Rabu, 10 November 2010

Kafiyeh Terakhir Yasser Arafat


Kafiyeh hitam putih itu terlihat agak kotor. Namun, itu bukan kafiyeh biasa. Kafiyeh itu milik mantan presiden otoritas Palestina, Yasser Arafat.

''Kafiyeh yang dikenakan di hari-hari terakhir Arafat itu masih tercoreng noda kuning dan belum dicuci,'' ujar seorang kurator di Yayasan Yasser Arafat, Tami Rafidi. ''Kami memutuskan untuk tetap seperti itu. Karena, ini merupakan hari-hari terakhir sebelum dia pergi.''

Enam tahun sejak kematiannya, sebuah museum kini sedang dibangun untuk mengenang perjuangan pemimpin kharismatik bangsa Palestina itu. Di museum itu akan dipajang ribuan benda yang terkait dengan Arafat. Arafat dikenal sebagai sosok yang pandai mengubah benda biasa menjadi simbol perlawanan pendudukan Israel terhadap bangsanya, seperti kafiyeh berwarna hitam putih.

Ribuan benda, seperti foto, pistol, kacamata, dan pakaian militer akan disimpan di museum yang dibangun di bekas markasnya di Tepi Barat, di mana Arafat menghabiskan tiga tahun terakhir hidupnya yang dikepung oleh pasukan Israel. Wartawan AP diberi kesempatan untuk melihat-lihat koleksi museum tersebut.

Di sana dipajang kafiyeh terakhir yang dikenakan Arafat sebelum dibawa helikopter keluar dari markasnya di Ramallah untuk menjalani perawatan di rumah sakit dua pekan sebelum kematiannya, pada 11 November 2004.

Pengawal Arafat, Emad Abu Zaki, selalu berada di samping Arafat dari tahun 1988 sampai kematiannya di sebuah rumah sakit militer di Prancis. Dia mengisahkan sedikit saat-saat sulit perjuangan Arafat ketika dikepung tentara zionis di markas besarnya di Ramallah pada Januari 2002. Dia mengibaratkan hidup hanya 'bertelanjang tulang' selama dalam pengepungan itu.

Pengepungan Israel itu dilakukan usai gelombang pemboman bunuh diri pejuang Palestina yang menewaskan puluhan warga Israel. Lantaran tak bisa meninggalkan markas besarnya, Arafat mengenakan pakaian khas seragam militernya yang cuma dua potong secara bergantian. Satu pakaiaan dipakai dan satu lagi dicuci oleh penjaganya. Begitu terus selama dalam pengepungan.

Bahkan, Arafat terkadang menjahit sendiri seragam militernya itu jika ada benangnya yang terurai atau terkoyak. Seragam militer ini pun ikut ditampilkan dalam museum tersebut.

Di museum itu juga terdapat radio transistor dan Alquran milik Arafat. Kedua benda ini disumbangkan Mohammed Fayez (86 tahun) kepada museum. Dia mendapatkan benda itu saat Arafat berlindung di rumahnya di desa al-Auja selama perang Timur Tengah 1967. Perang enam hari yang berakhir pada pendudukan wilayah Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.

Mohammed menceritakan, Arafat mengetuk pintu rumahnya di suatu malam bersama dengan dua pejuang Palestina lainnya. Arafat yang masih belum terlalu dikenal memperkenalkan dirinya sebagai Abu Amar, sebuah nama samaran. Karena itu, Mohammed tak langsung bisa mengenali identitas asli tamunya itu.

Arafat tinggal selama dua hari di rumah itu dan kemudian pergi meloloskan diri ke luar wilayah itu sebelum ditutup oleh pasukan Israel. Arafat meninggalkan radio dan Alquran itu. Menurut Mohammed, radio itu terus disimpannya. Nama Arafat tertulis di dalam kotak baterai radio itu.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/11/10/145973-kafiyeh-terakhir-yasser-arafat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar