Seiring bertambahnya kemakmuran
rakyat Indonesia, ledakan jumlah pasien diabetes mellitus (DM) takkan terelakan lagi di
bumi Nusantara. Dalam waktu dekat ini, diperkirakan jumlah pengidap diabetes akan mencapai 5 juta jiwa. Masalah
akan menjadi lebih pelik lagi bila sejak saat ini tidak direncanakan
penanganannya secara seksama.
DM yang kita kenal sebagai penyakit kencing manis,
merupakan penyakit keturunan (genetik, kelainan bibit) yang menyebabkan
gangguan produksi hormon insulin (resistensi insulin pada diabetestipe
2 dan tidak adanya produksi insulin pada diabetes tipe 1). Hormon insulin inilah yang
mengatur gula di dalam darah sehingga kembali normal.
Sebelum hormon insulin ditemukan pada tahun 1921,
biasanya pasien akan berumur pendek, masalah pengobatan dan komplikasi menjadi
rumit. Setelah ditemukan hormon insulin, terjadi peningkatan usia harapan
hidup.
Sebenarnya, diabetes melitus tidaklah menakutkan bila
diketahui lebih awal. Tetapi kesulitan diagnostik timbul karena DM datang
dengan tenang, dan bila dibiarkan akan menghanyutkan pasien ke dalam
komplikasi fatal.
Sayangnya, menurut para ahli di dunia, secara epidemiologis diabetesseringkali
tidak terdeteksi. Dikatakan bahwa onset atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis
ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang
tidak terdeteksi ini.
Penelitian lain menyatakan, adanya urbanisasi membuat
populasidiabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat
karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor
risiko yang berubah secara epidemiologis diperkirakan adalah bertambahnya usia,
lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya
aktivitas jasmani dan adanya hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi
dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.
Betapa kejamnya diabetes mellitus menghantam pasien, seperti
pembunuh berdarah dingin. Diam-diam daging penderita DM menjadi busuk, perlahan
namun pasti. Inilah beberapa dampak lain DM :
1. jantung diabetes, seperempat
jumlah tempat tidur di Intensif Coronary Care Unit (ICCU) harus diserahkan kepada
pasien diabetesmellitus,
50% mengalami kematian:
5.
Saraf diabetes,
berupa gangguan saraf tepi, kelumpuhan dan impoten satu komplikasi yang paling
menyiksa perasaan laki-laki.
Lebih rumit lagi, DM tidak menyerang satu alat tubuh
saja, tetapi berbagai komplikasi dapat diidap bersamaan dalam satu tubuh !
Masalah penanganan dan pengobatan semakin rumit jua, apalagi bila diikuti
ledakan jumlah pasien.
Kembali pada penyebab, diabetes adalah masalah kelainan bibit. Banyak
sekali pasien bertanya, apakah saya bisa sembuh dari DM, dok ! Saya selalu
mencoba menerangkan bahwa sampai saat ini, kita belum dapat pengobatan kelainan
bibit yang diturunkan.
Kelainan bibit ini telah dicetak di dalam sel pembawa
sifat yang di kenal sebagai DNA. Kelainan DNA ini terbentuk sejak terjadinya
konsepsi. Tentu, anda dapat membayangkan bagaimana sulitnya memperbaiki
kelainan bibit ini. Semua para ahli mengakui betapa peliknya masalah kelainan
bibit ini.
Oleh sebab itu, DM tidak akan pernah bisa sembuh
total, namun kita hanya bisa mengendalikan agar kadar gula dalam darah (GDS)
serta gula dalam sel darah (HbA1C, hemoglobin glikat) menjadi normal. Untuk
itu, dianjurkan kepada pasien agar setiap hari diperiksa kadar gula dalam
darahnya (Normal 80-120) dan kadar gula dalam sel darah setiap 3 bulan (HbA1C
< 6%).
Untuk mengatakan bahwa kadar gula darah terkendali,
tentunya tak dapat bergantung pada hilangnya gejala diabetes melitus saja, tetapi harus dengan
pemeriksaan kadar gula darah (GDS) dan kadar hemoglobin glikat (HbA1C).
Kita punya bukti bahwa pengendalian glikemik yang baik
berhubungan dengan menurunnya komplikasi diabetes.
Hasil diabetes Control and Complication Trial (DCCT)
menunjukkan, pengendalian DM tipe 1 yang baik dapat mengurangi komplikasi
kronik DM antara 20-30%. Bahkan hasil dari The United Kingdom Prospective diabetes Study (UKPDS) menunjukan, setiap
penurunan 1% dari HbA1C (misal dari 9 ke 8%) akan menurunkan resiko komplikasi
sebesar 3%.
Berbagai studi yang telah ada menyatakan bahwa
penyandang diabetestipe
1 dan 2 yang menjaga kadar HbA1C nya normal, menunjukan insiden komplikasi
mikrovaskuler seperti retinopati diabetes (matadiabetes),
nefropati diabetes (ginjal diabetes),
neuropati diabetes (sarafdiabetes)
dan impoten (disfungsi seksual) yang lebih rendah.
Oleh karena itu, bagi penyandang diabetes,
segera diperiksakan semua fungsi tubuhnya. Apakah sudah ada tanda-tanda
komplikasi menahun yang perkembangannya slow but sure itu dapat dicegah. Penyandangdiabetes yang kadar GDS dan HbA1C nya terkontrol
dan terkendali dalam batas normal, sebaiknya diperiksa lagi kondisi mata,
syaraf,jantung,
pembuluh darah dan ginjalnya, apakah sudah terkena atau belum. Paling tidak
mengetahui ada atau tidaknya kemajuan pengurangan penyakit akibat terkendalinya
status glikemik penyandang diabetes.
Sebagai ringkasan, pasien DM tidak bisa disembuhkan,
namun hanya bisa dikendalikan status metaboliknya seperti kadar GDS dan HbA1C.
Upaya mencegah komplikasi menahun dari diabetes sangat tergantung pada tipe, usia
penyandang diabetes,
fasilitas yang tersedia dan tentunya motivasi berobat. Jangan lupa untuk selalu
memeriksakan diri, mengetahui perkembangan status kesehatan sebagai monitor ada
tidaknya komplikasi diabetes mellitus.
Oleh
: Rizky Perdana, adalah Sekretaris Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RS Dr. Moh. Hoesin
Palembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar