Kamis, 30 Juli 2009

Hadapi Tekanan Dengan Sehat


Metode dalam kasus ini: Bentuklah konsep norma yang benar yaitu "mendapat pasti akan kehilangan, kehilangan pasti akan mendapatkan".

Baru-baru ini kerap terlihat di media massa adanya remaja yang bunuh diri atau pun berita orang tua yang bunuh diri dengan membawa serta anaknya, setiap kali membaca dengan teliti latar belakang kisah di balik kasus bunuh diri tersebut, membuat perasaan saya tersentuh, sangat menyayangkan mengapa mereka itu begitu tidak menghargai hidup.

Masih ingat ketika masih SMA, agar diterima di perguruan tinggi setiap hari harus menghafal mati-matian semua pelajaran, sampai merasa hidup manusia ini tiada artinya, tidak tahu mengapa dan apa sebenarnya tujuan hidup manusia.

Sementara salah seorang guru bahasa Inggris saya secara tidak sengaja mengungkapkan cara pandangnya terhadap kehidupan pada saat jam pelajaran berlangsung.

Beliau berkata, meskipun, Chiang Kaisek, pernah membuat definisi akan makna kehidupan, namun setelah hidup sampai sekarang pun, beliau masih belum tahu apa sebenarnya makna hidup manusia, dan beliau masih terus mencari jawabannya hingga saat ini.

Kata-kata ini, entah mengapa masih terus teringat dalam benak saya. Kini jika saya pikirkan kembali, saya dapat mendalami semua orang, hal, dan benda yang saya temui di sepanjang kehidupan saya sama sekali bukanlah suatu kebetulan belaka.

Pada 1988 di suatu kesempatan yang sangat kebetulan, rekan kerja di kantor memperkenalkan buku Zhuan Falun pada saya. Awalnya saya sama sekali tidak antusias, hanya bersikap santai pada saat membacanya.

Tak disangka, tak berapa lama saya seolah sudah tertarik akan isinya. Buku itu telah mengungkit kembali ingatan saya beberapa tahun yang lalu, sejumlah kabar berita yang saya dengar atau bahkan pengalaman saya sendiri, yang dulunya tidak pernah saya anggap sebagai sesuatu yang penting atau bahkan sama sekali tidak saya ketahui penyebab di balik itu semua.

Akan tetapi setelah membaca Zhuan Falun, akhirnya saya pun mengerti, dan hal yang lebih membuat saya merasa mendapatkan mustika adalah, saya mengetahui bahwa makna dari hidup manusia itu adalah Xiulian (kultivasi, kembali kejati diri yang asli), untuk kembali ke semula, oleh karena itu saya pun memasuki kegiatan Xiulian Falun Gong.

Memikirkan kembali segala sesuatu yang terjadi di sekitar saya sebelum Xiulian, selalu saya menilai sesuatunya menurut penilaian orang lain, tidak tahu dimana letak standar dalam menilai suatu hal. Namun setelah Xiulian, saya menjadi mengerti dimana letak mistar pengukur itu harus ditempatkan, dan hidup dengan lebih pengertian dan pemahaman yang lebih jernih atas segala sesuatu, dan tidak lagi samar-samar atau tidak jelas. Dan ketika saya menghadapi tekanan, saya selalu menggunakan perasaan yang antusias untuk mengatasi dan melewatinya.

Sekarang saya memiliki sebuah keluarga yang indah, pekerjaan saya juga cukup baik, namun jika dipikir kembali masa lalu yang penuh perjuangan dan jerih payah, benar-benar telah membuktikan perkataan bahwa "di dunia ini tidak ada makan siang yang gratis".

Setelah melalui berbagai topan dan badai di tengah kehidupan maupun pekerjaan, saya telah melewatinya dengan baik, orang-orang di sekitar saya tidak merasakan pergolakan di dalam hati saya, sehingga suami dan rekan kerja di kantor pun sering menyebut saya sebagai orang yang tahan terhadap tekanan.

Dua hari yang lalu, suami saya begitu sibuk dengan pekerjaan dan pelajaran, mulai terlihat dia kembali sering berkata sendiri, seperti, "Hampir gila rasanya." Kemudian disusul dengan suara menghela nafas panjang.

Tanpa dapat ditahan saya berdiskusi tentang perasaan suami saya dengan putri kami. Saya katakan, ayah sedang melakukan suatu contoh yang salah, pada saat melakukan banyak hal seharusnya ada perencanaan, seperti jika kita menulis skripsi maka seharusnya dimulai secepatnya, dan bukan menunggu hingga menjelang batas waktu berakhir baru mulai bergadang untuk menyelesaikannya. Yang ada hanya akan melelahkan badan saja, dan membuat perasaan semakin memburuk, apalagi jika saatnya istirahat maka harus benar-benar beristirahat, bukannya terus menerus menyimpan hal-hal yang memusingkan itu di dalam benak. Setelah cukup beristirahat, baru berusaha lagi sekuat tenaga.

Setelah mendengar penuturan saya ini, putri saya pun berkata dengan serius, "Benar, saya juga mempunyai tekanan pelajaran. Setiap kali berhitung matematika, rasanya kepala ini seperti mau pecah saja, tapi saya pasti akan bertanya pada ibu bagaimana menyelesaikannya, dengan demikian maka saya tidak akan ada tekanan lagi."

Saya memberitahu padanya, hitungan matematika sebenarnya adalah suatu hal baik yang bisa melatih cara berpikir, logika, dan kesabaran, jangan memandangnya sebagai suatu hal yang sangat menyulitkan.

Pertama-tama kamu harus menenangkan hati terlebih dahulu, pikirkan baik-baik, ketika menemui pertanyaan aplikasi. Pertanyaan itu harus dipahami dengan seksama, jika menemui pertanyaan rumit, jika memang diperlukan bahkan harus menggunakan gambar untuk memudahkan penyelesaian.

Melihat suatu hal selalu ada sisi baik dan sisi buruknya. Senang juga harus melalui satu hari, susah juga harus melalui satu hari, kita harus lebih antusias dalam menghadapi hidup. Dengan demikian maka kesulitan tidak akan menjadi kesulitan lagi, dan juga tidak akan menjadi gangguan yang tidak bermakna lagi.

Proses kehidupan manusia seyogyanya memang harus menghadapi sejumlah masalah dan ketidak laziman.

Jika kita berpegang pada prinsip: berusaha sekuat tenaga, jika berhasil didapat, saya beruntung, jika tidak, setidaknya selama dalam proses tersebut saya berhasil mendapatkan sejumlah pengalaman dan kedewasaan, itu juga merupakan suatu hasil, juga sudah mendapatkan sesuatu, bukankah demikian? (Beth Temma/The Epoch Times/lie)

Erabaru News
http://erabaru.net/kehidupan/41-cermin-kehidupan/3333-hadapi-tekanan-dengan-sehat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar