuji Allah maka ucapkanlah yarhamukallah, jika ia sakit maka kunjungilah, dan jika ia mati maka antarkanlah jenazahnya.” (Riwayat Muslim).
Ketiga, membalas kejahatan orang lain dengan ”maaf” dan do’a kebaikan. Kejahatan orang lain atas diri kita, Allah memberi dua alternatif. Pertama, membalas setimpal dengan kualitas kejahatannya.
Keempat, memaafkan dan kita balas kejahatannya dengan kebaikan. Pekerjaan ini tidak ringan. Dibutuhkan kejernihan hati, kesabaran, lapang dada, ikhlas, dan spirit pengabdian
Oleh: Abdurrahman Muhammad
www.hidayatullah.com
Sebagai makhluk sosial, manusia tak pernah bisa hidup sendiri tanpa interaksi dengan yang lain. Mereka diciptakan dalam keadaan sangat lemah sehingga untuk menutupi kelemahannya itu, setiap manusia membutuhkan bantuan dan pertolongan. Maka terjadilah interaksi, hubungan timbal balik, saling tolong, dan saling membantu.
Dalam konteks ini, perbedaan tidak seharusnya menjadi penghalang bagi terwujudnya kasih sayang, tolong menolong, dan saling membantu di antara sesama. Justru sebaliknya, perbedaan adalah rahmat yang dengannya manusia disatukan dalam ikatan kepentingan bersama. Laki-laki dan wanita adalah dua jenis yang berbeda. Akan tetapi justru perbedaan itu menimbulkan daya tarik sendiri, yang jika diikat secara benar akan melahirkan cinta dan kasih sayang yang mendalam.
Semestinya perbedaan yang lain, baik perbedaan suku, bahasa, adat istiadat, pendapat, dan apalagi sekadar perbedaan pendapatan, menjadikan kita bisa saling mendekat, menyatu, dan berbagi kasih sayang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) memerintahkan kita untuk saling mengenal. (Al-Hujurat [49] : 13). Mengenal dalam pengertian saling memahami (tafahum), saling menghormati dan menghargai (tasamuh), saling tolong menolong (ta’awun), dan saling peduli dan saling menanggung (takaful).
Bagaimana mewujudkan hal tersebut?
Allah SWT memberi contoh, yaitu berbuat baik (ihsan) kepada sesama, sebagaimana ayat di atas. Sungguh tak mungkin kita bisa berbuat ihsan seperti Allah berbuat ihsan kepada kita, tapi setidak-tidaknya kita berusaha untuk mendekati perilaku ihsan. Ada tiga tingkatan berbuat ihsan, yang masing-masing tingkatan menunjukkan posisi dan derajat manusia di hadapan Allah SWT dan di hadapan manusia.
Pertama, tidak menggangu orang lain (ihsan pasif).
Seseorang bisa disebut telah berbuat ihsan manakala tangannya, kakinya, dan lisannya tidak mengganggu ketenangan orang lain. Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjadikan mereka terganggu, baik berupa gangguan fisik maupun psikologis.
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam (SAW) bersabda,
”Perumpamaan orang-orang mukmin di dalam kecintaan, kasih, dan sayang mereka satu sama lain, ibarat satu tubuh. Apabila ada satu anggota tubuh yang mengeluh, maka seluruh tubuh tidak bisa tidur dan merasakan demam.” (Riwayat Muslim).
Tidak merokok di area publik adalah ihsan. Tidak berisik di tengah ketenangan adalah ihsan. Tidak membuka aurat yang menarik syahwat lelaki adalah ihsan.
Kedua, memenuhi hak-hak sesama. Ada hak-hak orang lain yang melekat pada kita sebagai akibat dari keberadaan kita sebagai makhluk sosial. Rasulullah SAW bersabda, ”Hak Muslim atas orang Islam lainnya ada enam. Ditanyakan,
”Apakah keenam hak itu hai Rasulullah?” Beliau bersabda,
”Jika engkau berjumpa dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundang maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepadamu maka nasihatilah, jika ia bersin lalu memuji Allah maka ucapkanlah yarhamukallah, jika ia sakit maka kunjungilah, dan jika ia mati maka antarkanlah jenazahnya.” (Riwayat Muslim).
Ketiga, membalas kejahatan orang lain dengan ”maaf” dan do’a kebaikan. Kejahatan orang lain atas diri kita, Allah memberi dua alternatif. Pertama, membalas setimpal dengan kualitas kejahatannya.
Keempat, memaafkan dan kita balas kejahatannya dengan kebaikan. Pekerjaan ini tidak ringan. Dibutuhkan kejernihan hati, kesabaran, lapang dada, ikhlas, dan spirit pengabdian
Oleh: Abdurrahman Muhammad
www.hidayatullah.com
Value Creation : Cukup Untuk Anda, Cukup Untuk Saya...
Harga emas dunia semalam melambung melampaui level psikologis berikutnya yaitu angka US$ 1,400/Oz. Melambungnya harga emas ini tidak terlepas dari praktik ekonomi yang mendasarkan pada teori scarcity, yaitu anggapan bahwa benda-benda ekonomi tersedia terbatas untuk memenuhi keingingan atau kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Harga emas akan terus naik selama dia diperebutkan umat manusia untuk disimpan, tetapi tidak harus demikian bila umat manusia mau berbagi dan mau menciptakan nilai (value creation) secara bersama-sama.
Teori scarcity tersebut kemudian melahirkan zero-sum mindset yang mewabah pada para pelaku ekonomi modern – ya kita semua di jaman ini. Untuk memahami zero-sum mindset ini, perhatikan ilustrasi grafis dibawah.
Value Creation
Asumsikan dalam suatu unit aktivitas ekonomi yang hanya ada dua orang pemain yaitu A dan B. Dengan zero-sum mindset A dan B sama-sama beranggapan bahwa ukuran kue yang mereka perebutkan adalah 100 misalnya. Maka A berusaha memperoleh sebanyak-banyaknya untuk dirinya sendiri karena kalau dia berhasil mencapai posisi P1 misalnya, maka dia mendapatkan porsi yang besar 75 dan menyisakan porsi yang kecil 25 bagi B.
B –pun tidak akan tinggal diam, dia akan berusaha maksimal merebut kue yang ada, kalau dia berhasil menggeser ke posisi P2 – maka dia yang mendapatkan 75 dan A hanya mendapatkan 25.
Habis-habisan memperebutkan kue yang terbatas – scarcity – inilah yang membuat para pemain usaha rela melakukan persaingan yang tidak sehat. Zero-sum mindset pula yang mengakibatkan manusia pada umumnya enggan berbagi dalam hal apa saja. Enggan berbagi ilmu misalnya karena beranggapan bahwa kalau orang lain pinter – dia akan mengambil rizkinya. Yang terakhir ini bahkan kemudian dilembagakan secara global menjadi yang namanya Intellectual Property Right (IPR).
Lantas mindset seperti apa seharusnya kita memandang benda-benda ekonomi yang menjadi kebutuhan tersebut agar lebih sesuai dengan syariat Islam yang kita anut ini ?.
Islam sangat menganjurkan berbagi dalam hal apa saja, baik yang sifatnya harta benda maupun ke-ilmuan. Berbagi harta tidak akan membuat kita miskin, berbagi ilmu tidak pula akan membuat orang lain bisa merebut rizki kita.
Islam mengajarkan bahwa sumber-sumber kebutuhan manusia disediakan secara cukup oleh Allah yang Maha Kaya (Al-Ghani) dan yang Maha Pembuat Kaya (Al-Mughni), rizki disediakan cukup untuk kita dan cukup pula untuk orang lain – yang kita perlu lakukan hanyalah mengikuti syariat-nya dalam segala hal, termasuk dalam mengelola segala kebutuhan kita baik yang bersifat harta benda maupun yang bersifat ke-ilmu-an.
Ambil contoh di grafik diatas misalnya. Bila A dan B tidak bersaing satu sama lain, mereka malah saling tolong menolong berbagi ilmu dan saling men-support ikhtiar pihak lain – maka secara bersama-sama mereka bisa membesarkan kue-nya ke garis biru atau bahkan garis biru muda.
Ketika mereka berhasil bersinergi membesarkan kue ini, maka keduanya tidak harus berbagi kue yang besarnya 100; A sendiri bisa memperoleh 100 dan B – pun bisa memperoleh 100. Inilah yang namanya rakhmat dari Allah, Al-Ghani dan Al-Mughni yang diturunkannya bila kita mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Rakhmat Allah yang turun bila kita tidak saling mengkhianati mitra usaha kita, tidak mencurangi orang lain yang mencari rizki-nya dibidang yang sama dengan kita.
Prinsip Al-Ghani dan Al-Mughni ini secara tidak langsung berusaha diraih oleh para pelaku ekonomi dan usaha modern di jaman ini dengan istilah value creation. Dalam usaha misalnya, value creation ini bisa dilakukan untuk tiga kepentingan sekaligus yaitu kepentingan pengusaha/investor, kepentingan karyawan dan kepentingan pelanggan.
Bila Anda sebagai pengusaha dapat memenuhi kebutuhan karyawannya secara cukup akan mampu membuat karyawan bersemangat dan berdedikasi. Mereka akan menghasilkan produk atau layanan yang berkwalitas sehingga menyenangkan para pelanggannya. Pelanggan yang senang akan membeli lagi dan lagi, dan bahkan ikut menyebar luaskan produk dan layanan Anda. Usaha Anda akan terus membesar dan kue yang Anda bagi ke karyawan juga terus membesar, inilah operasionalisasi hal jazaa ul ihsaani illal ihsan – tidak ada balasan dari suatu kebaikan selain dengan kebaikan pula - dalam berusaha.
Lantas apa hubungannya dengan harga emas yang terus membubung tinggi di awal tulisan ini ?. Bila emas diputar dan tidak ditimbun, emas-pun sesungguhnya tersedia cukup untuk semua orang – hanya sikap mental zero-sum mindset yang menjadikan emas barang langka dan melambungkan harganya. WaAllahu A’lam.
Oleh: Muhaimin Iqbal
http://www.geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=515:value-creation-cukup-untuk-anda-cukup-untuk-saya&catid=34:enterpreneurship&Itemid=86
Sabtu, 27 November 2010
Pahami Gejala Jantung agar Terhindar dari Kematian
Pakar penyakit jantung Dr Dasaad Mulijono MBBS (Hons), FIHA, FRACGP, FRACP, PhD mengatakan, fakta berbicara, makin banyak masyarakat di perkotaan terkena serangan jantung dan sering berakibat fatal pada kematian. Hal ini antara lain karena minimnya pengetahuan tentang penyakit jantung.
Dalam siaran pers Humas PT CNI di Jakarta, Sabtu (27/11), Dr Dasaad mengemukakan hal itu pada seminar kesehatan bertajuk 'Waspada Serangan Jantung' yang diadakan Family Care Community (FCC) PT CNI.
Menurut Dassad, jantung merupakan organ penting untuk memacu segala aktivitas organ lainnya. Namun sampai saat ini, masalah jantung masih merupakan penyebab utama kematian orang Indonesia. ''Kami sering tidak menyadari penyebab dan juga tidak mengetahui cara pencegahan atau penanggulangan serangan jantung tersebut secara tepat dan cepat,'' jelasnya.
Dasaad menjelaskan tentang penyakit jantung yang salah satunya adalah penyakit jantung koroner, yaitu yang disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah koroner, yakni pembuluh darah yang memberikan makan pada otot jantung. "Jika pembuluh darah koroner ini menyumbat, maka penderita akan terkena serangan jantung (heart attack) yang dapat mengakibatkan kematian," jelasnya.
Ditambahkan Dasaad, gejala dari serangan jantung adalah nyeri dada yang sering disertai dengan penjalaran ke tangan kiri, pasien berkeringat, sesak, atau merasa seperti mau pingsan. Namun demikian perlu diketahui bahwa 50 persen dari pasien mempunyai keluhan yang tidak khas.
"Oleh sebab itu, jika pasien kurang yakin akan gejala yang dialaminya, maka untuk memastikan pasien perlu memeriksakan diri ke rumah sakit agar diperiksa oleh dokter ahli jantung yang berpengalaman. Sebab jika salah duga akan berakibat fatal," tandas Dasaad.
**********************************************
Anggur, Penangkal Diabetes dan Sakit Jantung
Manfaat anggur sebagai minuman beralkohol sudah banyak diteliti. Namun, konsumsi buah utuh anggur juga tak kalah hebat. Tak tanggung-tanggung, buah itu diyakini dapat mengurangi risiko diabetes dan sakit jantung.
Peneliti dari juga menyatakan, anggur juga mengurangi risiko tekanan darah rendah, meningkatkan fungsi jantung dan meminimalisir resiko sindrom metabolisme, gangguan yang disebabkan metabolisme tubuh yang tidak sempurna dan kardiovaskular.
Klaim itu didasarkan penemuan zat pada anggur yang diketahui sebagai fitokimia, semacam antioksidan yang umumnya terdapat pada tanaman. Sebelumnya, peneliti memberi semacam cairan anggur pada hewan percobaan untuk mengatasi gangguan metabolisme, sebuah kondisi yang mungkin berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Saat itu, peneliti menggabungkan sejumlah anggur seperti anggur hijau, merah dan hitam dan kemudian diberikan kepada tikus sebagai bagian dari paket makanan kaya lemak, mirip seperti paket makanan kebanyakan warga AS.
Kemudian, peneliti membagi hewan percobaan itu menjadi dua kelompok. Untuk kelompok pertama, diberikan paket makanan dari anggur dan kelompok kedua diberikan paket makanan kaya lemak dan gula.
Setelah tiga bulan, tikus-tikus yang menerima diet anggur diketahui mengalami penurunan tekanan darah, fungsi jantung lebih baik, dan adanya tanda pengurangan radang di hati dan darah ketimbang tikus yang tidak menerima paket makanan anggur. Tak hanya itu, tikus pada kelompok pertama memiliki kadar trigliserida lebih rendah dan peningkatan toleransi glukosa.
Pakar Penyakit Dalam Dr Steven Bolling mengungkapkan, alasan yang memungkinkan dibalik minimnya resiko sindrom metabolik adalah adanya perlindungan aktif dari fitokimia terhadap sel hati dari kerusakan akibat penyakit tersebut.
"Pada tikus, peradangan jantung dan fungsi jantung dipertahankan jauh lebih baik," tukasnya seperti dikutip dari Telegraph, baru-baru ini.
Ia menuturkan, meskipun tak ada keterkaitan langsung antara riset tertentu dan apa yang harus dilakukan manusia, sangat menarik untuk menyarankan menjalani diet buah-buahan kaya fitokimia, seperti anggur yang mungkin bermanfaat bagi manusia
Bolling menambahkan, untuj mereka yang ingin menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko diabetes sebaiknya mencoba dan menjalani pola konsumsi yang baik seperti mengkonsumsi makanan rendah lemak dan kolesterol. Selain itu, coba kontrol berat badan dan jalani olahraga secara teratur.
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/tips-sehat/10/11/28/149307-pahami-gejala-jantung-agar-terhindar-dari-kematian
Inilah Tanda-tanda Kehancuran Zionis
Situs Debkafile yang berafiliasi terhadap rezim Zionis Senin lalu mengemukakan prediksi akan terjadinya sejumlah peristiwa penting di kawasan.
Pasalnya, di Amman, ibu kota Yordania baru-baru ini berlangsung pertemuan keamanan segi lima yang dihadiri para pejabat tinggi Amerika Serikat, Yordania, Otorita Ramallah, Mesir dan Israel. Pertemuan keamanan itu membahas agenda utama mencari strategi mewujudkan proses perundingan damai antara Israel dan Palestina yang menemui jalan buntu.
Tersebarnya berita diterimanya prakarsa penghentian pembangunan permukiman Zionis selama 90 hari oleh Perdana Menteri rezim Zionis, Benyamin Netanyahu yang ditebus dengan sejumlah dana besar tampaknya biasa saja. Namun, berita ini menjadi sorotan ketika bersanding dengan kabar sakitnya Raja Arab Saudi yang semakin parah. Pasalnya penguasa Arab berusia 83 tahun ini adalah salah seorang inisiator program perdamaian Arab Beirut tahun 2002 lalu.
Di luar itu, sekutu strategis Israel lainnya, Presiden Mesir Hosni Mubarak dan suksesi di Mesir serta gunungan masalah internal Israel lainnya menjadi agenda utama pertemuan Amman. Kini, kawasan Timur Tengah menghadapi peristiwa penting.
Menengok sejarah, Raja Abdullah ketika masih menjadi putra Mahkota pernah mengusulkan perdamaian Arab dalam pertemuan Liga Arab di Beirut pada tahun 2002. AS berharap Arab Saudi di tangan Abdullah bisa mendukung pemulihan hubungan Arab-Israel di satu sisi dan hubungan Palestina-Israel di sisi lain.
Setelah Abdullah diangkat menjadi orang nomor satu di Arab Saudi, ia mengusulkan partisipasi Fatah dalam pemerintahan Palestina di Jalur Gaza dalam pertemuan Mekah pada tahun 2007. Padahal, berdasarkan undang-undang Palestina sendiri, Fatah tidak berhak mendapat jatah kue kekuasaan dalam pemerintahan yang dimenangkan Hamas secara demokratis pada pemilu tahun 2006.
Tidak bisa dipungkiri, Saudi dengan menguasai Fatah dalam pemerintahan baru Palestina, bermaksud menguasai hirarki kekuasaan di Palestina. Tidak mengherankan, ketika Hamas, berdasarkan undang-undang, tidak menyepakati keberadaan Fatah di kementerian yang sensitif, tidak ada negara Arab, terutama Riyadh dan Kairo yang mendukung pemerintahan Hamas di Jalur Gaza.
Sejatinya, Arab Saudi, Mesir dan Yordania memainkan peran penting di Palestina. Mesir yang tidak menyetujui peran Arab Saudi dalam kasus Palestina, setelah kegagalan kesepakatan Mekah menggulirkan rekonsiliasi nasional Palestina. Eksekusi prakarsa Kairo ini relatif bisa menangguhkan pembentukan pemerintahan baru Palestina, namun akhirnya Hamas membentuk pemerintahan Palestina di Jalur Gaza.
Hamas akhirnya menyerahkan sejumlah kementerian kepada gerakan Fatah. Pemerintah pilihan rakyat Palestina yang mengusung reformasi sosial dan politik di Palestina, memulai program pembersihan orang-orang yang tidak layak di pemerintahan Palestina di Jalur Gaza, yang berbuntut tersingkirnya orang-orang Fatah dari jabatan kementerian.
Sontak, Fatah mereaksinya dengan berang, dan menyebut pemerintahan pilihan rakyat Hamas di Jalur Gaza tidak demokratis. Kemudian pemerintah Riyadh dan Kairo sebagai sekutu Otorita Ramallah memboikot pemerintahan baru Hamas di Jalur Gaza. Inilah pemicu boikot total Barat dan rezim Zionis atas Gaza. Sementara itu, Saudi dan Mesir terus memimpin arus anti-muqawama di kawasan.
Pasca empat tahun dari kemenangan pemilu demokratis di Jalur Gaza yang dimenangkan Hamas, pemerintah Riyadh dan Kairo sebagai negara poros anti muqawama di kawasan mengkhawatirkan eskalasi dukungan terhadap Hamas di kawasan.
Tampaknya, Presiden Mesir Hosni Mubarak dan sejawatnya Raja Abdullah tidak lama lagi akan mengakhiri karir politiknya sebagai orang nomor satu di negaranya masing-masing. Dalam kondisi sensitif saat ini, tidak diragukan lagi perundingan segi lima di Amman yang membahas perundingan Palestina-Israel tidak lagi menjadi isu penting bagi Washington.
Mengingat situasi politik di Mesir dan Arab Saudi, serta kondisi sensitif di kawasan terutama wajah suram AS di Timur Tengah, tampaknya transisi kekuasaan di Arab Saudi dan Mesir tidak akan berjalan mulus. Untuk itu, pemimpin kedua negara saat ini tengah mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah itu.
Pertemuan segi lima Amman merupakan tempat yang tepat untuk membahas solusi mengenai masalah tersebut serta mengantisipasi kemungkinan kudeta di dua negara poros utama pendukung perdamaian Arab-Israel.
Sementara itu, koalisi baru muncul di kawasan dan membentuk bola salju yang terus menggelinding kencang. Melebihi sebelumnya, kondisi ini semakin mempersulit AS dan sekutunya di kawasan.
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/10/11/24/148502-inilah-tandatanda-kehancuran-zionis
Jumat, 26 November 2010
Mau Bebas dari Rokok? Jangan Berusaha Berhenti!
Merokok adalah suatu kegiatan yang begitu susah dilepaskan oleh para perokok, meskipun kita semua sudah kenyang mendengar propaganda bahaya merokok bagi kesehatan. Saya pribadi tidak berpendapat bahwa merokok itu baik bagi kesehatan. Hanya saja, dalam pengamatan saya dari pengalaman terapi, berbagai upaya yang umum dilakukan untuk berhenti dari kebiasaan merokok seringkali kurang efektif. Dan lebih aneh lagi, berbagai upaya berhenti merokok justru seringkali membuahkan hasil yang sebaliknya, yakni malah memperkuat kebiasaan merokok tersebut.
Kali ini, saya mengundang Anda untuk memahami kembali psikologi dan mekanisme kebiasaan merokok dan sekaligus menawarkan sudut pandang berbeda. Kalau boleh memberikan kesimpulan akhir di awal perenungan kita, kira-kira bunyinya begini:
“Jika Anda ingin bebas dari kebiasaan merokok, lepaskanlah semua keinginan, upaya, dan fokus untuk berhenti secara permanen dari merokok.”
Pendekatan Umum untuk Berhenti Merokok
* Niat dan tekad yang kuat Secara statistik, hanya 2% perokok yang berhasil menggunakan metode ini. Saya tertarik untuk mencari metode yang bisa menolong 98% perokok yang tidak berhasil berhenti karena tidak cocok dengan metode niat/tekad ini.
* Terapi Pengganti Nikotin Meskipun ada sebagian orang yang berhasil lepas dari kegiatan merokok akibat stiker maupun jenis nikotin pengganti lainnya, saya tidak pernah habis pikir: apabila kita sudah bebas dari adiksi terhadap nikotin berbentuk rokok, apakah kita layak menganggap diri bebas dari adiksi nikotin, kalau masih menggunakan bentuk nikotin yang lain?
* Hipnoterapi Sebagai seorang hipnoterapis, saya tidak berhasil menemukan kesesuaian maupun tingkat keberhasilan yang baik dari metode ini. Saya menemukan bahwa selama klien masih punya KEINGINAN KUAT untuk BERHENTI merokok, sugesti hipnotis yang diberikan biasanya hanya bisa membantu untuk jangka pendek dan tidak mampu memberikan support dan manfaat jangka panjang. Lebih lagi, mengingat batin bawah sadar adalah aspek dalam diri yang sangat kuat, sebenarnya tidaklah aman ketika sebagian teknik hipnoterapi melakukan penggunaan sugesti negatif. Penggunaan kalimat sugesti hipnotis, baik yang diberikan saat trance maupun dalam percakapan biasa, yang berkonotasi “takutlah dengan akibat dari kebiasaan merokok” justru mengandung risiko bahwa tubuh akan memproduksi apa pun yang kita takutkan tersebut menjadi kenyataan. Tanpa bermaksud menyinggung siapapun, saya ingin menyampaikan pengamatan bahwa terkadang para praktisi hipnoterapi pun bisa lupa bahwa perumusan sugesti hipnotis bisa dibuat sedemikian kuat hingga justru membahayakan klien.
* Akupunktur Sebagai seorang akupunkturis, saya tidak menemukan juga efektivitas yang tinggi melalui metode ini. Barangkali karena banyak akupunkturis yang terlalu fokus pada aspek detoksifikasi tubuh atas nikotin, tetapi kurang mengarahkan terapi pada aspek psikologis pasien yang sebenarnya merupakan gudang pemicu perilaku merokok.
* Makan Melarikan dari kebiasaan merokok ke kebiasaan konsumsi baru (seperti makan atau mengunyah permen karet) kurang tepat jika disebut sebagai penyembuhan karena lebih bersifat pelarian. Tidak jarang pula pelarian ini merupakan objek adiksi baru yang belum tentu juga sehat.
Mungkinkah ada pendekatan yang lebih natural dan lebih mudah? Ada yang bilang, bahwa upaya untuk berhenti merokok biasanya harus dilakukan antara 3-6 kali hingga mencapai keberhasilan. Benarkah?
Mengapa Jangan Berusaha Berhenti Merokok?
Dari sudut pandang medis, Dr. Joseph Mercola, seorang dokter yang sangat mempopulerkan merawat kesehatan secara alami, justru menganjurkan agar seorang perokok jangan LANGSUNG BERHENTI merokok. Alasannya? Dalam rokok tersimpan berbagai zat yang bersifat obat, yang bilamana sudah dikonsumsi sekian lama maka tingkat metabolisme tubuh juga bergantung pada pasokan obat tersebut. Bila rokok tiba-tiba dihentikan tanpa merawat kebutuhan nutrisi yang cukup dan gaya hidup yang sehat, maka bisa terjadi perubahan drastis metabolisme tubuh yang bisa saja mengakibatkan efek buruk yang tidak diinginkan (salah satunya peningkatan berat badan).
Sementara menurut sudut pandang saya sendiri, begitu seseorang berkeinginan untuk berhenti merokok secara PERMANEN, dia otomatis masuk ke dalam kerangka berpikir “Berhasil/Gagal”: apakah saya bisa berhenti merokok selama-lamanya, ataukah saya akan gagal dan kembali merokok seperti yang sudah terjadi sebelumnya?
Masuk ke dalam kerangka berpikir “Berhasil/Gagal” ini justru akan membuat kita memaksakan diri untuk berhasil. Setiap pemaksaan diri, meskipun untuk tujuan yang baik, akan menyebabkan STRES TAMBAHAN di bawah sadar. Mengingat sebagian perokok menggunakan kebiasaan merokok untuk melegakan diri, menciptakan rasa nyaman, atau melepaskan stres, maka STRES TAMBAHAN ini justru meningkatkan peluang perilaku merokok untuk terulang kembali.
Siklus “Merokok Yo-Yo”
Pada fenomena diet berambisi langsing, fenomena menarik ini juga terjadi. Dalam jangka pendek, bisa saja tekad dan fokus kita untuk berbadan ideal terlaksana. Namun, begitu target tercapai, ada energi kompensasi yang mendorong kita untuk makan dan mengumpulkan kembali berat badan yang hilang. Ini yang disebut “diet yo-yo”. Dan kita bisa menggunakan metafora yang sama dengan “merokok yo-yo”.
Siklusnya seperti ini:
Takut risiko merokok → Ingin berhasil berhenti merokok → Mengumpulkan tekad sekuatnya untuk memaksakan diri berhenti secara permanen → Berhasil mengurangi/berhenti merokok dalam jangka pendek → Muncul pemicu perilaku merokok (mis. stres) → Timbul keinginan merokok lagi, tapi sudah bertekad berhenti → Terjadi konflik batin antara ingin merokok supaya lega dan ingin berhenti merokok secara permanen → Konflik batin semakin kuat, stres semakin tinggi → Ketika stres sudah melalui ambang toleransi, kemampuan berpikir jernih hilang dan akhirnya kita kembali ke pola/kebiasaan lama dalam mengatasi stres → Mulai merokok lagi → Menguatnya memori bahwa merokok itu melepaskan stres → Kecewa dan MERASA GAGAL karena tidak berhasil berhenti secara permanen → Semakin takut tidak bisa lepas dari rokok → Siklus ini berulang lagi, dst.
Siklus tersebut begitu kuat dan mengikat sehingga kita perlu memahami bahwa untuk bebas dari rokok, kita tidak boleh masuk ke dalam kerangka berpikir “Berhasil/Gagal”. Bagaimana caranya? JANGANLAH BERUSAHA BERHENTI MEROKOK.
Ya betul, saya tidak bergurau. Semakin Anda berusaha berhenti, justru seringkali hasil sebaliknya yang Anda peroleh. Bahkan sebenarnya berhenti merokok itu begitu mudah dan bisa dicapai tanpa berupaya berhenti, kalau Anda sudah melepaskan keinginan untuk berhenti.
Berhenti merokok akan sangatlah sulit bagi para perokok yang sangat ingin berhenti.
Memahami Jerat Rokok Dengan Jeli
Untuk bisa bersahabat dan terbebas dari adiksi, kita perlu memahaminya dengan lebih dekat dan jernih. Banyak orang berkonsep bahwa melepaskan benda kecil sekian sentimeter itu sebenarnya perkara mudah. Saya bukannya tidak setuju, tapi kita perlu juga membarengi dengan pengetahuan bahwa sebenarnya jerat kebiasaan merokok itu terdiri dari ribuan simpul rumit yang mengikat sistem tubuh dan batin kita.
Kalau seluruh simpul ini, baik simpul ketergantungan secara fisik maupun ketergantungan secara psikologis, sudah menjadi jerat kompleks dalam tubuh maupun batin kita, tidaklah sulit memahami mengapa segala upaya untuk terbebas dari rokok bisa menjadi perjuangan yang diwarnai jatuh bangun bagi banyak orang.
Di satu sisi, secara fisik memang sebatang rokok mengandung zat-zat yang menyebabkan keterikatan (adiksi) secara fisik. Artinya, bilamana dihentikan, maka tubuh akan merasakan kehilangan dan menuntut untuk diberikan kembali jatahnya. Memang tuntutan tubuh untuk kembali diisi nikotin tidak terasa seekstrem fenomena “sakaw” pada pengguna obat-obatan terlarang, tapi justru karena permintaan tersebut tidak terlalu ekstrem, para perokok cenderung merasa “tidak terpenjara” oleh nikotin dan menganggap bahwa dirinya tidak kecanduan. Dari sudut pandang tersebut, rokok sebenarnya menjerat lebih kuat daripada narkoba, karena zat dalam rokok mengikat tanpa membuat kita sadar bahwa diri kita terikat.
Di lain sisi, bisa ada puluhan bahkan ribuan jerat rokok yang tidak bersifat ketergantungan fisik melainkan lebih bersifat jerat psikologis yang mengikat kita terhadap “kegiatan” merokok, bukan melulu pada rokoknya. Jerat psikologis tersebut bisa berupa memori serta kebiasaan, misalnya:
* Berbagai memori tentang rasa lega dan nyaman ketika merokok.
* Ingatan tentang bagaimana merokok melepaskan stres.
* Ingatan tentang bagaimana rokok adalah sahabat terbaik dalam kesendirian.
* Ingatan menyenangkan berkumpul dengan teman-teman sambil merokok.
* Keyakinan bahwa merokok membuat seseorang lebih kreatif.
* Keyakinan bahwa merokok membuat proses berpikir dan produktivitas lebih lancar.
* Kebiasaan nikmatnya merokok setelah makan, atau setelah bercinta.
Dari berbagai pengalaman dan pengamatan saya, tidak hanya pada kasus merokok, obat terkuat yang paling ampuh untuk menyembuhkan jerat memori dan kebiasaan hanyalah satu. Dan itu bukanlah membentuk memori atau kebiasaan baru yang lebih positif. Tahukan Anda apa kuncinya?
Obatnya adalah PERHATIAN yang sadar dan jernih.
Jerat Yang Lepas Sendiri Tanpa Usaha Sengaja
Setelah sempat mengeksplorasi berbagai cara untuk berhenti merokok yang sudah saya sebutkan sebelumnya, dan pada saat yang sama mengajarkan keterampilan Self Healing di berbagai pelatihan, saya menemukan fenomena yang aneh.
Saya menemukan beberapa peserta Self Healing yang, setelah mulai berlatih keterampilannya secara mandiri dan hidup lebih sehat, tiba-tiba berhenti sendiri merokok. Anehnya, mereka tidak pernah melakukan upaya yang terfokus khusus untuk bebas dari merokok.
Sebenarnya, fenomena ini juga bisa terjadi pada mereka yang belum belajar keterampilan Self Healing. Pernahkah Anda mendengar cerita-cerita bebas dari rokok seperti:
* Suatu hari, si perokok tiba-tiba merasa “ah, saya tidak ingin merokok lagi”, dan sejak itu mereka berhenti merokok.
* Seseorang yang memulai kebiasaan jogging pagi dan setelah sekian lama ia baru menyadari bahwa sudah lama sekali ia tidak merokok sebatang pun.
Setelah saya renungi dan amati lebih lanjut, ternyata ada sebuah jalan lain yang sebenarnya mampu membebaskan kita dari rokok. Namun, karena tidak pernah kita soroti dengan jeli, mereka yang berhasil melalui jalan itu kita anggap sebagai sebuah kebetulan belaka, atau kita anggap berhasil karena tekadnya kuat.
Jalan itu bernama “Tanpa sengaja, tiba-tiba terbebas dari rokok”.
Mengapa ini bisa terjadi?
Pengamatan dari Mereka yang Berlatih Self Healing
Pada awal mulai berlatih keselarasan lahir batin, segala pemicu yang membuat ingin merokok ternetralisir oleh latihan mereka sendiri seperti:
* Rasa tegang yang tadinya hanya bisa dicairkan dengan merokok mulai berkurang karena sering berlatih relaksasi dan pernapasan.
* Stres dan masalah yang biasanya membuat ingin merokok mulai bisa dilepaskan secara alami tanpa bantuan rokok.
* Trauma/luka batin yang menjadi bagian dari adiksi dan biasanya harus dilarikan dengan merokok mulai bisa disembuhkan sendiri, sehingga tidak lagi ada alasan untuk pelarian dan lebih bisa menghadapi hidup dengan jernih.
Setelah sekian lama berlatih, mereka juga mulai mengalami detoksifikasi alami tubuh/ pikiran, sehingga segala sisa zat yang bersifat adiktif maupun berbagai memori dan kebiasaan seputar merokok mulai melemah dengan sendirinya. Tanpa berusaha berhenti.
Akhirnya, ketika sudah semakin terampil Self Healing, kita semakin peka akan kebutuhan tubuh dan mulai lebih bisa merasakan respon tubuh terhadap berbagai kegiatan serta zat yang kita masukkan ke dalamnya. Suatu saat, tanpa disengaja, secara naluriah kita mulai ingin makanan yang lebih sehat dan lidah mulai kehilangan selera terhadap zat yang kurang membahagiakan tubuh kita. Pada saat itulah si perokok seringkali tiba-tiba tidak bisa meneruskan kenikmatan merokok dan akhirnya terbebas sendiri, sekali lagi, tanpa sengaja. Tanpa usaha.
Latihan Memperkuat Perhatian Merokok
Seperti disebutkan sebelumnya, obat terampuh dari berbagai memori dan kebiasaan yang menjerat adalah PERHATIAN yang sadar dan jernih. Jadi, setelah melepaskan berbagai upaya dan ambisi untuk berhenti merokok, Anda bisa mencoba latihan-latihan berikut ini.
Catatan: latihan ini tidak dirancang untuk berhenti merokok, melainkan untuk memperkuat perhatian yang sadar dan jernih tentang kegiatan merokok. Jika dilakukan tanpa niat untuk berhenti merokok, latihan-latihan seputar merokok ini bisa bermanfaat untuk membantu kita mengenal diri, mengasah kesadaran dan perhatian tentang merokok, serta membantu kita lebih sehat lahir batin—tanpa harus berhenti merokok.
Latihan #1 – Menunda:
Latihan ini saya sajikan setelah terinspirasi Pak Purnawan EA, seorang hipnoterapis yang sangat arif. Beliau mengatakan, kalau kita sudah telanjur merekam nikmatnya merokok maka berusaha berhenti permanen dari merokok sangatlah sulit. Adakah cara yang lebih mudah ketimbang berusaha berhenti? Cobalah MENUNDA DENGAN SADAR DAN SENGAJA. Selama ini para perokok sudah berhasil melakukan latihan menunda, meskipun tidak secara sadar dan sengaja. Para perokok mampu menunda merokok ketika sedang sibuk, atau berada di zona non-merokok, saat tidur malam hari, saat berpuasa, dll.
Ketika dorongan ingin merokok muncul, Anda bisa memutuskan untuk menunda merokok selama 1 jam, 1 hari, 1 minggu, 10 tahun, bahkan seumur hidup. Ini akan lebih mudah dijalani karena menunda bukanlah suatu kemustahilan. Sementara berhenti permanen, yang mewakili hilang totalnya sumber kenikmatan yang telanjur terekam kuat, membuat kita semakin stres dan malah ingin merokok kalau sudah tidak tahan.
Ingat, tidak ada yang permanen dalam hidup ini. Latihan menunda membuka peluang bagi kita untuk memilih antara kapan mau merokok dan kapan tidak merokok. Setelah masa tunda berakhir, silakan pilih: apakah mau menunda lebih jauh, atau menikmati rokok seperti biasa? Latihan menunda juga tidak membuat kita terjebak dalam kerangka pikir “Berhasil/Gagal Berhenti Permanen”, kan?
Latihan #2 – Bernapas Tanpa Rokok:
Mungkin analogi berikut akan membantu: seandainya kita sedang gatal dan kemudian kita menggaruk gatal tersebut dengan satu tangan sementara satu tangan lagi sedang merokok, bisa saja kita menarik kesimpulan yang tidak tepat, yakni: merokok bermanfaat menghilangkan gatal. Tentu kesimpulan itu tidak benar. Namun, mereka yang perhatiannya tidak jernih belum tentu bisa membedakan apa yang sebenarnya menghilangkan gatal tersebut.
Dari contoh tersebut, cobalah tengok lagi semua kesimpulan kita bahwa merokok itu melegakan, nikmat, meringankan stres dan beban pikiran. Mungkinkah bahwa sebenarnya manfaat tersebut bukanlah bersumber dari produk rokok itu sendiri, melainkan dari kegiatan kita yang berhenti sejenak untuk rileks, dan menikmati keluar masuknya napas?
Cobalah sendiri: hentikan sejenak kegiatan Anda, sekadar berniat untuk rileks dari ketergesaan dan kesibukan, lalu mulai bernapas dengan sadar dan sengaja. Hirup napas dengan sangat lembut, rasakan ke dalam diri, lalu embuskan dengan perlahan dan lega. Setelah melakukan ini beberapa menit, tidakkah Anda merasa lebih nyaman? Inilah rahasia mengapa rokok itu bisa kita nikmati. Bukan karena rokoknya, melainkan karena kita bernapas secara sadar dan sengaja.
Ketika kita rutin melatih napas yang dilakukan secara sadar dan sengaja, pada saat itulah kita mulai membentuk pengalaman langsung bahwa napas merupakan kunci kenikmatan dan kelegaan. Pengalaman baru itu akan membentuk memori baru yang otomatis akan melonggarkan memori lama yang menganggap bahwa kenikmatan yang kita dapatkan berasal dari produk rokok.
Latihan #3 – Merokok dengan Perhatian 100%:
Latihan ini terinspirasi dari renungan Osho. Prinsipnya sederhana, gunakan kegiatan merokok sebagai latihan meditasi. Tahu bagaimana orang Jepang melakukan upacara minum teh? Mereka menghayati proses minum teh, seolah-olah terdiri dari 1000 tahap, dan benar-benar melakukan tahap demi tahapnya dengan perhatian 100%.
Anda juga bisa melakukan ‘upacara merokok’ dengan perhatian 100%. Mulai dari merasakan dorongan ingin merokok, sadari bahwa Anda pindah ke ruangan di mana Anda seolah akan ‘menyembah Dewa Rokok’, mengambil sebatang rokok, menyalakannya, mendekatkannya ke mulut Anda, menghirupnya dengan nikmat, merasakan asapnya di dalam tubuh Anda, lalu mengembuskannya dengan lega. Setiap bagian kecil dari kegiatan merokok perlu dihayati dan dirasakan dengan perhatian 100%. Artinya tidak boleh sambil ngobrol, melamun, kerja, nonton, atau melakukan kegiatan lain secara berbarengan. Hayati dengan perhatian penuh tanpa sebersit pun niat untuk berhenti merokok. Nikmati sepenuh hati.
Apakah Anda harus melakukan upacara itu di setiap batang rokok? Tidak. Cukup TIGA batang dari berapa pun batang rokok yang Anda konsumsi tiap hari. Nikmatilah tiga batang itu dengan perhatian dan penghayatan total. Selebihnya, silakan merokok seperti biasa.
Resep Bebas dari Rokok Tanpa Berusaha Berhenti
Dari semua perenungan di atas, berikut adalah resep intinya:
* Jangan berusaha untuk berhenti, dan lepaskan keinginan untuk berhenti permanen.
* Mulailah meningkatkan kualitas kesehatan fisik: asupan nutrisi yang baik, mulai berolahraga, dan memberikan kesempatan beristirahat yang cukup.
* Melatih seni rileks, lega, dan selaras, melalui belajar keterampilan Self Healing. (silakan baca informasi lengkapnya disini)
* Melatih 3 Latihan Memperkuat Perhatian Merokok yang telah dijelaskan di atas.
Lebih penting lagi, saya juga menganjurkan kita untuk tidak mendesak, mendorong, apalagi memaksa orang lain untuk berhenti merokok, karena anjuran tersebut bisa menyebabkan orang tersebut semakin merasa tidak diterima atau dicintai dan akhirnya menimbulkan stres yang menyebabkan dia semakin ingin merokok.
Kalau Anda tidak ingin menghirup udara yang bercampur asap rokok, menyingkirlah, atau buat kesepakatan dengan para perokok untuk sama-sama menjaga kebersihan udara yang ingin dinikmati para non-perokok. Itu lebih baik, bijak, dan adil, daripada menuntut orang lain untuk berhenti dari sebuah kebiasaan yang jeratnya kadang begitu erat.
Selamat menghirup udara segar!
Sumber :
http://www.rezagunawan.com/2009/07/mau-bebas-dari-rokok-jangan-berusaha-berhenti/#more-318
Menahan Diri, Menghidupkan Hati
Merenungkan makna dan relevansinya PUASA, selain masalah ketaatan atau kepatuhan.
Dalam perjalanan hidup yang cenderung universalis, yang memandang bahwa kebenaran hidup bisa diperoleh di mana pun. Dan itu membuat kita memberanikan diri untuk mengintip berbagai tradisi, budaya, dan agama di dunia.
Kita sangat takjub ketika menemukan bahwa dalam setiap ajaran yang kita telaah, selalu kita temukan suatu bentuk latihan menahan diri, dari mulai menahan lapar, menahan emosi, menahan nafsu, hingga menahan untuk tidak menilai suatu situasi atau orang lain. Memang, judul, bungkus, dan tujuannya berbeda-beda, tapi bentuk latihan ini bisa ditemukan dalam setiap suasana hidup.
Padahal, tidak jarang juga terlintas di benak kita, “Hidup pada zaman ini kan sudah penuh masalah, mengapa kita perlu dengan sengaja membuatnya lebih susah dengan menahan diri?”
Kita jadi mulai menelusuri segala macam hal yang biasanya perlu ditahan. Nafsu makan, nafsu amarah, nafsu birahi, dan nafsu untuk menguasai. Semua ini muncul dalam batin. Batin kita bereaksi akibat pasokan informasi yang mampir lewat panca indra kita. Dengan kata lain, ketika panca indra berhenti memberikan informasi, maka kita pun tidak punya dorongan untuk merasakan apalagi memenuhi “nafsu”.
Masih ingat cerita pahlawan Daredevil, superhero pembela kebenaran yang begitu gesit dan tangguh, padahal sebenarnya buta? Sudah menjadi hukum alam, ketika informasi di salah satu panca indra terhenti, maka semua indra lainnya secara alamiah menjadi lebih peka, lebih mampu menangkap getaran halus yang biasanya tidak diperhatikan.
Barangkali inilah yang terjadi ketika seseorang melatih menahan diri. Dengan memperlambat pemenuhan nafsu yang biasanya dituruti dengan seketika, barulah kita bisa melihat lebih jernih batas antara nafsu dan kebutuhan. Kita lebih menghargai beragam berkah hidup yang sebelumnya mungkin kurang disyukuri. Rasa syukur ini tumbuh dari satu hal, yaitu bertambah pekanya hati.
Ya, memang kalau ditelusuri barulah kita sadar bahwa meskipun mata bisa melihat, hatilah yang mengapresiasi apa yang dilihat. Meski lidah kita mengecap, hati jugalah yang menikmati apa yang dikecap. Meskipun telinga kita mendengar, hati kitalah yang terbuai oleh keindahan bunyi, suara dan musik. Panca indra hanya menangkap informasi. Pada akhirnya kepekaan rasalah yang memungkinkan kita untuk menuai keindahan, kenikmatan dan kebahagiaan dari informasi tersebut.
Proses perenungan panjang ini melahirkan suatu kesadaran dalam diri kita, bahwa hidup bukanlah tergantung dari apa yang terjadi, apa yang kita inginkan maupun apa yang kita dapatkan dari kehidupan ini. Hidup ini tergantung dari bagaimana kita menghadapinya, bagaimana kita menari dengan perubahannya.
Bagi kita, tanpa hati yang hidup, peka dan terbuka, tidaklah mungkin kita menjadi manusia yang mengerti, menikmati dan mensyukuri. Dan jika melatih untuk mengelola berbagai nafsu dalam diri memang jalan menuju hidupnya hati, kita merasa ada suatu urgensi untuk “berpuasa” setiap saat, setiap momen. Sudahkah Anda menghirup napas, berhenti sejenak dan menghidupkan hati Anda pada hari ini? Dalam jeda-jeda sederhana seperti inilah, kita menemukan hidup yang sebenarnya, dan kita berharap untuk bertemu Anda di sana.
Inner Life of Reza Gunawan
Published, EVE Magazine, September 2007.
Dalam perjalanan hidup yang cenderung universalis, yang memandang bahwa kebenaran hidup bisa diperoleh di mana pun. Dan itu membuat kita memberanikan diri untuk mengintip berbagai tradisi, budaya, dan agama di dunia.
Kita sangat takjub ketika menemukan bahwa dalam setiap ajaran yang kita telaah, selalu kita temukan suatu bentuk latihan menahan diri, dari mulai menahan lapar, menahan emosi, menahan nafsu, hingga menahan untuk tidak menilai suatu situasi atau orang lain. Memang, judul, bungkus, dan tujuannya berbeda-beda, tapi bentuk latihan ini bisa ditemukan dalam setiap suasana hidup.
Padahal, tidak jarang juga terlintas di benak kita, “Hidup pada zaman ini kan sudah penuh masalah, mengapa kita perlu dengan sengaja membuatnya lebih susah dengan menahan diri?”
Kita jadi mulai menelusuri segala macam hal yang biasanya perlu ditahan. Nafsu makan, nafsu amarah, nafsu birahi, dan nafsu untuk menguasai. Semua ini muncul dalam batin. Batin kita bereaksi akibat pasokan informasi yang mampir lewat panca indra kita. Dengan kata lain, ketika panca indra berhenti memberikan informasi, maka kita pun tidak punya dorongan untuk merasakan apalagi memenuhi “nafsu”.
Masih ingat cerita pahlawan Daredevil, superhero pembela kebenaran yang begitu gesit dan tangguh, padahal sebenarnya buta? Sudah menjadi hukum alam, ketika informasi di salah satu panca indra terhenti, maka semua indra lainnya secara alamiah menjadi lebih peka, lebih mampu menangkap getaran halus yang biasanya tidak diperhatikan.
Barangkali inilah yang terjadi ketika seseorang melatih menahan diri. Dengan memperlambat pemenuhan nafsu yang biasanya dituruti dengan seketika, barulah kita bisa melihat lebih jernih batas antara nafsu dan kebutuhan. Kita lebih menghargai beragam berkah hidup yang sebelumnya mungkin kurang disyukuri. Rasa syukur ini tumbuh dari satu hal, yaitu bertambah pekanya hati.
Ya, memang kalau ditelusuri barulah kita sadar bahwa meskipun mata bisa melihat, hatilah yang mengapresiasi apa yang dilihat. Meski lidah kita mengecap, hati jugalah yang menikmati apa yang dikecap. Meskipun telinga kita mendengar, hati kitalah yang terbuai oleh keindahan bunyi, suara dan musik. Panca indra hanya menangkap informasi. Pada akhirnya kepekaan rasalah yang memungkinkan kita untuk menuai keindahan, kenikmatan dan kebahagiaan dari informasi tersebut.
Proses perenungan panjang ini melahirkan suatu kesadaran dalam diri kita, bahwa hidup bukanlah tergantung dari apa yang terjadi, apa yang kita inginkan maupun apa yang kita dapatkan dari kehidupan ini. Hidup ini tergantung dari bagaimana kita menghadapinya, bagaimana kita menari dengan perubahannya.
Bagi kita, tanpa hati yang hidup, peka dan terbuka, tidaklah mungkin kita menjadi manusia yang mengerti, menikmati dan mensyukuri. Dan jika melatih untuk mengelola berbagai nafsu dalam diri memang jalan menuju hidupnya hati, kita merasa ada suatu urgensi untuk “berpuasa” setiap saat, setiap momen. Sudahkah Anda menghirup napas, berhenti sejenak dan menghidupkan hati Anda pada hari ini? Dalam jeda-jeda sederhana seperti inilah, kita menemukan hidup yang sebenarnya, dan kita berharap untuk bertemu Anda di sana.
Inner Life of Reza Gunawan
Published, EVE Magazine, September 2007.
Langganan:
Postingan (Atom)