Jumat, 11 September 2015

Kasus Ketua DPR ke Trump Momentum untuk Penegakan Etik

Pertemuan Setya Novanto dan Trump Tak Untungkan Indonesia


Direktur eksekutif Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus, mendesak Majelis Kehormatan Dewan (MKD) Dewan Perwakilan Rakyat untuk meminta keterangan Ketua DPR Setya Novanto dan rombongan atas kunjungan kerja yang dilakukannya selama di Amerika Serikat.

"Inilah momentum bagi MKD untuk buktikan urgensi keberadaan mereka untuk melakukan penegakan etik terhadap pimpinan DPR," ujar Lucius di Jakarta, Sabtu (5/9).

Lucius menilai, pemanggilan terhadap para anggota dewan yang ikut rombongan ke AS sebagai salah satu bentuk upaya penegakan etika.

Menurutnya, proses pemanggilan dan klarifikasi terhadap Ketua DPR dan rombongan harus dilakukan secara terbuka untuk menumbuhkan kembali rasa kepercayaan publik terhadap DPR.

"Proses tertutup hanya akan menambah penilaian buruk masyarakat kepada DPR karena hampir pasti akan selesai dengan damai," ujarnya.

Foto Ketua DPR Setya Novanto bertemu dengan kandidat calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump tersebar di sejumlah media asing, sejak Kamis (3/9). 

Dalam foto yang diambil oleh kantor berita Reuters, Setya terlihat berada di sisi Trump ketika Trump tengah meluncurkan siaran pers dengan Komite Nasional Partai Republik, RNC di Trump Tower di Manhattan, New York pada Kamis.

Dalam akhir konferensi pers, Trump memperkenalkan Setya Novanto kepada publik. Setya dilaporkan hadir di acara itu bersama dengan rombongannya, termasuk Wakil Ketua DPR, Fadli Zon

 

PBNU: Kunjungan Setya Novanto ke Trump Negatif


Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menilai negatif lawatan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto dan Fadli Zon ke Amerika Serikat yang menemui bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump.

Wakil Ketua Umum PBNU Slamet Effendy Yusuf mengatakan kunjungan yang dilakukan hanya ke salah satu kandidat calon presiden Amerika itu mengesankan ketidakseimbangan dari pimpinan legislatif Indonesia.

“Seharusnya kalau mereka berkunjung seperti itu juga dilakukan kepada calon lainnya dari kubu Demokrat,” kata Slamet Effendy saat dihubungi CNN Indonesia, Sabtu malam (5/9).

Slamet Effendy dapat memaklumi munculnya reaksi negatif dari berbagai kalangan di Tanah Air atas kunjungan pimpinan DPR itu. “Kalau seimbang (mendatangi kubu Demokrat) tidak masalah, ujarnya.

Menurut Slamet Effendy seharusnya Setya dan Fadli sebelum memutuskan berkunjung hanya ke satu pihak mempertimbangkan matang-matang terlebih dahulu mengenai dampaknya. “Kunjungan mereka itu kan kunjungan politik dari pimpinan legislatif di negara ini,” tutur dia.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ini mengatakan kunjungan tokoh Indonesia ke salah satu bakal calon presiden Amerika yang tengah gencar menuju kursi presiden mengandung risiko.

“Kalau calon yang didatangi itu nantinya menang bisa menjadi semacam tabungan bagi yang mengunjungi, tapi kalau kalah bagaimana dampaknya,” tutur Slamet Effendy.

Slamet menekankan tidak menguntungkannya kunjungan yang hanya dilakukan ke bakal capres dari Partai Republik itu bagi Indonesia. “Ini bisa menjadi pembelajaran bagi mereka,” ucapnya.

Slamet Effendy meminta Setya Novanto dan Fadli Zon memberi penjelasan kepada publik di Indonesia. “Mereka perlu memberi penjelasan yang sejelas-jelasnya dan terbuka kenapa hanya berkunjung ke salah satu kubu,” kata Slamet. (Baca:
 Majelis Kehormatan Dewan Minta Klarifikasi Setya Novanto)

Tokoh NU lainnya Ahmad Bagja mengatakan kunjungan pimpinan DPR ke Amerika adalah kunjungan resmi yang mewakili Indonesia pada pertemuan pimpinan DPR seluruh dunia.

“DPR itu wakil rakyat. Jadi mewakili rakyat Indonesia. Jadi kurang tepat pimpinan DPR dalam acara resmi datang ke konferensi pers calon presiden yang mewakili sebuah partai (Republik) untuk apa,” kata Bagja kepada CNN Indonesia, Sabtu malam (5/9), mempertanyakan kunjungan tersebut. (Baca: 
Pertemuan Setya Novanto dan Trump Tak Untungkan Indonesia)

Sebelumnya Setya terlihat hadir dalam konferensi pers Donald Trump di Trump Tower, New York City, Kamis (3/9). Sejumlah media asing ramai mempublikasikan foto keduanya. Rekaman video kehadiran Setya dalam acara ini pun beredar di Youtube.

Berdasarkan informasi dari Kepala Bagian Tata Usaha Ketua DPR, Hani Tahapari, Setya Novanto bersama Fadli Zon mengikuti agenda sidang The 4th World Conference of Speakers Inter Parliamentary Union (IPU) di New York. Acara tersebut diagendakan berlangsung dari tanggal 31 Agustus sampai dengan 2 September 2015.

Namun, Setya memilih memperpanjang keberadaaanya di Amerika untuk bertemu Donald Trump. Setya dan Fadli Zon pun sempat bercakap soal politik dan ekonomi dua negara.


FITRA: Selfie Ketua DPR dengan Donald Trump Memalukan


Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) mengecam dan menilai tindakan "Selfie" Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto dan Wakilnya Fadli Zon dengan Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump sebagai hal yang memalukan. Selain itu, Seknas FITRA juga menilai kunjungan anggota DPR ke Amerika Serikat merupakan bentuk pemborosan.

Manager Advokasi dan Investigasi Seknas FITRA, Apung Widadi menyatakan kehadiran rombongan ke acara Partai Republik sebagai sebuah kesalahan. "Perilaku ketua DPR dan rombongan bahkan tidak pantas seolah-olah Indonesia adalah negara kecil yang bisa dibuat lelucon oleh Amerika," ujarnya dalam rilis yang diterima CNN Indonesia, Jumat (4/9).

Apung mengungkapkan, selain membuat malu masyarakat Indonesia atas tindakan anggota DPR tersebut, Seknas FITRA mencurigai adanya kemungkinan mark up dari agenda kunjungan kerja ke AS tersebut. (Baca juga: Setya Novanto Bertemu Donald Trump)

Lebih lanjut, Apung menyatakan rincian biaya ke AS tidak dijelaskan secara transparan ke publik oleh Sekretaris Jenderal DPR. Apung mengatakan jika mengacu pada tahun sebelumnya, perjalanan ke London memakan anggaran mencapai diatas Rp 15 miliar.

Kajian riil Seknas FITRA terhadap perjalanan dinas anggota DPR ke AS berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 53/PMK.02/2014 Standar Tentang Biaya Masukan 2015 menemukan total anggaran untuk 9 anggota DPR ke AS selama 12 hari mencapai Rp 4.631.428.800. Rinciannya antara lain biaya pesawat ke AS 14,428 dollar AS untuk satu kali perjalanan, uang saku harian per anggota DPR 527 dollar AS dan biaya hotel per malam mencapai 1312,02 dollar AS.

"Kami menduga, diperkirakan anggaran lebih besar bisa lebih Rp 10 miliar dengan asumsi berbagai tunjangan," ujarnya. (Baca juga: Fadli Zon Jelaskan Pertemuan Setya Novanto dan Donald Trump)

Berdasarkan data yang dimiliki FITRA, anggaran perjalanan dinas DPR dinilai terlalu tinggi. Seknas FITRA memaparkan Anggaran Perjalanan Dinas Pelaksanaan Fungsi Legislasi mencapai Rp 123.887.811.000, Anggaran Perjalanan Dinas Pelaksanaan Fungsi Anggaran mencapai Rp 16.457.442.000 dan Anggaran Perjalanan Dinas Pelaksanaan Fungsi Pengawasan senilai Rp 139.955.867.000.

Berdasarkan dugaan terhadap tidak adanya transparansi dan kemungkinan mark up oleh anggota DPR yang berkunjung ke AS, Seknas FITRA akan melakukan pertemuan untuk menagih janji DPR terhadap akuntabilitas dalam penggunaan anggaran.

Sebelumnya, dalam siaran pers dengan Komite Nasional Partai Republik, RNC di Trump Tower di Manhattan, New York pada Kamis (3/9), kandidat calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump memperkenalkan Setya Novanto kepada publik. Setya dilaporkan hadir di acara itu bersama dengan rombongannya, termasuk Wakil Ketua DPR, Fadli Zon.

"Hadirin, ini adalah orang yang sangat luar biasa, Ketua DPR dari Indonesia, Setya Novanto. Salah satu orang yang paling berpengaruh dan dia ke sini untuk bertemu dengan saya. Kita akan melakukan hal yang luar biasa untuk AS, benarkan?" kata Trump kepada Setya, dalam rekaman video yang beredar di YouTube.

"Apakah warga Indonesia menyukai saya?," kata Trump, dikutip dari CBS.  Pertanyaan itu dijawab dengan Setya dengan singkat, "Ya, sangat, terima kasih banyak."

Pertemuan Setya Novanto dan Trump Tak Untungkan Indonesia


Pengamat komunikasi politik Universitas Gadjah Mada, Kuskrido Ambardi, menilai pertemuan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Setya Novanto dengan politikus Partai Republik sekaligus calon kandidat presiden Donald Trump saat berkampanye merupakan tindakan yang salah. Pertemuan kedua tokoh ini pun dinilai tak berbuah keuntungan bagi Indonesia.

"Tidak ada keuntungannya sama sekali. Itu seperti hubungan yang imajiner dengan Indonesia, hubungan yang dibayangkan kelak," kata pria yang akrab disapa Dodi ini, ketika dihubungi CNN Indonesia, Sabtu (5/9). Menurutnya, pertemuan Setya dan Trump pun tak perlu dilakukan.

Lulusan Ohio State University ini menjelaskan, Trump sendiri bukanlah kandidat definitif Partai Republik dan tidak memiliki otoritas dalam pengambilan kebijakan di Negeri Paman Sam. Alhasil, kunjungan Setya pun dianggap laiknya tim sukses kemenangan Trump.

Terlebih, rekam jejak Trump yang dikenal sebagai orang konservatif justru memantik kontroversi. Trump kontroversial dengan sikapnya yang anti imigran dan tak peka dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Beberapa bulan lalu, Trump mendapat kecaman publik ketika melontarkan komentar bahwa imigran asal Meksiko hanya menjadi kriminal di Amerika.

"Ketika Setya Novanto datang dan dia merupakan Ketua DPR, itu banyak orang menafsirkan apakah Setya menyetujui visi Trump yang sensitif?" katanya.

Selfie dengan Tokoh

Menurut Dodi, pertemuan kedua orang tersebut bak orang Indonesia yang bertemu seorang tokoh pujaan. Trump diketahui merupakan pebisnis real estate dan pemilik reality show Miss USA.

"Itu seperti orang Indonesia yang ketemu orang top dan bersalaman. Itu adalah pengutamaan selfie untuk kepentingan Indonesia. Tidak layak," katanya.

Setya, menurut Dodi, seharusnya jusru mengutamakan pertemuan dengan sejumlah tokoh penting Amerika Serikat seperti Presiden Barack Obama, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, atau Ketua Kongres John Boehner.

"Tapi kemudian kunjungan ke kampanye Donald Trump itu terlalu jauh. Itu kalau pakai uang negara ya salah, itu tidak ada hubungannya," ujarnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Setya terlihat hadir dalam konferensi pers Donald Trump di Trump Tower, New York City, Kamis (3/9). Sejumlah media asing ramai mempublikasikan foto keduanya. Rekaman video kehadiran Setya dalam acara ini pun beredar di Youtube.

Berdasarkan informasi dari Kepala Bagian Tata Usaha Ketua DPR, Hani Tahapari, Setya Novanto bersama Fadli Zon mengikuti agenda sidang The 4th World Conference of Speakers Inter Parliamentary Union (IPU) di New York. Acara tersebut diagendakan berlangsung dari tanggal 31 Agustus sampai dengan 2 September 2015.

Namun, Setya memilih memperpanjang keberadaaanya di Amerika untuk bertemu Donald Trump. Setya dan Fadli Zon pun sempat bercakap soal politik dan ekonomi dua negara.



http://www.cnnindonesia.com/politik/20150905182954-32-76827/kasus-ketua-dpr-ke-trump-momentum-untuk-penegakan-etik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar