Setiap setik kita hidup di dunia dan banyak melihat (belajar) dari dunia sekitar. Tapi ketika tanpa berpedoman Al-Qur’an dan Hadits, bukan tidak mungkin akhirnya terjebak pada pikiran “hidup adalah untuk keduniaan. Yang tidak mengejarnya / rendah di mata duniawi, maka ia adalah orang yang gagal”, naudzubillaahi min dzaalik.
Banyak orang menganggap orang yang punya jabatan tinggi, berprestasi, populer, kaya raya, dsb maka dialah yang sukses, padahal belum tentu. Seringkali kita terjebak penilaian kesuksesan seseoranga pada keduniaan saja, bukan apakah Allah merahmati/ ridho atau murka pada dia.
Orang yang sibuk pada dunia menganggap belajar Islam adalah sampingan. Padahal belajar Islam adalah yang utama, baru belajar untuk keduniaan. Alasan manusia dilahirkan ke dunia adalah karena mempunyai tugas, yakni mengabdi pada Allah dengan tulus ikhlas karena Allah semata (semoga Allah memberi petunjuk). Untuk Allah-lah kita hidup.
Beberapa orang sering mengatakan begini, “kejarlah dunia, tapi jangan lupakan agama (akhirat)”. Kalau kita menelaahnya, kalimat tersebut menunjukkan bahwa (koreksi jika saya salah) yang dikejar utamanya adalah sesuatu yang bersifat duniawi (kedudukan, status sosial, popularitas, kekayaan, jabatan, dsb) setelah itu baru agama (akhirat). Padahal susunan kalimat dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 77 mengatakan demikian,
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan … (Al-Qashash:77)
Susunan kalimat dalam ayat Al-Qur’an di atas menunjukkan bahwa kita hidup di dunia diberi anugerah (ilmu, kemampuan, harta, dsb) untuk mengutamakan mengejar akhirat, hidup untuk Allah, barulah setelah itu dikatakan jangan lupakan kebahagiaan dunia.
Susunan kalimat dalam ayat Al-Qur’an di atas menunjukkan bahwa kita hidup di dunia diberi anugerah (ilmu, kemampuan, harta, dsb) untuk mengutamakan mengejar akhirat, hidup untuk Allah, barulah setelah itu dikatakan jangan lupakan kebahagiaan dunia.
Dalam perenungan ini, ternyata yang berbahaya adalah jebakan dunia (karena tipu daya setan). Karena kita sering menilai kesuksesan dari duniawi. Semoga Allah melindungi kita dari jebakan-jebakan dunia yang membuat kita lupa pada hakikat hidup yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar