Sabtu, 24 November 2012

Menyantuni Anak Yatim




Anak yatim memiliki posisi yang istimewa dalam Islam. 
Allah SWT melalui firmanNya dalam Al-Qur’an menyuruh kita untuk memperhatikan anak yatim dengan sebaik-baiknya. 
Sebagaimana firmanNya, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah : Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan.” (QS. Al-Baqarah [2] : 220).

Sebuah keluarga yang menampung, menyantuni, dan memuliakan anak yatim, akan diliputi kebahagiaan dan keberkahan. Rahmat, berkah, dan cinta Allah akan senantiasa hadir di tengah-tengah mereka. Rasulullah SAW sebagaimana disampaikan Ibnu Umar RA telah bersabda, “Rumah tangga yang paling dicintai oleh Allah yaitu rumah tangga yang di dalamnya ada anak yatim yang dimuliakan.” (HR. Ath-Thabarani dan Asbahani).

Menyantuni dan memberdayakan mereka ini penting karena Alquran sendiri mengingatkan hal tersebut sebanyak 22 kali, antara lain, pada surah Al Baqarah (2) ayat 83, 177, 215, 220, An Nisaa' (4) ayat 2, 3, 6, 8, 10, 36, dan 127, Al An'aam (6) ayat 152.

Rasulullah SAW selalu memuliakan anak-anak yatim, sebagaimana yang tertutur dalam sunnahnya, “Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya manusia akan mengasihi anak yatimmu”. (Al-Hadits).

Di dalam surat Ad-Dhuha ayat 9, Allah SWT melarang untuk melakukan kekerasan kepada anak yatim/piatu.

Firman Allah SWT: ”Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”

Anak yatim yang ditinggal wafat oleh ayahnya dan yatim piatu yang ditinggalkan ayah-ibunya, mendambakan belaian dan kasih sayang dari orang lain. Baik keluarga terdekat maupun dari yang lainnya. Ia mengharapkan tumpuan kasih sayang dan sebaliknya juga sekaligus menjaga sumber kasih dan ketenangan itu. Orang yang menenangkan hati dan perasaan anak yatim, ia pun akan memperoleh balasan seperti itu pula, yakni ketenangan batin. 

Rasulullah SAW terkenal dengan kelemahlembutannya yang demikian tinggi terhadap anak yatim/piatu. Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa pada suatu hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW melihat seorang anak yatim, lalu beliau mengelus dan merangkulnya, berbuat baik padanya, membawa anak itu ke rumah beliau, lalu berkata kepada anak yatim itu, ”Wahai anak, maukah engkau bila aku menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu?”

Jadi, anak yatim/piatu adalah sumber ketenangan batin, mendekati dan berbuat baik kepadanya akan menenangkan kalbu. Sebaliknya, jikalau anak yatim disakiti dan dizalimi, maka Allah SWT akan menurunkan kesengsaraan hidup kepada mereka yang berbuat sewenang-wenang itu.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar