Selasa, 02 November 2010

Menuju Kehancuran Umat


Bangsa Indonesia mengalami pasang surut, ada saat dimana bangsa inihidup dengan kemuliaan dan kejayaan, namun pada saat yang lain dalam kehinaan dan kesengsaraan hingga tercatat dalam sejarah sebagai umat yang terpuruk.


Bangsa ini tidak akan pernah damai dan sejahtera dalam pengertian yang haqiqi, selama manusia-manusianya mengabaikan Agama dan Moralitas (Akhlak). Selama mereka bersikap arogan, haus kekuasaan, jabatan dan harta yang mereka miliki, mereka lupa bahwa semua yang mereka miliki tersebut tidak akan kekal dan apabila Allah swt menghendaki semuanya lenyap, maka lenyaplah seketika tanpa aba-aba.

Kita tentu tidak ingin menjadi umat dan bangsa yang terpuruk. Karena itu, perlu kita cari sebab utama kehancuran suatu umat atau bangsa agar kita bisa mencegahnya sejak dini dan bila tanda-tanda itu sudah ada segera kita hentikan.

Adapun tanda – tanda tersebut adalah :

1. Tercabut nya rasa malu

Memiliki sifat malu merupakan sesuatu yang amat penting, yakni malu bila melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Jika kita dan anggota masyarakat lainnya telah memiliki rasa malu seperti ini, maka kemungkinan kecil akan ada penyimpangan yang dilakukan. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu memperkokoh rasa malu, karena tidak ada kejelekan sedikitpun dari sifat malu ini sehingga Rasuluilah saw bersabda: Manakala rasa malu sudah tercabut dari jiwa seseorang, maka kehancuran dirinya tidak bisa dihindarkan lagi karena ia akan menjadi manusia yang dibenci dan dimurkai oleh Allah swt.

2. Tercabut rasa Amanah

Sesudah rasa malu tercabut dari jiwa seseorang, maka ia tidak peduli dengan citra dirinya yang rusak, karenanya iapun akan mengabaikan amanah yang dibebankan kepadanya. Dalam hidup ini, kita mendapatkan begitu banyak amanah, baik dari Allah swt maupun dari sesama manusia. Secara harfiyah, amanah artinya dipercaya.

Dari segi tanggung jawab dan amanah yang dipikulkan kepada manusia diatas bumi ini, maka manusia bisa lebih tinggi nilainya dari malaikat, jika ia memang benar-benar bertanggung jawab atas amanat tersebut.

Manusia memiliki resiko baik dan buruk, sedangkan malaikat hanya makhluk yang tidak mempunyai resiko apapun sebab tidak memiliki nafsu. Selanjutnya manusia yang bertanggung jawab dan menunaikan amanah ini adalah manusia yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna, seperti rahmah, mulia, beramal saleh, berkehendak, berlaku adil dan masih banyak sifat yang lain yang dituntut kepada manusia untuk mengikutinya sesuai dengan kemampuannya.

Ketika manusia tidak bisa berlaku amanah, dengan mengikuti hawa nafsunya, melakukan penipuan terhadap Allah dan sesama manusia, merasa diri berkecukupan, merasa diri punya kekuasaan mutlak dan memiliki sifat-sifat tercela lainnya. Disinilah poin kejatuhan manusia menjadi asfala safilin (tingkatan yang paling rendah).

3. Tercabut rasa Kasih Sayang

Saling berkasih sayang merupakan salah satu kunci kekuatan umat, ini tercermin pada sikap hormat menghormati, berbaik sangka, tolong menolong bahkan mengutamakan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Bila kasih sayang telah tercabut dari jiwa umat manusia, yang terjadi adalah permusuhan yang bermula dari sikap marah. Karenanya sikap marah itu harus kita hindari dari diri kita.

Rasulullah saw bersabda: “Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat mengontrol dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Apabila seseorang mampu menahan amarahnya, maka dia akan mendapatkan nilai keutamaan yang sangat besar dari Allah swt, dalam hal ini Rasulullah saw menjelaskan di dalam sabdanya:

“Tiada tegukan yang ditelan seorang hamba yang lebih besar pahalanya daripada tegukan kemarahan yang ditahannya semata-mata karenaAllah ta’ala ” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).

Di dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang menyembunyikan kemarahan, padahal dia mampu melakukannya, maka Allah akan menyerunya di hadapan para pemimpin makhluk sehingga Dia memilihkan bidadari untuknya, lalu menikahkan dengannya sesuai dengan kehendaknya ” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat, tanda-tanda kehancuran harus kita jauhi dari diri, keluarga, jamaah, masyarakat dan bangsa kita.
Semoga !!!!!

Sumber : Khairu Ummah, Edisi 19 Tahun XVIII - Mei 2009 (di-edit seperlunya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar