Minggu, 18 November 2012

Anti Galau



Manusia yang galau adalah manusia yang sedang dalam keresahan, labil, tidak memiliki pedoman. Manusia yang ragu dan tak memiliki pegangan. Tentu hal ini bukanlah jiwa seorang mukmin, sebab mukmin pasti tidak ragu, ia pasti memegang HUDA (petunjuk) dari Allah yaitu Kitabullah (QS 2/2).
Manusia mukmin yang istiqomah (teguh pendirian) pasti akan terhindar dari kegalauan, firman Allah Ta’ala: Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Yunus:62)

Bahkan seandainyapun ia dihadapkan kepada musuh yang akan mencelakakannya iapun tidak akan galau, Firman Allah ta’ala: (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:”Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Ali Imran:173-174)

Ketenangan jiwa dan kesetabilan emosi betul betul dimiliki oleh oranmg mukmin, semua terjadi karena pertolongan Allah, sehingga ia berdiri tegak menolak galau.
Tetapi, tetap saja setan berkeras mengganggu kesetabilan jiwa mukmin, mencari celah agar si mukmin menjadi galau, cemas dan khawatir. Oleh karena itu ia harus selalu awas dan waspada atas gerakan setan tersebut dan tetap menolak galau.
Ada beberapa panduan dari Allah untuk mukmin agar tetap istiqomah, agar tetap tentram jiwanya dalam menunaikan amanah Allah, kita sebut pedoman anti galau:

1- Dzikrullah

Selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan. Firman Allah;  “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”


2- Tawakkal menghadapi kenyataan



Tawakkal adalah jiwa yang berserah diri kepada Allah, menerima kenyataan apapun sebagai pemberian Allah, miskin, kaya, cantik, jelek dan lain sebagainya adalah pemberian Allah yang terbaik bagi dirinya. Termasuk menerima kenyataan apapun setelah kita bekerja keras. Sebab kadang Allah menaqdirkan kita sukses ataupun gagal. Firman Allah Ta’ala:
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.“ (QS: al Insyirah: 7-8).
Dengan berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kita akan melakukan apapun dengan ketenangan dan kenyamanan bathin karena ada jaminan Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa memelihara ciptaan-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah  akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah   melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah  telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq : 3).


3- Bersabar dalam melaksanakan tugas



Sabar adalah kekuatan jiwa dalam melaksanakan tugas hidup (ibadah), apapun kondisinya ia akan berkeras untuk tunainya kewajiban, Firman Allah ta’ala:  “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran (3) ayat 200)
Sungguh tidak ada kesabaran kecuali dalam melaksanakan kewajiban.
Dan sesungguhnya dengan bersabar Allah Subhanahu Wata’ala sedang menyertai kita. Bukankah suatu kemuliaan bagi manusia jika sang Maha Pencipta sudi menyertai hidupnya? Inilah janji Allah Subhanahu Wata’ala Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala dalam firman-Nya;

“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah:153).


4- Istiqomah dalam pandangan dan keyakinan



Istiqomah adalah teguh pendirian, tidak berubah karena cobaan dan godaan. Tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya betapapun besarnya bujuk rayu. Tetap memegang Pedoman Kitabullah betapapun kuatnya godaan. Tetap komitmen dengan keislamannya betapapun hebatnya cobaan.
Firman Allah ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Robb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap beristiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (di dunia)” (QS. Al Ahqaaf [46]: 13-14)
Firman Allah ta’ala: Maka beristiqomahlah (tetaplah) pada  jalan yang lurus menuju kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya”. (QS. Fushshilat [41]: 6)


5- Berharap kepada Allah

berdoa kepada Allah ta’ala agar Dia senantiasa memberikan kepada kita istiqomah hingga akhir hayat. Bahkan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhamengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik” artinya “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’)
Atau berdo’a : HASBUNALLAH WANI’MAL WAKIIL
Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Qs. Ali Imran : 173).


6- BerUswah kepada Rasulullah

membaca kisah Rasulullah, para sahabat dan para ulama terdahulu untuk mengambil teladan dari mereka. Dengan membaca kisah-kisah mereka, bagaimana perjuangan mereka dalam menegakkan diinul Islam, maka kita dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut sebagaimana firman Allahta’ala yang artinya, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud [11]: 120)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar