Jumat, 17 Juli 2009

Ulama Kecam Pelaku Peledakan Bom: Agama tak Ajarkan Kekerasan


Indonesia kembali berduka. Jumat (17/7) pagi, dua hotel terkemuka di Jakarta, yakni Ritz-Carlton dan JW Marriot diguncang ledakan bom. Sebanyak delapan orang meninggal dan 53 lainnya mengalami luka-luka.


Peledakan bom yang menelan korban jiwa itu mengundang keprihatinan dan belasungkawa dari kalangan ulama dan tokoh agama di Tanah Air. Para ulama dan tokoh agama juga mengecam serta mengutuk para pelaku peledakan bom di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriot.

''Kami mengutuk keras para pelaku peledakan bom itu,'' ungkap Ketua PBNU, KH Hasyim Muzadi. Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Muslimin Nasution, juga mengecam keras para pelaku teror bom yang telah mengakibatkan jatuhnya korban tak bersalah.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah, KH Abdullah Mubarak Al Jaidi, menilai tindakan yang dilakukan para pelaku pengeboman sebagai perbuatan biadab. "Itu merupakan perbuatan biadab yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak berperikemanusiaan," ujar Kiai Abdullah menegaskan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Umar Shihab, juga mengutuk keras pelaku pengeboman Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriot. ''Kami mengutuk keras dan tidak pernah ada pembenaran bagi pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak berdosa,'' tutur Kiai Umar.

"Kita semua prihatin ledakan bom terjadi lagi di negara kita. Padahal, beberapa tahun terakhir relatif aman, tenang, kondusif, dan terkendali. Kita berpikir mengapa ini terjadi, apalagi pengamanan ketat," ucap Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyesalkan.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Pendeta Andreas Yewangoe, juga mengaku sangat prihatin dengan peristiwa ledakan bom di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriot."Ini sebuah kejahatan kepada kemanusiaan. Kami sangat sedih terutama karena jatuhnya banyak korban, kami turut belasungkawa," ungkapnya.

Jangan kaitkan dengan agama

Para ulama dan tokoh agama mengingatkan agar peristiwa ledakan bom itu tak dikait-katikan dengan agama. ''Teroris ya teroris, jangan dikaitkan dengan agama. Justru semua agama tidak ada yang mengajarkan kekerasan,'' papar Ketua MUI, KH Ma'ruf Amin. Pihaknya menegaskan, teror bukanlah jihad.

Hal senada juga diungkapkan Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, KH Abdullah Syukri Zarkasyi. ''Peristiwa yang membunuh manusia itu sangat tak dibenarkan agama Islam,'' ungkapnya. Kiai Abdullah mengingatkan agar peristiwa itu tak dikaitkan dengan agama. ''Mudah-mudahan tidak menyudutkan Islam."

Kiai Hasyim mengimbau agar semua pihak tetap tenang dan tidak terpancing, menyusul peledakan bom tersebut. ''Pelaku itu jelas teroris. Namun, teroris bukan terkait agama. Jangan mengaitkan dengan agama,'' kata dia menegaskan.Kiai Umar Shihab juga meminta agar peristiwa berdarah itu tak digunakan untuk mendiskreditkan umat Islam. ''Islam dan agama mana pun tidak pernah mengajarkan kejahatan, bahkan pembunuhan. Jelas itu merupakan aksi teroris,'' katanya.

Wakil Ketua Umum MUI, Din Syamsuddin, juga mengimbau agar peristiwa itu tak dikaitkan dengan agama, terutama Islam. "Jangan juga dikaitkan dengan pilpres, karena akan menjadi saling tuduh. Untuk itu, polisi harus proporsional," ucap Din.Kiai Abdullah Mubarak menegaskan, peristiwa peledakan bom itu tak sesuai dengan ajaran agama Islam. "Peristiwa ini tak boleh dikaitkan dengan kelompok Islam tertentu. Jangan berpikir teroris itu kelompok Islam tertentu.'' Pihaknya menilai, bisa saja ada pihak lain yang bermain. "Bisa saja ada yang mencoba mendiskreditkan Islam. Islam itu kan agama rahmat bagi sekalian alam.''

Al-Irsyad Al-Islamiyah mengimbau umat Islam agar waspada terhadap peristiwa seperti ini. "Jangan sampai masyarakat terprovokasi pada pandangan yang memojokkan kepentingan-kepentingan, jangan memojokkan ekstrem-ekstrem Islam. Islam tidak mengenal hal ini," tuturnya menegaskan.

Mantan amir Majelis Mujahidin Indonesia, Abu Bakar Ba'asyir, pun mengingatkan semua pihak untuk berhati-hati dalam menyikapi peledakan yang terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Menurut Ba'asyir, bisa saja peristiwa itu dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Tujuannya, kata dia, agar ada alasan untuk memojokkan, menekan, dan menangkap para pejuang Islam.

Sekretaris Umum PP Persatuan Islam, Ustaz Dody S Truna, pun mengingatkan berbagai pihak agar tak mengaitkan peristiwa itu dengan agama Islam. Alasannya, kata dia, selama ini peristiwa pengeboman selalu dikaitkan dengan kelompok Islam dan mengidentikan Islam sebagai teroris.

"Tuduhan seperti itu tentu sangat memprihatinkan. Kami mengutuk keras perbuatan dan aksi peledakan bom yang menelan korban jiwa. Kami meminta agar Islam tak disudutkan. Karena, Islam tak membenarkan tindakan seperti itu,'' katanya menegaskan.

Ketua DPP, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Farid Wadjdi, meminta agar masyarakat tidak mendiskreditkan Islam terhadap peristiwa peledakan bom itu. "Jangan jadikan peristiwa ini untuk diskreditkan Islam. Walaupun aksi pembunuhan seperti ini merupakan pola berulang,'' imbuhnya. Menurut dia, umat Islam patut curiga siapa yang ada di belakang peristiwa tersebut.

''Kita tidak tahu siapa pelakunya dan siapa yang diuntungkan," paparnya. HTI mengecam keras peristiwa berdarah yang terjadi di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriot. Ia meminta kepada masyarakat untuk hati-hati dan tidak terburu-buru mengambil opini bahwa pelakunya adalah kelompok Islam. "Jangan buru-buru, karena Islam memang sering disudutkan," katanya.

Pendeta Andreas Yewangoe juga mengimbau masyarakat agar tidak mendiskreditkan agama dalam kasus ini. "Ini perbuatan biadab, teroris tidak jelas musuhnya siapa, yang tidak ada sangkut-pautnya pun jadi korban. Masyarakat harus berpikiran dingin dan menyerahkan semuanya kepada kepolisian." she/osa/hri

Koran Republika » Berita Utama
Sabtu, 18 Juli 2009 pukul 01:48:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar