Jumat, 09 April 2010

Hanya Milik Allah

"Barang siapa yang memuliakan Allah, maka Allah akan memuliakannya. Barangsiapa yang menghinakan Allah maka Allah akan rnenghinakannya." (Hasan Al Bashri).

Saudaraku,
semoga kita tidak tertipu oleh kemuliaan duniawi. Karena, kemuliaan itu sesungguhnya hanya datang dari Allah swt. Kemuliaan, tidak datang dari makhluk. Kemuliaan, tidak pernah datang dari harta benda. Kemuliaan, tidak muncul dari banyaknya ilmu. Kemuliaan, juga tidak hadir dari profesi, jabatan dan kedudukan, bagaimanapun tingginya. Kemuliaan, penghormatan, penerimaan terhadap seseorang, hanya akan ada jika seseorang mendapat izzah (kemuliaan) dari Allah swt. "Izzah (kemuliaan) itu seluruhnya milik Allah." (QS. Yunus : 65)

Hanya itu. Dengarkanlah cerita yang diungkapkan Ibnul Jauzi rahimahullah. "Aku telah melihat ada orang yang menghabisi usianya untuk ilmu hingga ia tua renta. Tapi ia tidak mempunyai kedudukan mulia di hati manusia. Ia tidak dikelilingi orang, padahal ilmunya melimpah. Aku juga melihat orang yang mendekatkan diri pada Allah dan melewati waktu mudanya dalam kebaikan, sedangkan ia tidak memiliki ilmu sebanyak orang tadi. Namun Allah telah meninggikan kedudukan dirinya dalam hati orang banyak. Ia dikenang oleh banyak orang. Orang-orang bahkan menyebut kebaikannya lebih dari kebaikan yang telah ia lakukan."Apa artinya? Kemuliaan AI Khaliq, selalu identik dengan kemuliaan makhluq-Nya. Kecintaan Al Khaliq, selalu memunculkan dengan kecintaan makhluq-Nya. Kemuliaan dunia, sering membuat kita lalai. Kita, bisa menjadi sangat senang dan bangga dengan atribut kemuliaan dan kehormatan di sini. Kita, bisa melupakan apa saja demi mengejar kemuliaan dan kehormatan itu.

Saudaraku,
semoga kita mendapat kemuliaan dari Allah SWT. Dahulu, Umar bin Khattab ra mengatakan, "Dahulu, kami adalah orang-orang yang terhina. Lalu Allah meninggikan kemuliaan kami dengan Islam. Demi Allah, andai saja kami mencari kemuliaan selain dari Islam. Pasti Allah akan membuat kami menjadi terhina lagi." Umar ingin menanamkan keyakinan pada kita, bahwa menjadi mulia di hadapan Allah swt, adalah kunci kekuatan, semangat, sikap optimis dan menjadi syarat kemenangan. Wajarlah jika salah seorang dari para sahabat itu, selalu menggantungkan harapan dan cita-citanya yang sangat tinggi. Ketika Rabiah bin Ka'ab Al Aslami, seorang pemuda sahabat dan termasuk di antara kalangan orang-orang fakir miskin, dikatakan oleh Rasulullah saw, "Mintalah padaku apa yang engkau perlukan." Ia segera mengatakan, "Aku ingin agar aku bisa menemanimu di surga." Rabiah tidak sekedar meminta masuk surga, tapi meminta menemani Rasulullah di dalamnya. Cita-cita hidupnya itulah yang menjadikan generasi salafushalih mempunyai kekuatan dan semangat yang besar.

Saudaraku,
Semoga Allah swt memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap tegar menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan yang akan kita hadapi di sini. Semoga Allah selalu memancarkan kemuliaan-Nya dalam jiwa dan hati kita. Dari kemuliaan yang berasal dari Allah swt sajalah, yang akan membuat kita merasakan semua kondisi dengan kenikmatan. Dan itu sajalah modal kita untuk bisa mengarungi perjalanan ini. Sebagaimana nasihat Hasan Al Bashri kepada seseorang yang bertanya padanya, "Aku ingin menempuh perjalanan panjang, berilah aku bekal." Hasan Al Bashri serta merta menjawabnya dengan sangat singkat dan tegas, "Wahai saudaraku, tinggikan dan muliakan saja perintah Allah, di mana saja. Maka Allah pasti akan menjadikanmu mulia di mana pun." (Az Zuhd/263).

Allahu Akbar. Sungguh Maha Besar Allah swt. Mari lebih mendekat lagi pada Allah swt. Ingat, selangkah kita mendekat pada Allah, maka Allah akan mendekati kita sepuluh langkah bahkan lebih dari itu. Sepuluh langkah kita mendekati Allah, maka Allah akan mendekati kita seratus langkah bahkan lebih dari itu.Allah swt, akan berlari mendekati kita, jika mendekati-Nya dengan berjalan. Renungkan dan resapilah kandungan kasih sayang Allah swt yang pernah diungkapkan Rasulullah dalam haditsnya itu. Mari lebih mendekat lagi pada Allah SWT.

Saudaraku...
mari tundukkan hati. Menyadari lebih dalam lagi, apa yang menjadi cita-cita hidup kita dan kepada siapa kita sangat bergantung. Semoga kita bisa menjadi lebih mengerti, bahwa mencari kemuliaan dari selain Allah, adalah sangat menipu. Kemuliaan yang datang bukan dari Allah swt, bahkan menjadi jerat syaitan yang menyesatkan. "Barang siapa yang memuliakan Allah, maka Allah akan memuliakannya. Barang siapa yang menghinakan Allah maka Allah akan menghinakannya," begitu nasihat Hasan Al Bashri. (Az Zuhd/120)

Saudaraku,
tenanglah di sini. Sebenarnya, tak ada yang bisa menyempitkan dan membuat kita sedih di jalan ini.. Berjalanlah terus, hadapi keadaan apapun di atasnya. Para salafushalih yang mendahului kita telah bepesan, "Jika engkau dirundung ketakutan, ditimpa kesedihan, diterpa gelisah. Berdirilah saat itu juga untuk sholat. Ruhmu akan meninggi dan jiwamu akan tenang. Sesungguhnya sholat mampu menghilangkan kesedihan dengan izin Allah. Sholat mampu menghapus kegelisahan. (La tahzan, Syaikh Al Qarni). Di situlah letaknya rahasia dan inti kemuliaan, saudaraku. Kemuliaan yang mula-mula terpancar dari dalam diri. Kemuliaan jiwa yang lalu menjadikannya, tak pernah larut dalam ombak kehidupan. Kemuliaan yang menjadikan seseorang tangguh, pantang menyerah dalam berjuang. Kemuliaan yang menjadi sumber kemuliaan dalam hati semua makhluk. Dan, kemuliaan itu hanya datang dari Allah swt saja. Dengarlah nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah, tentang siapa orang yang paling merasakan kelezatan hidup? Katanya, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan lezatnya bermarifah kepada Allah, lalu mencintai,erindukan pertemuan dengan-Nya, sambil tetap cenderung untuk tetap dicintai dan diridhai-Nya.

Dikutip dari Menggapai Mutiara di Dasar Hati (Muhammad Nursani)
http://www.oaseqalbu.net/modules.php?name=News&file=article&sid=668

Tidak ada komentar:

Posting Komentar